Audrey dan Jonas masih mengobrol sembari menonton acara TV di sofa tunggal milik Audrey di tengah unit apartemen kecilnya. Akan tetapi, lama kelamaan wanita itu malah ketiduran dengan kepala terkulai di pangkuan Jonas. Akhirnya Jonas mematikan TV dengan remote lalu menggendong pacarnya ke tempat tidur. Dia menyelimuti Audrey lalu mengecup keningnya sebelum pulang ke penthouse. Dia tahu bahwa Audrey kelelahan seharian ini. Ketika meninggalkan unit tempat tinggal Audrey dan masuk ke lift, Jonas membuka aplikasi pesan di ponselnya dan membaca laporan dari Frank. Matanya terbelalak ketika membaca isi pesan detektif swasta tersebut.'Jonas, pria yang dijenguk oleh Audrey tadi bernama Dicky Bergins. Apa kau familiar dengan namanya? Dia pembalap motoGP F1 terkenal asal Texas. Menurut perawat, pria itu sebelumnya kecelakaan di sirkuit lalu sempat koma setahunan di rumah sakit lain dan baru sebulan ini dipindah ke Methodist Hospital. Kebetulan kemarin pagi dia siuman dalam kondisi jauh lebih
"Maaf, Miss. Anda harus menunggu sekitar satu jam untuk pesanan pizza pepperoni extra Mozarella ini. Bagaimana?" ujar pegawai kasir gerai pizza Italian Style itu kepada Audrey. Wanita itu melirik jam tangannya lalu menjawab, "Saya tunggu saja sesuai antrean pesanan, Miss. Jadi berapa totalnya?" "Totalnya 9.2 dolar, Miss. Silakan duduk di sofa pelanggan take away order. Kami akan panggil sesuai pesanan yang telah jadi nanti. Ini nota milik Anda!" Petugas kasir itu menerima uang Audrey lalu mengembalikan nota bukti pembayaran pizza.Hari memang masih senja menuju petang, tadi Audrey langsung mandi cepat dan mampir ke gerai pizza ini untuk membelikan pizza favorit Dicky sejak dulu. Karena pria itu tidak mengalami amnesia. Maka pikir Audrey, dengan membawakan makanan favorit Dicky akan sedikit mencairkan suasana yang kemarin sempat dingin menegangkan.Untungnya Jonas tadi tidak memintanya berkencan makan malam, jadi seharusnya tak akan ada janji temu ketika Audrey menjenguk Dicky. Jelan
"Anda keluarga pasien, Sir?" tanya Dokter Anna Hewitt yang menangani Audrey di poli IGD kepada Jonas."Iya, benar. Bagaimana kondisi Audrey, Dok?" sahut Jonas cemas. Dia tak tahu diapakan oleh Dicky tadi wanita itu.Dokter Anna Hewitt pun menjelaskan, "Kondisi Miss Audrey mengalami tekanan darah rendah dan dehidrasi, tidak berbahaya sekalipun memang tadi pingsan. Pasien sudah distabilkan dengan cairan infus dan suntikan multivitamin untuk mengembalikan metabolisme tubuh ke posisi normal. Silakan bila ingin dibawa pulang setelah terapi selesai nanti!""Ohh, saya senang mendengarnya. Baiklah, saya jenguk Audrey dulu, Dok. Terima kasih!" ujar Jonas lalu dia menemui pacarnya itu di salah satu bilik di poli IGD.Ketika melihat kehadiran Jonas di IGD, Audrey sontak panik. Namun, dia tak bisa kabur ke mana-mana karena pergelangan tangan kirinya terpasang jarum dan selang infus. Jadi terpaksa dia menghadapi Jonas dengan segala pertanyaannya."Hai, Darling. Bagaimana kondisimu?" sapa Jonas lem
"Sampai jumpa besok Sabtu siang, Audrey. Aku akan menjemput ke apartemenmu!" pamit Jonas sebelum kekasihnya turun dari mobil sepulang kerja. Ini sudah Jumat sore, mereka berdua memiliki kencan buta rahasia nanti di sebuah hotel mewah yang telah dipesan Jonas. Houston Rendezvous Hotel akan menjadi tempat mereka menghabiskan malam panas berdua."Sampai jumpa besok, Jonas. Tak sabar rasanya untuk liburan ke Maldives bersamamu!" balas Audrey bersemangat. Senyuman di wajahnya secerah mentari pagi.Jonas pun mengecup pipi wanita kesayangannya itu lalu melepas Audrey turun dari mobil. Dia melambaikan tangan kepada kekasihnya dari jendela mobil yang melaju dikemudikan oleh Donald menuju ke Northern Hawk Tower.Dalam benaknya Jonas berpikir untuk menunda menemui Dicky Bergins setelah liburan bersama Audrey ke Maldives. Rencananya mereka akan mengambil cuti kantor selama tiga hari hingga Rabu. Berangkat Sabtu siang dan sampai di sana Minggu sore karena Amerika Serikat dengan Maladewa berbeda s
Jonas meraup tubuh polos nan sexy itu ke dekapannya, dia menggendong Audrey untuk direbahkan di tengah ranjang hotel yang masih tertata rapi. Kasur empuk itu melesak oleh beban badan mereka berdua. Jemarinya menelusuri hidung mungil Audrey yang mancung lalu turun ke bibir kenyal merah berlapis lipstik itu. Mulut Audrey mengisap telunjuk Jonas dan mengirimkan efek listrik statis mengejutkan ke sekujur tubuh pria tersebut."Ohh ... kau paling ahli membuatku tergila-gila dan lepas kendali, Honey. Jangan salahkan jagoanku bila dia ingin terus mendekam dalam gua hangatmu ya!" Napas Jonas berkejaran menatap wanita yang dia puja bak titisan Dewi Cinta di bawah badan kekar berototnya.Audrey terkikik mendengar suara Bunny yang pekat oleh gairah. Dia menjawab terangsang oleh sentuhan memabukkan bibir pria misterius itu, "Killing me softly, Bunny. I want you now!" "As your wish, Honey!" bisik Jonas di tepi telinga Audrey. Pedang panjangnya keras dan siap digunakan, dia tak ingin menundanya la
Ketika pagi tiba, tubuh Audrey serasa remuk karena terlalu banyak bercinta semalaman bersama Bunny. Memang dia yang menginginkannya, dia mencoba lari dari kenyataan bahwa kisah cintanya bersama Dicky Bergins telah berakhir begitu buruk setelah perjuangan panjang selama setahun terakhir."Kau sudah bangun, Honey!" ujar Jonas saat melihat Audrey menggeliat untuk merenggangkan otot. Dia memijat bahu Audrey tanpa diminta oleh wanita itu. "Terima kasih, kau peka sekali, Bunny. Memang tubuhku terasa pegal semua setelah kita bercinta habis-habisan sepanjang malam hingga menjelang pagi," ujar Audrey dengan garis senyuman di wajahnya yang berpenutup mata warna merah.Jonas mengecup buku-buku jemari tangan kanan Audrey lalu dia berkata, "Luka hematoma di pergelangan tangan kirimu itu harus dirawat, Sayang. Jangan lupa memakai salep hingga warna biru keunguan itu lenyap ya?" "Ya, aku mengerti. Kau tak perlu menguatirkanku, Bunny. Ini akan cepat sembuh dengan salep dari dokter, sebelumnya aku p
"Suster Mathilda, untuk kontrol perawatan pasien Dicky Bergins di kamar nomor 233 akan diserahkan ke Anda ya. Ini catatan detail untuk terapi gizi Mr. Bergins!" tutur kepala perawat ruang VIP ke salah satu bawahannya sembari menyerahkan map data pasien.Wanita bermata hijau dan berambut cokelat kemerahan lurus sebahu itu menerima map lalu menjawab, "Baik, Suster Diana. Saya akan kerjakan sesuai petunjuk terapi pasien!"Briefing pagi pun usai dan semua perawat kembali ke tempat mereka bertugas masing-masing. Sementara itu Suster Mathilda Perez mengunjungi ruang perawatan Dicky Bergins untuk memeriksa kondisinya. "TOK TOK TOK." Dia mengetok pintu kamar dari luar lalu masuk ke sana. Sebenarnya Suster Mathilda senang karena dulu dia mengidolakan pembalap F1 MotoGP yang kerap kali naik podium juara pertama selama beberapa tahun periode. "Selamat pagi, Mister Bergins. Bagaimana kondisi Anda sekarang? Apa ada keluhan?" sapa Suster Mathilda ramah dan simpatik. Dia memeriksa tekanan darah pa
Pesawat private jet yang disewa Jonas berukuran kecil karena hanya berisi dua penumpang saja dari total delapan seats yang tersedia. Seorang pramugari berambut pirang tersanggul rapi dengan seragam maskapai warna ungu menawarkan makanan ringan dan minuman dengan kereta makan dorong. "Silakan snack dan minumannya, Sir, Ma'am!" ujar Neeve dengan ramah. "Audrey Sayang, apa yang kamu inginkan? Segelas jus buah atau camilan lainnya?" tawar Jonas seraya memeriksa isi kereta makan yang dibawa pramugari itu.Ada banyak jenis snack lezat seperti donat, mini pastry, sandwich, poffertjes, crocquete, berbagai jenis mini cake juga yang tampilannya menggugah selera. Audrey menerima piring dan penjepit stainless steels dari pramugari, dia bebas mengambil apa pun yang tersedia. Jonas juga mengambil makanan yang dia inginkan sendiri. Setelah mereka berdua kembali duduk di kursi, pasangan kekasih itu saling menyuapi dengan penuh keceriaan. Perjalanan udara yang dimulai pukul 13.00 waktu Texas menga
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng