Lift panorama hotel bintang lima itu melaju turun, Jonas berpesan kepada Audrey sebelum mereka bertemu dengan sobat kental pria itu, "Tolong nanti bersikaplah biasa, jangan menunjukkan reaksi terkejut saat bertemu Calvin dan istrinya, Audrey Darling!""Baik, Mister Benneton. Kalau boleh tahu, ada apa sebenarnya?" jawab Audrey agar tak salah paham dengan situasi yang dimaksud oleh bosnya."Apa kau pernah mendengar nama artis Jessica Carrera?" tanya Jonas sebelum bercerita.Audrey mengingat-ingat lalu dia menganggukkan kepalanya, wanita yang disebut namanya oleh Jonas itu kerap membintangi film-film box office terbaru. Artis yang sedang naik daun serta banyak digosipkan oleh banyak majalah serta media massa lainnya."Calvin ini sugar daddynya Jessica Carrera, mereka sudah menikah secara resmi tanpa perayaan besar-besaran. Rumor di publik simpang siur mengenai hubungan mereka yang berbeda usia sangat jauh ditambah Jessica sangat beken. Mungkin itu saja yang bisa kuceritakan kepadamu, Aud
"Audrey, istirahatlah. Sampai bertemu besok pagi di kantor!" pesan Jonas setelah mengantarkan Audrey ke apartement tempat tinggal wanita itu. "Terima kasih, Mister Benneton. Anda juga, selamat beristirahat!" balas Audrey seraya melepas kepergian bosnya di depan pintu sebelum Jonas masuk lift.Audrey menghela napas lalu masuk ke dalam unitnya. Dia segera mandi dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Dicky. Sudah lama dia benar-benar tak ada waktu memberi perhatian kepada suaminya. Situasi yang mengharuskannya memprioritaskan pekerjaan kantor dan juga tuntutan klien spesialnya itu. Bahkan, lusa Audrey sudah harus melayani Bunny lagi. Otomatis waktunya untuk Dicky begitu terbatas.Lemari pakaiannya berisi banyak barang bermerk mahal pemberian Jonas Benneton. Setelah melihat-lihat, Audrey memilih satu mididress elegan berbahan Japanese silk dan organza warna beige lalu segera mengenakannya. Kemudian dia membawa sebuah tas tangan merk LV warna cokelat muda untuk berangkat ke ruma
"Pulanglah, Donald. Kalau perlu mengantarkan Audrey, aku akan menyetir sendiri!" titah Jonas lalu merangkul bahu asisten pribadinya. "Baik, Master Jonas!" sahut Donald lalu melajukan mobil untuk diparkir di area parkir khusus di bawah tanah. Bentley hitam yang baru dipakai sekali ini adalah hadiah dari kliennya orang Inggris yang dikirim ke kantor. Itu penyebab Jonas keluar lagi setelah sempat mandi sepulang dari Miami. Dia ingin membawa mobil mahal tersebut berkeliling kota sebentar sebelum diparkir di hunian exclusive miliknya.Pasangan itu berjalan menuju ke lift di lantai lobi. Lift masih berada di lantai 8 menurunkan penumpang. Maka sambil menunggu, Audrey bertanya dengan tak enak hati, "Mister Benneton, untuk apa Anda membawa saya ke mari?" Jonas berdecak kesal, dia pun menjawab, "Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu. Di gedung ini fasilitasnya lengkap, kau tahu 'kan?"Dengan malu Audrey menganggukkan kepalanya. Dia merasa Jonas terlalu baik memperlakukannya. Padahal d
"Maaf, Anda sudah menikah dan saya punya pacar. Hubungan kita hanya akan melukai perasaan pasangan masing-masing, Sir!" jawab Audrey tegas. Dia harus tetap berada di jalan yang lurus karena opsi yang ada pasti hanya akan dijadikan wanita simpanan oleh bosnya.Setelah mendengar jawaban Audrey, pria itu pun mendengkus geli. "Pacar? Setahuku kau tak pernah jalan bersama seorang pria pun. Plus ... nampaknya dia pria miskin, kenapa dia tak pernah memperhatikanmu? Misalnya membelikan baju bagus atau mencarikanmu makan malam, hingga kamu tidak nampak seperti orang susah begini!" balas Jonas logis."Dia sibuk—""Ohh ... apa dia presiden sampai kau tak bisa dianggap sebagai sesuatu yang CUKUP penting?!" debat Jonas berapi-api. Dia cemburu dan tak suka mendapat saingan mendekati Audrey. Pria sialan yang dianggap sebagai pacar oleh asisten pribadinya itu sungguh tak tahu diri dan tidak dapat diandalkan.Audrey menggigit bibir bawahnya, dia merasa cemas. Kenyataannya, dia wanita berstatus menikah
Sepanjang hari di kantor presdir, Jonas tak henti-henti mencuri pandang ke meja asisten cantiknya dan memeriksa jam tangannya juga. Ini adalah hari Jumat yang dia nanti-nantikan, permainan kencan buta bersama Honey selalu menaikkan adrenalin Jonas. Dia sudah tak sabar ingin menerkam Audrey yang innocent. "Sir, apa Anda sedang melamun?!" tegur Audrey setelah tiga kali memanggil nama Jonas. Mister Benneton mematung bertopang dagu menatapnya lurus-lurus seperti terkena sihir.Sontak Jonas kembali ke dunia nyata, dia menghela napas lalu menjawab asistennya, "Ya. Ada apa, Audrey Darling? Maaf, aku sedang banyak pikiran!" "Saya butuh tanda tangan Anda untuk surat jalan produk yang akan dikirim ke Korea Selatan. Bagian operasional sedang menunggu dokumen ini untuk dibawa ke pabrik Dallas!" tutur Audrey dengan jelas lalu bangkit dari kursi, membawa map dokumen untuk bosnya.Satu hal yang disukai Jonas dari Audrey selain kemolekannya dari ujung kepala hingga ujung kaki adalah wanita itu komp
"Puaskan dulu aku, Honey!" Satu titah dari pria misterius itu dalam kegelapan yang menyelimuti Audrey, membuatnya patuh. Jonas berlutut mengapit dada Audrey dan menyodorkan bukti keperkasaannya yang menegang hingga nyaris terasa sakit menuntut pelepasan. Telapak tangan lembut wanita favoritnya mengurut naik turun dan bibir Audrey mencubit ujung tumpul berlubang kecil miliknya.Sapuan lidah yang meliuk-liuk di sepanjang kejantanannya membuat Jonas menggeram ganas, dia menahan dan membiarkan Audrey beraksi menunjukkan kebolehan mulut mungilnya. Lumatan basah nan hangat menyelimuti miliknya yang panjang dan besar, mencengkeram erat, memain-mainkan keperkasaannya tanpa ampun. Makin dalam Audrey menariknya masuk hingga mencapai pangkal tenggorokan, Jonas seperti akan meledakkan magmanya sewaktu-waktu."Ough ... Honey, mulut kecilmu itu begitu nikmat!" Jonas mengumpat keras saat dirinya menyembur ke dalam kerongkongan Audrey. Wanita itu tidak melepaskan batang beruratnya dan justru menahan
"Aarrhh!" pekik kecil Audrey saat telapak kakinya terangkat dari lantai dingin kamar mandi hotel. Bokongnya mendarat dahulu di ubin berpermukaan kering nan sejuk.Telapak tangan Bunny yang lebar mendorong punggungnya agar maju hingga mereka menempel satu sama lain. Penutup mata Audrey masih menbuat wanita itu seperti orang buta, segalanya gelap. Semua dipandu oleh Bunny dan dia menuruti instingnya saja. Sentuhan di permukaan kulitnya terasa hangat. "Sayangku, kita main di meja wastafel ya. Aku bosan di ranjang terus!" bujuk Jonas sembari menata posisi mereka berdua agar pas."Apa kau yakin mejanya akan kuat menyangga tubuhku dan getaran dari goyanganmu yang heboh, Bunny?" Audrey tertawa gugup sekaligus pasrah seperti sebuah boneka Barbie yang dimain-mainkan pemiliknya sesuka hati."We'll see. Oughh!" Jonas menyentakkan kepalanya ke belakang saat dirinya terbenam di dalam liang kecil yang agak dingin dan basah karena baru saja dibasuh dengan air.Audrey merasakan liang bercintanya pen
"Honey ... sudah pagi, ayo kuantar kau pulang!" ucap Jonas di samping telinga Audrey yang berbaring memunggunginya.Wanita yang tak mengenakan pakaian di bawah selimut itu menggeliat terbangun dalam dekapan Jonas. Sebenarnya melepas kepergian Audrey dari tempat tidurnya menjadi sesuatu yang sulit bagi Jonas, tetapi mereka kebetulan ada janji pagi ini menghadiri fashion show perusahaan Isabella MacConnor. "Morning, Bunny. Ohh ... yeah, terima kasih sudah mau mengantarku pulang. Namun, aku perlu berpakaian untuk meninggalkan kamar ini, bukan?" jawab Audrey menghadapkan badannya ke pria itu."Sure, akan kubantu kau berpakaian, Honey!" sahut Jonas seraya bangkit dari tempat tidurnya. Sudah pukul 08.15, mereka harus bergegas agar tak kesiangan.Gaun biru semata kaki yang dikenakan oleh Audrey semalam saat tiba di kamar hotel diambil Jonas dari penggantung yang dia letakkan di lemari. Itu pun salah satu pemberiannya. Sembari berpegangan ke bahu Jonas yang kokoh, Audrey memasukkan kakinya
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng