"Pilihlah satu atau dua senjata yang kau inginkan!" Seru Laurel saat ia dan Azura sampai di sebuah ruang persenjataan.'Hebat, apakah dia sendiri yang membuat ini?' tanya Azura di dalam hati."Pilih pilih dulu sajalah, sesuai tipe yang kau inginkan," ujar Laurel.Azura melihat-lihat beragam senjata yang terpampang di ruangan tersebut. "Laurel," panggil Azura."Ya siap," sahut Laurel."Apakah semua senjata ini kau yang buat sendiri?""Apa kau pikir orang yang lembut sepertiku mampu membuat senjata yang tajam itu?" tanya balik Laurel.Azura terdiam sejenak."Hm aku paham. Pasti bukan kau yang buat sendiri." Ucap Azura sambil menganggukkan kepalanya."Ha ha ha." Laurel tiba-tiba tertawa keras.Azura dengan penuh tanda tanya menatap Laurel dengan tajam. 'Apa maksudnya?'"Kau terkecoh dengan jawabanku ha ha ha.""Maksudmu?" Azura menaikkan kedua alisnya.Laurel berjalan mendekati Azura. "Nona, ada suatu hal yang perlu kau pelajari. Jangan lihat seseorang hanya dari luarnya saja."Azura se
Azura termenung sambil bersila di bawah pohon rimbun."Hoam." Sesekali ia menguap dan hampir saja tertidur di rerumputan.'Melakukan apalagi ya? Aku jadi bingung sendiri,' kata Azura di dalam hati.Di saat Azura sedang bingung ingin melakukan kegiatan, tiba-tiba ia mengendus bau busuk yang terkadang merebak terbaw angin."Hum, uhuk. Bau apa ini?" tanya Azura kepada dirinya sendiri.Azura yang memang tidak memiliki agenda, berusaha mengendus aroma tak sedap itu beberapa kali, guna menemukan penyebabnya."Hum, hum. Ini bener bau, tapi dari mana?" Azura bertolak pinggang dan terus berpikir mengenai asal usul bau tak sedap itu.Syuu.Tiba-tiba angin berhembus lebih kencang dari sebelumnya. Aroma itu pun semakin tercium dan berhasil menusuk hidung mungil Azura."Uhuk, uhuk. Ini benar-benar bau!" "Haaaa! Haaa! Aku lapar!" Di tengah keluh kesah Azura yang merasakan bau menyengat, tiba-tiba datanglah seorang iblis dengan ekspresi yang menggebu-gebu."Lapar! Aku lapar!"Azura yang terkaget m
Suasana hening memenuhi ruangan 2 x 3 meter persegi tersebut."Hah." Laurel menghela napasnya seraya menyeka cucuran keringat yang membasahi tubuhnya."Aku akan buatkan ramuan untukmu." Ucap Laurel yang beranjak berdiri menuju meja di sudut ruangan."Ka-kau sebe-narnya ahli pedang atau ah-li herba-l?" tanya Azura terbata-bata.Laurel tersenyum tipis. "Aku bisa menjadi apa saja, tergantung persepsimu."Azura terdiam sambil melirik Laurel dari kejauhan.'Orang itu di luar saja terlihat tidak serius dan meragukan. Tapi ternyata ia seorang yang jenius. Beberapa keahlian dapat dikuasainya. Pantas saja Guru La Gramarye menyuruhku untuk belajar dengannya.'"Nih, minumlah!" Seru Laurel sambil menyodorkan segelas ramuan kehijauan."Apa itu?" tanya Azura dengan ketus."Obat yang dapat mempercepat penyembuhan. Minumlah! Aku juga tidak menaruh racun kok ke sini," jawab Laurel.Azura terdiam dan menatap Laurel dengan tajam."Ha ha ha, apa aku kelihatan jahat? Jika aku jahat, aku tidak akan capek-c
Di Kejauhan, Azura melihat sekilatan cahaya berwarna-warni.“Cahaya apa itu?” gumam Azura.Semakin dilihat, cahaya itu semakin bersinar di antara langit malam.“Sudahlah, aku hampiri saja!” ucap Azura dengan penuh keyakinan.Melalui rasa keingintahuannya yang tinggi, Azura dengan percaya diri berjalan mendekati kilatan cahaya yang terus menerus memikatnya.“Satu! Dua! Ya, sedikit lagi!” Kata Laurel sambil menginstruksi salah satu laki-laki muda di depannya.‘Hebat sekali!’ Puji Azura di dalam hati sambil terus melotot ke arah Laurel dan laki-laki muda itu.Whoosh!Tiba-tiba sihir asing melesat dengan cepat ke arah Azura. Jika Azura tidak sempat mengelak, maka besar kemungkinan ia akan kembali terluka karena sihir salah sasaran tersebut.“Gila!” teriak Azura dengan mata yang terus membulat.“Azura! Kau tak apa-apa?” Tanya Laurela yang dengan panik langsung berjalan menghampiri Azura.Dengan ekspresi yang masih tercengang, Azura enggan menjawab pertanyaan Laurel.‘Jika aku kena si
Azura terdiam sambil menatap Laurel dengan dalam."Sudah, tidak perlu dipikirkan soal perkataanku." Tutur Laurel sambil menepuk-nepuk pundak Azura.'Jangan menilai dari penampilan? Apa aku memang senaif itu?' tanya Azura di dalam hati."Hoam, aku mengantuk sekali, tapi aku harus membereskan mayat iblis itu," ujar Laurel."Laurel!" panggil Azura.Laurel pun menoleh ke arah Azura."Ya?""Tolong ajarkan aku teknik bertarungmu! Aku mohon!" Ucap Azura seraya membungkukkan tubuhnya sebagai isyarat permohonan."O-oh, kau ini unik juga ya," sahut Laurel."Heh?" Azura lantas bingung dengan respon Laurel."Angkat kepalamu!" seru Laurel.Azura kembali menegakkan tubuhnya sesuai perintah Laurel."Jujur saja, aku kurang suka melihat permohonan seperti yang kau lakukan tadi," ucap Laurel."Oh ya?!"Laurel menganggukkan kepalanya.'Duh gawat. Bukannya membuat Laurel luluh tapi malah membuat Laurel tidak nyaman,' keluh Azura di dalam hati."Ka-kalau begitu maafkan aku per-.""Maaf untuk permohonan ya
Wush! Wush! Wush!"La-la-aurelll, manekin mu itu lohhh. Aaaa, tu-tunggu!" Teriak Azura sambil terus menghindari manekin prajurit milik Laurel.Wush! Wush!"Ah gila! dia cepat sekali," keluh Azura."Dia akan terus mengejarmu. Lalu mau sampai kapan kau menghindar begitu, Azura?" Tanya Laurel seraya berduduk santai dan menikmati secangkir kopi.Wush! Switch! Wush!"Laurel, aku sungguh tidak bisa menghindarinya. Menghindar saja tidak bisa, bagaimana melawannya?" "Ya kau sendiri tidak mencoba melawannya. Belum melawan kok sudah bilang tidak bisa," gerutu Laurel."Ba-bagaimana aku melawannya hah?! Dia terus saja membabi buta memburuku!" sahut Azura."Ya ya ya, kau coba saja terus. Yuk pasti bisa. Slurp!" Ucap Laurel seraya menyeruput secangkir kopi.Wush! Wush!"Hah hah." Napas Azura mulai tersengal karena ia terus saja berlari dan menghindari manekin itu.'Baik! Aku harus coba!'Slert! "Hyaaaaa!" Switch! Switch! Wush!Azura yang mulai lelah berlari tanpa ujung, akhirnya menghentikan lang
"Loutuz dancer, sejenis mantra sihir untuk mempertajam serangan," jawab Laurel."Oh begitukah," lirih Azura."Yup! Jadi sekarang…." Kata Laurel sambil mendekatkan wajahnya kepada Azura.Glek!Azura seketika tertegun.'A-ap-pa yang akan dia lakukan?' tanya Azura di dalam hatinya."Kau harus berlatih dua jurus dasar pedang dulu." Sambung Laurel seraya berjalan menjauh dari Azura."Hah." Azura menghela napas lega."Kau kenapa?" bingung Azura.Azura dengan cepat menggerakkan kedua tangannya. "Tidak, tidak. Bukan apa-apa, he he.""Oh baiklah, kalau begitu kau berlatihlah!" seru Laurel."Berlatih?" lirih Azura."Ya iya lah! Kau memang harus berlatih, kan?" tanya Laurel kembali."Benar juga ya," gumam Azura."Ya sudah sana! Aku mau menyimpan manekin ini dulu." Kata Laurel sambil berjalan pergi."Tu-tunggu!" seru Azura.Laurel menghentikan langkah kakinya, lalu ia menoleh dan menatap Azura. "Ya, ada apa?""A-anu…, bagaimana caranya aku berlatih? Aku tidak mengerti," tutur Azura.Laurel menepu
Switch. Switch. Swi-switch."Nah gitu! Ayok semangat Azura!" teriak Laurel dengan penuh antusias."Hah hah." 'Aku, aku harus bisa!' tekad Azura di dalam hati."Hyaaaa!"Switch Wush Switch. Swi-switch. Wush.Azura mulai tenang saat menggerakan pedangnya. Kini, ia mulai mencoba beberapa gerakan pendukung.Prok! Prok!"Nice Azura!" Ujar Laurel sambil bertepuk tangan bahagia."Elemenzeus sun light run!" gumam Azura.Wush. Switch. Switch.Azura mulai mengucapkan satu mantra yang membuatnya berlari cepat. Akan tetapi, disela pelariannya, ia memutar pedang dengan lincah dan cukup tegap."Elemenzeus white light ball!" Whoosh. Switch. Switch.Azura memutar pedang itu, lalu ia memukul sihir bola cahaya putih menggunakan pedang.Duar!Ledakan pun tidak terelakan."Hah hah." Azura berusaha mengatur napasnya sambil tersenyum lebar.Plak!Tanpa basa-basi, Laurel memukul kepala Azura."Sakit! Kau ini apa-apaan sih?!" Azura yang merasa tidak bersalah, langsung mengomel dan melototi Laurel."Kau ini
"Sudah lama ya kita tidak duduk berdua seperti ini," ucap Azura."Yah kau saja yang terlalu sibuk." Sahut Elenio, lengkap dengan senyum sinisnya."Aku ada tugas misi, mau bagaimana lagi.""Tapi kau hebat, Azura," puji Elenio.Azura lantas menoleh dan menatap Elenio. "Hebat kenapa? Kau bicara apa, Elen?""Iya, kau sangat hebat tau!" Tutur Elenio sambil menganggukkan kepalanya."Mana ada," gumam Azura."Kau hebat, Azura. Aku mohon kau jangan menyangkal itu.""Sekarang, coba jelaskan, aku hebat karena apa?""Banyak hal yang kau lalui. Kau juga hebat bisa mengalahkan banyak iblis," jawab Elenio."Hah." Azura menghela napasnya sejenak.Syuuu.Pepohonan bergoyang diterpa semilir angin."Aku berkali-kali hampir mati. Perutku saja sampai bolong," ucap Azura."Bo-b-b-bolong?!" Elenio terkaget setelah mendengar perkataan Azura.Azura menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Iya bolong, perlu aku tunjukkan?""Mana? Aku mau lihat!""Tidak boleh!" larang Azura."Cih, tadi kau menawarkan.""Aku perem
"Memangnya kenapa aku tidak boleh ikut dalam misi itu?" Tanya Azura sambil menatap Pangeran Elzenath dengan tajam."Hola, semua!" Sapa Laurel dari kejauhan yang berhasil memecah suasana."Cih," desis Pangeran Elzenath."Kalian sedang bicara apa? Sepertinya asik sekali?" Tanya Laurel sambil merangkul pundak Pangeran Elzenath."Kau ini, datang di saat yang tidak tepat!" Decak Pangeran Elzenath sambil mengepalkan kedua tangannya."Loh, emang iya?""Pake nanya lagi!" bentak Pangeran Elzenath."Hue he he, maaf ya. Aku tidak tahu." Sahut Laurel sambil tertawa kecil."Kenapa kalian bekerja sama untuk mencegahku menjalankan misi dari Guru La Gramarye?" tanya Azura dengan tegas."Ho ho ho, misi apa? Memang si Kakek tua itu memberikanmu misi apa sih? Aku saja ti-.""Diam!" potong Azura.Laurel langsung terdiam."Aku tidak ingin basa-basi. Aku butuh kepastian! Mengapa kalian bekerja sama mencegahku menjalankan misi itu? Apa kalian memandangku dengan lemah? Apa menurut kalian, aku tidak mampu men
Azura berjalan menyusuri lorong menara sihir yang cukup gelap.'Aku seperti berjalan di film horor,' decak Azura di dalam hati.Syuu. Cletak.Hembusan angin yang kencang, berhasil membuka paksa jendela usang di sisi lorong."Tanpa permisi." Gumam Azura sambil melihat jauh ke luar jendela.Prak. Prak.Langkah kaki perlahan mendekati Azura."Elizabeth, apa kabar?" tanya Azura."Saya sungguh terpukau. Kau menyadari kehadiranku dengan cepat."Azura tersenyum tipis, lalu ia pun berbalik dan menatap Elizabeth."Bukankah kita teman?" seloroh Azura.Elizabeth tersenyum kecil, lalu ia memejamkan matanya beberapa saat."Kau belum menjawab pertanyaanku loh." Ucap Azura sambil berdekap tangan."Kabarku baik. Bagaimana denganmu?" Tanya Elizabeth sambil menatap nanar mata Azura."Aku baik. Meskipun beberapa kali berada di ambang kematian." Jawab Azura sambil menatap pemandangan di luar jendela."Syukurlah jika begitu," ujar Elizabeth.Puk. Puk."Jika kau mati, mungkin Guru akan depresi." Sambung El
"Hah, aku lemas sekali." Lirih Azura seraya berjalan dengan lunglai."Maaf, kita tidak bisa masak daging," ucap Laurel.Azura menunjuk Laurel sambil berkata. "Ini semua gara-gara kau!""Hah?" Laurel pun menyanggah dengan mulut yang lebar."Iya! Gara-gara kamu! Kamu sih masak dagingnya lama, jadi keburu ada iblis," ujar Azura."Heleh, bukankah ini semua gara-gara kau?!" Laurel seketika menghentikan langkahnya."Kok aku?!" Azura yang tidak mau kalah, langsung berbalik tanya dengan mata yang membulat sempurna."Iya kamu! Coba saja jika kamu tidak marah-marah dan ngambek selayaknya bocah, kita mungkin sudah membakar daging dan menikmatinya sebelum para iblis itu datang." Decak Laurel sambil bertolak pinggang seperti seorang ayah yang memarahi putrinya."Apa?! Kau ini sebenarnya laki-laki atau perempuan sih?! Seenaknya sekali menilai seseorang!""Aku? Menilai? Aku menilai kamu? Hei, aku bukan menilai, tapi aku berbi-."Belum sempat Laurel melanjutkan perkataannya, tiba-tiba sesuatu menimpa
“Hoam, aku tidak mengerti mengapa kau malah mengajakku jalan saat dini hari.” Ujar Azura seraya menguap.“Agar kita cepat sampai ke Ibu Kota Tirakia.” Jelas Laurel yang memimpin jalan.“Mengapa harus cepat-cepat? Santai saja tidak sih?” gerutu Azura.“Kalau sudah sampai mah enak,” sahut Laurel.“Tapi kalau jalan dini hari seperti tadi bisa-bisa kita bertemu iblis.”“Siang hari juga kita bisa bertemu iblis.”“Tapi besar kemungkinan kita bertemu iblis kalau gelap.”Laurel menghentikan langkahnya.Bruk!Azura yang selama ini berjalan mengantuk, seketika menabrak punggung Laurel.“Aduh! Punggungmu keras sekali,” decak Azura.“Lagi pula mengapa kau malah menabrakku? Jika mau memelukku, bilang saja,” sahut Laurel.“Cih, mana ada. Hoam.”Laurel menoleh dan menatap Azura.“Kau sungguh mengantuk?” tanya Laurel dengan khawatir.Azura menganggukkan kepalanya dengan cepat.“Ya sudah, kita beristirahat dulu saja di sini!” Seru Laurel sambil mengarahkan Azura untuk duduk di bawah pohon mangga yang
“Baik, kalau begitu saya permisi.” Ucap seorang perempuan berambut pendek seraya pergi.“Siapa itu? Muridmu?” tanya Azura.“Oh, itu?” Tanya balik Laurel sambil menoleh dan menatap Azura.“Iya, memang kau berpikir apa, hah?!” Sahut Azura sambil berdekap tangan.“Dia bukan muridku.” Jelas Laurel sambil tersenyum tipis.“Lalu?”“Nih, dia memberiku sebuah surat ini.” Kata Laurel sambil menyodorkan Azura sebuah amplop putih.“Surat cinta?” ledek Azura.“Kau berpikir apa sih, ha ha ha.”“Yah, lalu apa? Mengapa juga kau malah memberikan surat itu kepadaku?” heran Azura.Laurel langsung meraih tangan Azura dan meletakkan amplop putih itu di atas telapak tangan Azura.“Heh?” Azura semakin bingung dengan sikap Laurel.“Surat itu untukmu.” Kata Laurel sambil berpaling dari pandangan Azura.“Untukku? Untuk apa? Apa sih maksudmu? Tinggal bicara saja, mengapa harus ada surat begini?”“Itu bukan surat dariku,” lirih Laurel.“Heh? Lalu?” Azura menaikkan kedua alisnya.“Itu dari pengawal kerajaan,” uc
"Nih!" Kata Laurel sambil menyodorkan segelas teh hijau kepada Azura."Kau sehat?" tanya Azura."Tentu saja, mengapa kau bertanya seperti itu?" Tanya balik Laurel sambil duduk di sebelah kanan Azura.Azura pun menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak biasanya saja kau baik.""Cih, sebegitu buruknya aku di pikiranmu?" sahut Laurel."Ha ha ha, tidak buruk selalu sih.""Ya sudah, nih ambil!" Seru Laurel seraya menggoyang-goyangkan segelas teh hijau."Hm, baiklah. Terima kasih." Kata Azura sembari menerima segelas teh hijau dari Laurel."Aku kagum dengan perkembanganmu," ujar Laurel."Heleh, jangan memujiku sebaik itu." Sahut Azura sambil mengendus aroma teh hijau.Laurel menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sedang memujimu. Aku bicara apa adanya.""Oh begitukah?" lirih Azura."Aku rasa perkembangan yang sekarang telah cukup, jadi apakah kau akan balik ke Ibu Kota?" tanya Laurel.Azura menoleh dan menatap Laurel selama beberapa detik, kemudian ia memalingkan pandangannya."Kau mengusir
"Hem benar! Kau benar Camaro!" Ucap Azura sambil menganggukkan kepala penuh tekad."Kalau begitu ayok Azura!" teriak Camaro."Hyaaaa!"Azura dan Camaro berlari menerjang kobaran api.'Saat ini, aku harus bisa!' kata Azura di dalam hati."Azura, ambil posisi barat!" seru Camaro."Hm, oke!" Sahut Azura sambil menganggukkan kepalanya dan berlari ke arah barat sesuai dengan instruksi Camaro."Uhuk! Uhuk!" Asap yang menggumpal begitu pekat mengganggu pernapasan dan penglihatan Azura.'Aku harus menggunakan sihir perlindungan,' kata Azura di dalam hati."Elemenzeus light eyes protected!" gumam Azura.Melalui sihir perlindungan yang Azura aktifkan, ia mampu melihat lebih jelas semua objek di antara asap tebal."Azura, mari serang bersamaan!" seru Camaro."Hm, baik!" Kata Azura sambil menganggukkan kepalanya."Wahai Dewa penyelamat alam semesta, berikanlah kami sedikit kekuatan. Elemenzeus white light ball!" Teriak Azura dan Camaro secara serempak.Syuuuu!Bola cahaya putih melesat dengan ce
“Hya! Hya!”Syut! Switch!“Hah hah.”Azura dengan penuh tekad berlatih seorang diri di bawah sinar rembulan.‘Aku, harus lebih kuat!’ tegas Azura di dalam hati.“Hya!”Whoosh! Duar!Brak.Azura terduduk lelah. “Sial, seharusnya aku bisa menahan diri sedikit lagi. Jika begini, aku bisa membangunkan banyak orang.”Brum! Brum!Sesekali Azura merasakan sebuah getaran misterius di dekatnya.“Getar?” Dengan rasa waspada, Azura memperhatikan sekelilingnya.‘Di saat seperti ini, adalah cara yang tepat untukku menciptakan sihir baru,’ kata Azura di dalam hati.Azura langsung menundukkan kepalanya, lalu ia berkonsentrasi dengan keras.“Wahai Dewa pemelihara alam semesta, aku..., Azura Amalthea, meminjam sedikit kekuatanmu. Elemenzeus light eyes detected!”Mata Azura seketika di kelilingi oleh cahaya violet.‘Aku berhasil! Aku bisa, aku bisa merasakannya!’ senang Azura di dalam hati.Azura pun tersenyum puas. Kini, dengan kekuatan sihir yang ia ciptakan, ia mampu melihat objek halus yang tidak t