"MALIKHA!" teriak Aidan sambil mendengus kesal. Malikha berlari dari dapur menghampiri Aidan dan berdiri di depannya."Apa aku harus mengajari apa saja yang harus dikerjakan seorang istri untuk suaminya!" hardik Aidan tanpa ampun. Malikha tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Aidan. Sambil menahan kesal, Aidan menunjuk Malikha untuk menyiapkan jas dan tasnya."Siapkan jas dan tasku. Kenapa kamu malah bengong disitu!" Malikha kahet mendengar Aidan yang terus marah-marah padanya. Malikha kebingungan harus menyiapkan seperti apa."Jasnya ...""Di walk in closet dalam kamar!" jawab Aidan ketus dengan kening mengernyit. Malikha tidak membuang waktu untuk masuk ke kamar Aidan dan mencari walk in closet-nya. Sekarang ia kebingungan harus memilih jas yang mana. Karena terlalu lama, Aidan terpaksa masuk dan memarahi Malikha lagi."Kenapa kamu bergerak sangat lambat seperti kura-kura! Aku sudah capek menunggumu di luar!" hardik Aidan lagi mengejutkan Malikh
"Kamu dari mana? Kenapa tidak pakai seragam Estrela?" tanya Aidan yang mengira Malikha masih bekerja di hotelnya. Aidan bertanya dengan nada ketus yang membuat Malikha makin takut memberitahukan padanya yang sudah terjadiMalikha terdiam mendapat pertanyaan seperti itu dari Aidan. Ia menelan ludah beberapa kali menatap Aidan dengan mata polosnya. Sementara Aidan kini berdiri di depannya menuntut jawaban dari rasa penasarannya."Apa kamu pulang bekerja?" Malikha mengangguk. Ia sebenarnya sudah ingin memberitahukan pada Aidan tentang pekerjaan barunya, tapi sebelum itu terjadi Aidan telah lebih dulu membuka kedok pernikahan mereka yang sesungguhnya.Hal itu membuat Malikha memutuskan tidak jadi memberitahukan hal tersebut pada Aidan. Sekarang ia mengira jika Malikha masih bekerja di Estrela dam kebingungan saat ia tak lagi memakai seragam pelayan hotel itu lagi.“Lalu kenapa malah memakai pakaian seperti ini!” sambungnya lagi berusaha mempertaha
Dalam keadaan lelah karena sudah bekerja seharian, Malikha masih harus menyiapkan makanan hangat untuk makan malam suaminya, Aidan Caesar. Usai menghidangkan dan Aidan duduk di meja makan, Malikha lalu berlalu pergi masuk kembali ke dapur untuk menikmati makan malamnya di sebuah meja kecil di sudut dapur itu sendirian.Seperti yang diinginkan oleh Aidan, Malikha akan makan malam terpisah dari Aidan. Malikha adalah pelayan, itulah mengapa ia tak pantas berada satu meja dengan Aidan.Namun Aidan sempat mencuri-curi melihat dengan wajah sedih ke arah dapur saat Malikha pergi dan menghilang. Usai Malikha pergi, ia malah mengaduk-aduk sup di depannya tanpa punya selera makan sama sekali.Di dapur, Malikha memulai makan malamnya dengan berdoa untuk bersyukur. Ia tidak makan banyak, hanya semangkuk sup kecil dan segelas air. Tiba-tiba terdengar bunyi kunci otomatis pintu depan apartemen tanda bahwa pintu dibuka dan ditutup kembali.Malikha yang mendengar lantas berdiri untuk mengecek. Ia kem
"Buka matamu!" perintah Aidan masih berdiri dengan kesal di depan Malikha. Malikha terpaksa membuka matanya dan melebarkannya perlahan saat melihat tubuh Aidan di depannya. Aidan hanya memakai celana boxer sebagai pakaian dalamnya dan menggeleng melihat reaksi Malikha melihat tubuhnya."Kenapa kamu malah bengong? Berikan celanaku!" semprot Aidan kesal. Malikha seolah tak bisa berpikir. Ia mengambil celana Aidan yang sudah dibuangnya tadi dan memberikannya pada Aidan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Aidan mengambil celana hitam itu dengan kasar dan memakainya. Malikha bergeser perlahan saat Aidan maju ke arah cermin sambil memperbaiki celananya."Untuk apa berdiri disitu, keringkan rambutku!" nada ketus Aidan belum berakhir untuk Malikha. Sekarang ia harus mengeringkan rambut Aidan lagi."Gunakan hair dryer setelah memakai handuk," ujar Aidan memerintah dengan dingin. Ia masih belum memakai baju dan Malikha bisa melihat dengan jelas tubuh Aidan yang terp
Bruce Caldwell mungkin tak menyangka jika ia bisa bertemu dengan Malikha Swan, pegawai baru di perusahaannya pagi ini. Wanita dengan penampilan sederhana namun sangat cantik itu, menarik perhatiannya sejak pertama kali ia melihat Malikha memperkenalkan diri di pertemuan bulanan Noxtrot Design Company.Perusahaan yang kini mempekerjakan Malikha sebagai salah satu manajer itu telah dimiliki oleh Bruce semenjak 3 tahun setelah ia mengakuisisi dari pemilik sebelumnya. Selain sebagai pemilik, Bruce yang memiliki latar belakang arsitek juga merangkap sebagai CEO.Beberapa hari yang lalu, perhatiannya sebagai seorang pria terusik saat ada pegawai wanita bernama Malikha Swan memperkenalkan diri sebagai manajer HRD yang baru. Baru kali itu hatinya bergetar kembali setelah sekian lama ia tak pernah berhubungan lagi dengan wanita manapun.Bruce sudah pernah menikah sebelumnya namun bercerai karena mantan istrinya berselingkuh dengan pria lain. Semenjak saat itu, Bruce tak
Malikha berhenti dan kembali menoleh pada Aidan. Aidan masih belum bicara dan malah diam berpikir sambil menatap botol air minum yang diletakkannya di atas konter dapur. Malikha menunggu cukup lama agar Aidan mengatakan maksudnya."Apa kamu membutuhkanku?" tanya Malikha lembut memecah keheningan pada akhirnya."Aku tidak bisa tidur," jawab Aidan singkat. Malikha mengernyitkan kening mendengar itu. Ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Aidan."Buatkan aku sesuatu agar aku bisa mengantuk." Aidan menambahkan lagi. Malikha baru mengerti, ia tersenyum dan mengangguk."Apa kamu mau minum susu hangat dengan campuran kayu manis?" tanya Malikha setelah berjalan mendekati Aidan. Aidan hanya menaikkan alis dan bahunya."Aku tidak punya alergi pada keduanya, memangnya itu bisa membuatku mengantuk?" Malikha tersenyum lagi dan mengangguk pelan."Itu bisa membantu, jika kamu mau aku bisa membuatkannya," tawar Malikha dengan suara lembutnya. Aidan menggaruk lehernya beberapa saat karena gugup.Ia ke
"Dokter, aku tidak ingin memakai uang suamiku. Jadi jika boleh, aku akan menanggung seluruh biayanya," ujar Malikha setelah mengeringkan airmata. Dokter itu tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan Malikha."Bukan aku yang menangani soal itu. Aku hanya seorang Dokter, aku tidak menarik bayaran dari pelayananku, rumah sakit yang melakukannya." Malikha mengangguk mengerti."Aku bicara padamu, agar kamu bersiap pada kemungkinan terburuk kapanpun itu," tambah Dokter itu lagi. Malikha tersenyum dan mengangguk."Terima kasih," balas Malikha.Malikha berjalan ke ruang perawatan Ibunya sambil memakai masker yang menutupi separuh wajahnya, ia membuka pintu perawatan perlahan. Terlihat Brandon tengah tersenyum berbicara dengan Ibunya Fiona. Meskipun mereka tak jadi menikah, tapi Brandon masih setia bersama Fiona. Dan setiap hari Malikha sangat bersyukur dan berterima kasih untuk itu. Brandon mampu membuat Fiona jadi banyak tersenyum. Di akhir hidupnya, setidaknya
Aidan melepaskan ciumannya perlahan dari Malikha. Malikha tak membalas ciuman itu sama sekali. Aidan jelas tak akan menghentikan aksinya untuk tetap membuat Malikha membayar semuanya."Lepaskan aku," gumam Malikha berbisik lembut saat ciuman penuh luka itu usai dilepaskan dari bibirnya. Aidan menatap mata indah Malikha dan menyeringai saat bibirnya selesai memagut bibir yang begitu ia inginkan."Tidak sampai kamu membayar semuanya," desah Aidan dengan tenang beserta senyuman tipis yang masih menggantung. Malikha terus meneteskan air matanya."Apa yang kamu inginkan?" bisik Malikha makin berlinang airmata. Aidan menarik sekali napas panjang dan melepaskannya perlahan tanpa melepaskan pandangannya dari Malikha. Ingin rasanya ia mencium Malikha lagi. Mata dan bibirnya begitu indah terpatri di depannya. Namun yang dilakukan Aidan adalah terus menyakiti Malikha dengan kata-katanya."Jika kamu berani meminta cerai, aku akan memberitahukan pada Ibumu apa yang te
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANPanggung yang cukup besar karena berada di tengah aula SMA Jersey Rey New York. Sorak-sorai seluruh siswa yang berdiri ikut mengangkat tangan dan bertepuk di atas kepala mereka saat gebukan drum Aldrich menggema memulai sebuah lagu. Dan suara Aldrich memulai lagu tersebut setelah gitar Ares dan piano milik Andrew mengiringinya."I don't even know how I can talk to you now, It's not you the you who talks to me anymore, And sure I know that sometimes it gets hard, But even with all my love, what we had you just gave it up!"Usai Aldrich, lalu Andrew adalah giliran kedua menyanyikan liriknya,"Thought we were meant to be, I thought that you belonged to me, I'll play the fool instead, Oh but then I know that this is the end!" mata Aldrich tak sengaja melirik pada satu orang gadis yang menjadi musuh abadinya, Chloe Harristian. Tak biasanya ia datang melihat pertunjukan bandnya The Skylar.Aldrich masih terus menggebuk drumnya dan
HUTAN TIJUANABryan, Mars, Aidan, Juan, Arya, Blake, Shawn, Erikkson, Han, Glenn, Earth, serta beberapa anggota Golden Dragon membentuh empat kelompok untuk melakukan pencarian terhadap pesawat James yang belum ditemukan. Bryan menerbangkan beberapa drone untuk mengawasi dari udara dan menentukan letak titik jatuh pesawat tersebut. Ia juga telah berkoordinasi dengan tim keamanan untuk saling memberi berita saat menemukan jejak apapun.Cukup lama mereka harus berputar-putar untuk bisa mencari jejak. Sampai salah satu drone milik Bryan kemudian mendeteksi ekor pesawat."Sebelah timur, 3 km lagi dari sini. Kita sudah agak dekat!" ujar Bryan memperlihatkan alatnya pada Aidan. Aidan mengangguk lalu memanggil kelompok yang lain agar mengikuti mereka.Bryan memimpin kelompok pencarian dan mulai memanggil nama James tak lama kemudian."JAMES ... DELILAH! JAMES! J!" tapi tak ada jawaban sama sekali sampai akhirnya Bryan melihat ekor pesawat yang tersangkut
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANAidan tak berhenti tersengal saat ia keluar dari apartemen Arjoona. Ia harus menenangkan diri dengan bersandar dan memejamkan matanya. Ludahnya ia telan berkali-kali tapi masalahnya tenggorokannya begitu kering. Ia nyaris tak bisa bernapas.Di dalam, Aidan menahan mati-matian air matanya saat tahu jika pesawat James Belgenza mengalami kecelakaan di hutan Mexico. Ia hilang dan kabarnya tak ada yang selamat.“Aku harus tenang, aku harus tenang!” gumam Aidan pada dirinya sambil bersandar. Aidan memandang ke arah lobi apartemen mewah tersebut dan berjalan kembali separuh berlari ke arah mobilnya. Mobilnya datang diberikan oleh petugas parkir valet dan ia segera masuk ke dalamnya.Aidan harus cepat ke apartemen James untuk menjemput anak-anaknya. Selama perjalanan, ia kemudian menghubungi Glenn.“Di mana kamu?”“Aku sedang terjebak macet akan kembali ke Orcanza, Tuan!” jawab Gle
"Bersediakah kamu menikah denganku lagi, Malikha Swan?" tanya Aidan bergumam lembut. Malikha terus memandanginya dan Aidan pun tak melepaskannya sama sekali. Semua cinta rasanya berpendar di mata Aidan untuk Malikha. Cinta yang tak mungkin ditutupinya lagi. Malikha pun tersenyum dengan mata berkaca-kaca."Ya ... aku bersedia jadi istrimu, Aidan Caesar," jawab Malikha bergumam lembut pula. Malikha mendekat lebih dulu dan mencumbu Aidan dengan lembut. Aidan ikut membalas dan memperdalam pagutan bibirnya sambil memeluk Malikha lebih dekat dan erat. Pemandangan tengah kota dan taman New York dari atas menjadi saksi bersatunya cinta Aidan dan Malikha kembali."I do love you ... too much," bisik Aidan di sela bibirnya yang masih menempel pada Malikha. Malikha hanya melingkarkan kedua tangannya memeluk leher dan pundak Aidan."I love you too.""Benarkah? Kali ini kamu tidak berbohong kan!" goda Aidan tak melepaskan dirinya sama sekali. Malikha tergelak kecil dan
Malikha menaikkan pandangannya sambil berbaring menyamping pada Aidan yang baru saja menghubungi Glenn, asistennya. Ia tersenyum dan masih belum bicara. Malikha tampak tenang padahal ia baru saja disatroni perampok. Sementara Aidan sudah cemas setengah mati gara-gara kejadian itu. Ia bahkan belum membuka jasnya sama sekali dan terus berada di dekat Malikha yang tengah menjaga AldrichSetelah berpikir beberapa saat, Aidan akhirnya memutuskan untuk menelepon Arjoona melaporkan yang baru saja terjadi. Arjoona harus tahu setidaknya untuk mengantisipasi yang terjadi."Halo, Aidan.""Joona, rumah Malikha baru saja mengalami perampokan," ujar Aidan tanpa basa basi."APA! apa yang terjadi!" Arjoona sampai berteriak karena berita tersebut."Aku pergi keluar sebentar mengurus pekerjaan. Dua pria masuk lewat pintu depan dan membongkar semua laci. Mereka tidak mengambil apa pun, aku rasa ini bukan perampokan. Tapi apa yang mereka cari?" dengu
Malikha yang mendengar bunyi pintu berdecit mengira pelayan di rumahnya sudah tiba. Sambil tersenyum, ia kemudian berjalan hendak melihat dan menyapa. Dengan langkah agak cepat ia akan turun sampai akhirnya matanya membesar. Ia melihat dua orang pria bertopeng masuk lewat pintu depan.Mereka membawa senjata tajam dan sedang mengendap masuk lewat ruang tamu. Malikha yang hampir saja menuju tangga kemudian berbalik dan bersembunyi pada dinding di dekat tangga. Malikha benar-benar terkejut dan jantungnya berdegup kencang."Oh, tidak. Mereka bukan pelayan!" gumam Malikha pada dirinya sendiri. Malikha langsung mundur dan mencari tempat bersembunyi sambil bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia mengintip lagi dan melihat dua orang itu tengah membongkar laci dan lemari di lantai bawah. Malikha langsung berbalik dan mengendap separuh berlari masuk ke kamarnya. Satu orang pasti akan naik ke atas dan memeriksa.Dengan panik Malikha ingat jika ia meletakkan pon
Beberapa hari kemudian, keadaan Malikha tak juga kunjung membaik. Ia sudah diperbolehkan pulang karena luka operasinya semakin membaik tapi ia tak ingin berada di dekat bayinya sama sekali. Aidan otomatis harus pindah ke rumah Malikha karena ia tak mungkin bolak balik dari rumahnya meskipun jaraknya dekat.Aidan berubah menjadi seperti Ayah single yang merawat Aldrich sendirian. Ia otodidak belajar mengganti popok dan mengambil donor ASI dari istri Mars King, Vanylla King. Tak hanya Vanylla yang mendonorkan ASI-nya, Kiran Miller juga ikut memberikan ASI-nya.Saat malam hari, Aidan menggendong Aldrich memberinya botol ASI sampai ia tertidur sembari membacakan puisi atau mengumamkan sebuah lagu. Aldrich yang mengerti bahwa ia sementara hanya bisa bersama sang Ayah, tak banyak rewel. Ia bayi yang manis dan penurut."Cobalah untuk menggendongnya, Sayang," bujuk Aidan lembut sambil mencoba mendekatkan Aldrich pada Malikha. Malikha yang awalnya tersenyum jadi defensif
Sampai hari yang ditunggu-tunggu tiba adalah saat Malikha akan menyusui bayinya untuk yang pertama kali. Keadaan bayinya sudah semakin baik dan kembali sehat."Kamu sudah mendapatkan nama yang pas?" tanya Bryan pada Aidan saat menunggu bayi tersebut di bawa ke kamar Malikha. Aidan mengangguk tersenyum"Aldrich Tristan Caesar," jawab Aidan sambil tersenyum pada Bryan yang mengangguk ikut tersenyum.Saat mereka selesai bicara, kereta bayi kemudian terlihat sedang didorong menuju kamar Malikha dan Aidan pun mengikutinya. Di kamar Malikha, seluruh keluarga besar The Seven Wolves dan anak-anak mereka sudah menunggu."Mila kemari, Sayang. Coba lihat itu ... ada bayi!" ujar Bryan menggendong balitanya Mila yang terkekeh menggemaskan saat melihat salah satu "adiknya" yang baru lahir beberapa hari lalu. Kembarannya Izzy digendong oleh Nisa ikut mendekat melihat bayi Aldrich yang menyihir banyak orang dengan ketampanannya. Setelah bayi itu diletakkan di dekat tempa
Tak ada yang dirasakan Aidan saat ini kecuali rasa bahagia. Ia telah resmi menjadi seorang Ayah. Segala perjuangan dan rasa sakit akibat dendam dan perceraian yang terjadi pada pernikahannya, terbayar sudah. Aidan tak berhenti mengecup Malikha yang terlihat semakin mengantuk pasca bayi mereka lahir. Namun usai dibersihkan, bayi itu harus dipantau karena ia mulai membiru."Apa yang terjadi?" tanya Aidan setelah ia dikeluarkan dari ruang operasi."Bayinya sudah melewati waktunya lahir, dia harus masuk ruang ruang intensif untuk dimasukkan dalam inkubator. Aku tidak berharap dia sudah keracunan air ketuban, tapi aku benar-benar harus memantau keadaan putramu. Untuk saat ini, temani istrimu. Bayimu akan baik-baik saja," ujar salah satu Dokter Anak yang ikut dalam operasi tersebut."Lakukan apa pun untuk putraku, aku tidak mau terjadi sesuatu padanya!""Aku yakin kondisi ini hanya sementara, setelah dia pulih, aku sendiri yang akan memberikannya pada kalian."