Share

122. Jaket

last update Last Updated: 2024-12-13 15:44:32

“Oliver, gimana menurut kamu gaun yang ini? Apa ini cocok untukku?”

Oliver tidak menjawab. Pria itu hanya duduk melamun, menatap meja dengan tatapan kosong.

Zara menghela napas panjang, ia semakin kesal dengan sikap Oliver yang terus mengabaikannya. Padahal saat ini mereka tengah berada di butik, membeli gaun untuk Zara kenakan di acara perusahaan Oliver hari Sabtu nanti.

“Oliver...,” tegur Zara dengan suara yang lebih keras, yang mampu mengeluarkan Oliver dari lamunan.

“Ya? Apa?” Oliver mendongak, menatap Zara tanpa ekspresi.

“Gaun ini cocok di aku nggak?” tanya Zara sekali lagi.

Oliver menatap gaun yang dikenakan Zara sesaat, sebelum menjawab, “Iya. Kurasa cocok.”

Zara menghela napas panjang kembali, ia merasa Oliver seperti terpaksa menjawab, dan hal itu membuat Zara merasa semakin diabaikan.

“Baik, kalau menurutmu cocok, aku akan pilih yang ini.” Zara berusaha menyunggingkan senyuman lembut, lalu bicara pada staf butik bahwa ia memilih gaun tersebut.

Setelah be
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
marlaina marliana
hayo sekarang coba uji tuh si gadis licik. sebutin apa sj yg di kenang sm yara zaman dulu apa benar dia punya kenangan itu dan jgn diberitahukan apa sj biarkan dia membongkar sendiri aib yg dibuatnya
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
secara ga sengaja dia ngaku sendiri siapa yg dulu di cintai Oliver
goodnovel comment avatar
Isma Eni
tinggal nunggu ibunya cerita jdi drop mungkin karena rasa bersalah juga ke yata
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   123. Bukan Zara

    Zara merasa gelisah. Pasalnya, Oliver terus menatapnya dengan tatapan penuh selidik. Tatapan itu membuat Zara tidak nyaman, ia merasa seperti seorang tersangka yang tengah diselidiki oleh seorang detektif. “Oliver, kenapa menatapku terus seperti itu?” tanya Zara sambil pura-pura sibuk dengan ponselnya. Oliver mengembuskan napas kasar. “Nggak apa-apa, aku cuma penasaran tentang satu hal yang nggak bisa aku abaikan.” Zara mengangkat wajahnya, menatap Oliver dengan pandangan bingung. “Tentang apa?” Oliver terdiam sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk bicara. “Tentang jaket tadi. Aku yakin, jaket itu dulu milikku. Aku memberikannya pada seseorang di masa lalu. Tapi kalau benar itu milik Yara…” Oliver menggantung kalimatnya, menatap Zara dengan tajam. “Kenapa bisa berada di tangannya?” Zara terdiam, berusaha mencerna ucapan Oliver. ia lalu menggeleng bingung. “Mungkin cuma kebetulan, Oliver. Mungkin desainnya mirip saja. Kamu tahu, banyak barang yang terlihat sama, kan?” Oli

    Last Updated : 2024-12-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   124. Kebenaran Yang Terungkap

    “Oliver, kenapa kita berhenti di sini?” tanya Zara saat Oliver menghentikan kendaraan di pinggir sebuah lapangan yang tidak begitu ramai malam itu. Oliver tidak menjawab, ia mematikan mesin mobil dan berkata, “Ikut aku.” Lalu turun setelah melepas sabuk pengaman. Dengan penuh kebingungan, Zara ikut turun saat Oliver membukakan pintu untuknya. Namun saat melihat banyak pasangan yang mengobrol di pinggir lapangan itu, seulas senyum tersungging di bibir Zara. Ia berpikir, mungkin Oliver ingin berjalan kaki bersamanya seperti pasangan-pasangan yang lain. Zara berjalan di depan Oliver masih dengan senyuman lembutnya, lalu berbalik menghadap Oliver. Dan saat itu juga senyuman Zara lenyap kala mendapat tatapan tajam dari pria itu. “Oliver, kenapa menatapku seperti itu?” tanya Zara, bingung. Jantungnya mulai berdebar kencang, tak karuan. Tanpa menjawab, Oliver mendekat dengan gerakan cepat dan tiba-tiba mengangkat tangannya, seperti akan memukul. Zara terkejut dan mundur beberapa langka

    Last Updated : 2024-12-13
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   125. Fakta Baru

    Zara menangis tersedu-sedu di samping ranjang pasien. Bukan. Ia bukan sedang menangisi Zio. Sebab putranya itu sudah terlihat baik-baik saja setelah tadi malam mendapat tindakan medis di bagian kepalanya yang sobek. Namun, Zara menangisi sikap Oliver yang semakin dingin terhadapnya. Bahkan sejak mereka datang ke rumah sakit tadi malam, Oliver tidak berbicara pada Zara satu patah katapun. Pria itu seolah-olah menganggap Zara tidak ada. Dan hal itu membuat dada Zara terasa sesak. Siang ini Zara sendirian menunggu Zio di ruang perawatannya. Sementara Oliver sudah pergi ke kantor pagi tadi. “Bagaimana kondisinya?” Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Zara menghentikan isak tangisnya. Suara itu.... Wajah Zara seketika memucat kala mendengar suara yang tak asing di telinga. Itu bukan suara Oliver. Melainkan suara seseorang yang tidak Zara harapkan kehadirannya. Zara menoleh dengan tatapan waspada. Ia melihat seorang pria berpakaian kasual sudah berdiri di belakangnya, entah sejak k

    Last Updated : 2024-12-14
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   126. Titik Lemah Oliver

    Oliver hilang. Kabar itu membuat geger seluruh keluarga Davin. Sejak kemarin malam Oliver tidak ditemukan keberadaannya. Jingga duduk di ruang tamu dengan gelisah. Sementara Davin sibuk menelepon kesana kemari sambil berusaha menyembunyikan kepanikannya. “Mas, masih belum ada kabar juga dari Oliver?” tanya Jingga dengan suara bergetar. Ia menatap suaminya dengan cemas. Davin menurunkan ponsel dari telinga, menghampiri Jingga dan berusaha menenangkannya. “Masih belum, Sayang,” jawab Davin, “yang jadi masalahnya, Oliver meninggalkan handphone-nya di rumah. Dia seperti sengaja ingin menghilang.” Davin mengusap wajah dengan kasar. Saat ini ia berada di rumah Oliver. “Lisa,” panggil Davin pada Lisa. “Apa ada tanda-tanda sebelum kepergian Oliver? Apa dia mengatakan sesuatu padamu?” Lisa yang tampak cemas pun menggeleng. “Tuan Oliver tidak mengatakan apapun, Tuan,” jawabnya, “tapi sikap Tuan Oliver sejak kepergian Nona Yara memang berbeda. Beberapa hari terakhir beliau hampir

    Last Updated : 2024-12-14
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   127. Kehidupan Baru

    Enam tahun kemudian. Yara bersenandung pelan sambil mengetukkan jari telunjuknya pada setir mobil yang tengah ia kendarai. Lampu lalu lintas yang seketika berubah merah, membuat Yara terpaksa menghentikan laju kendaraannya di belakang zebracross. Ia melirik arloji, lalu menghela napas. “Aku harap mereka nggak marah karena aku datang terlambat,” gumamnya pada diri sendiri. Sambil menunggu lampu berubah hijau, Yara mengedarkan pandangannya ke sekeliling jalanan. Tidak banyak yang berubah dari ibukota setelah Yara pergi meninggalkannya selama hampir enam tahun. Salah satu ciri khas dari negeri ini adalah baligho yang terpampang di pinggir jalan. Saat Yara mengalihkan tatapannya ke samping kanan, saat itu juga Yara terdiam kala melihat foto seseorang dari masa lalunya yang terpampang dalam sebuah baligho. Yara terpaku. Wajah pria itu masih sama seperti dulu. Tegas dan terkesan dingin. Hanya saja, kini terlihat jauh lebih matang. Bunyi klakson yang memekik di belakangnya mengeluar

    Last Updated : 2024-12-15
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   128. Pertemuan Pertama

    Yara menunggu di ruang tunggu UGD dengan perasaan cemas yang berusaha ia sembunyikan, sebab di sampingnya ada Airell. Yara harus berusaha setenang mungkin jika tidak ingin membuat Airell menangis dan semakin cemas. Tak lama, dokter yang memeriksa Arthur pun keluar, menyampaikan kabar yang membuat lutut Yara mendadak terasa lemas. “Anak Ibu terkena anemia berat,” ucap sang dokter, “Arthur harus segera mendapatkan transfusi darah. Namun sayang sekali, golongan darah A di bank darah kami sangat terbatas.” Yara merasa tubuhnya semakin lemas. Ia berusaha tenang, tetapi pikirannya terlalu kalut. "Apa tidak ada cara lain, Dok?" tanyanya dengan suara gemetar. "Kami akan segera mencoba mencari donor, Bu," jawab sang dokter. "Kami juga akan memeriksa data pendonor reguler kami." Yara menjatuhkan tubuhnya ke kursi sambil menangkup wajahnya. Ia merasa khaw

    Last Updated : 2024-12-16
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   129. Mimpi Ketemu Daddy

    Oliver selesai mengganti celananya yang terkena tumpahan es krim dengan celana yang baru saja diambilkan Lucas dari mobilnya. Untuk berjaga-jaga, Oliver memang selalu menyimpan pakaian cadangan di dalam mobil. Dan pakaian itu berguna di saat-saat seperti ini.Oliver menggulung lengan bajunya hingga ke siku. Saat tatapannya tertuju pada lengan bagian dalam siku itu, tanpa sadar ingatan Oliver melayang pada percakapan antara dua perawat di dalam lift tadi. Oliver berusaha mengabaikannya. Itu bukan urusan dirinya. Masih banyak orang bergolongan darah A di luar sana, pikir Oliver.Namun, Oliver tak bisa menyangkal. Ada sebagian dari dalam dirinya yang terusik. Seperti ada dorongan kuat untuk mendonorkan darahnya pada anak tak dikenal itu.“Tuan, rapatnya sebentar lagi akan dimulai.” Ucapan Lucas menyadarkan Oliver dari lamunan. Maksud kedatangannya ke rumah sakit ini memang untuk rapat bersama para eksekutif rumah sakit yang berada di bawah naungan New Pacific Group.Oliver menghela napas

    Last Updated : 2024-12-16
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   130. Saling Tatap

    Mata Airell berkaca-kaca kala melihat tangan kakaknya yang dipasangi jarum infus. Sedetik kemudian, air matanya tumpah.“Huwaa...! Arthur, pasti sakit banget, Mom!” isak Airell, yang memiliki hati lembut dan tidak tegaan itu. “Arthur, kenapa harus sakit, sih? Aku ‘kan nggak tega lihatnya. Huwaa....!”“Ish! Sssst! Berisik.” Arthur menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri. “Jangan cengeng, Airell. Aku saja yang sakit tidak menangis, tahu?"Yara menghela napas pelan melihat tangisan Airell yang semakin menjadi-jadi. Ia mengabaikan Airell sesaat, lalu fokus kembali pada laporan yang disampaikan oleh Sri.“Jadi, kemarin Airell menumpahkan es krimnya ke celana seseorang? Astaga....” Yara menyugar rambut lurus panjangnya ke belakang.“Iya, Bu. Aduh, saya sampai khawatir orang itu akan memarahi Non Airell. Soalnya dilihat dari penampilannya, dia sepertinya orang yang sangat penting

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 7. Ending

    Oliver duduk dengan punggung tegak di atas sunbed, netra hitam di balik kacamata hitamnya memperhatikan Yara yang sedang mengajari Avery berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pantai. Deburan ombak sesekali terdengar dari kejauhan, diiringi bunyi sekawanan burung camar yang sesekali melintas di udara. “Sial! Apa yang laki-laki itu lakukan?” desis Oliver pada dirinya sendiri saat melihat seorang lelaki tak dikenal menghampiri Yara dan mengajaknya mengobrol. Tidak bisa dibiarkan. Detik itu juga Oliver berdiri, dan sempat bicara pada si kembar Arthur dan Airell yang tengah bermain pasir di sebelahnya, “Arthur, Airell, tunggu di sini sebentar.” Oliver bergegas menghampiri Yara setelah mendapat anggukkan dari kedua anaknya. “Maaf, ada kepentingan apa Anda dengan istri saya?” tanya Oliver pada lelaki itu tanpa basa-basi sambil menekankan kata ‘istri saya’. Lelaki yang hanya mengenakan celana selutut itu tersenyum canggung dan tampak terintimidasi oleh tatapan tajam Oliver. “Oh, t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 6.

    “Kak Zio!”“Yeay! Kak Zio datang! Aku kangen Kak Zio!”Arthur dan Airell berlari menghampiri Zio. Zio berjongkok, merentangkan kedua tangan dan memeluk si kembar secara bersamaan.“Aku juga kangen kalian,” ucap Zio sambil tertawa bahagia.Arthur yang pertama kali melepaskan diri dari pelukan itu. “Kak Zio, ayo lihat adik aku. Avery cantik, lho!”Mendengar ucapan Arthur, Airell pun cemberut. “Memangnya aku tidak cantik?”“Cantik, sih. Tapi sedikit.” Arthur tertawa jahil.“Arthur...!” rengek Airell dengan bibir yang semakin memberengut.Zio tersenyum dan menggenggam tangan Airell. “Kamu cantik, Airell. Nggak ada yang ngalahin cantiknya kamu.”Mata Airell seketika berbinar-binar. “Sungguh?”“Hm! Aku serius.” Zio mengangguk. “Kalau begitu ayo kita lihat Avery. Di mana dia sekarang?”Airell tersenyum ceria, ia menarik tangan Zio sambil berkata, “Avery lagi sama Daddy. Ayo!”Melihat interaksi mereka bertiga, Yara pun tersenyum penuh haru. Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun merindukan Zio.“Zi

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 5.

    “Oliver, kamu baik-baik saja?” Marshall menelengkan kepala, menatap wajah sepupunya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. “Kamu sepertinya kurang tidur.”Oliver mengembuskan napas panjang. Ia duduk dengan tegap di sofa, tepat di hadapan Marshall. “Menurutmu aku bisa tidur nyenyak? Setiap malam Avery selalu bangun dan saat siang dia tidur nyenyak.”Avery William adalah nama untuk anak ke tiga Yara dan Oliver. Nama itu Oliver sendiri yang memberikannya.Mendengar keluhan Oliver, Marshall tertawa puas. “Gimana dengan Yara?”“Aku membiarkan dia tidur kalau malam. Lagian Avery selalu ingin bersamaku. Seolah-olah dia tahu kalau dulu ayahnya nggak menemani kakak-kakak dia waktu masih bayi.” Oliver tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri kala membayangkan Yara melewati masa-masa mengurus bayi kembar sendirian.“Mengurus satu bayi saja sudah repot, apalagi dua,” timpal Marshall, “kamu tahu maksudku?”Oliver mengembuskan napas. “Aku tahu. Kamu nggak perlu menambah rasa bersalahku kar

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 4.

    Oliver terduduk lemas di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya acak-acakan. Dan kedua lengannya tampak merah, dipenuhi bekas gigitan dan cakaran. Oliver melamun. Seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri, hingga Oliver mengabaikan keadaan di sekitarnya.Jingga keluar dari ruangan bersalin. Ia prihatin melihat kondisi Oliver yang tampak terguncang. Lalu menghampirinya.“Oliver, kenapa kamu diam di sini? Yara dan bayi kalian menunggu di dalam,” ucap Jingga dengan lembut.Ya, Yara sudah melahirkan beberapa saat yang lalu ditemani Oliver. Setelah bayinya berhasil dilahirkan dengan selamat dan sempurna, Oliver pun keluar dari ruangan itu dan duduk termenung sendirian.“Oliver...,” panggil Jingga saat Oliver tidak merespons ucapannya.Oliver tetap bergeming. Melamun dengan tangan gemetar.Jingga menghela napas panjang. Ia duduk di samping putranya, lalu menggenggam tangannya yang terasa dingin.Saat itulah Oliver keluar dari lamunannya dan menatap Jingga deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 3.

    “Oliver, perutku sakit banget.”Bisikan Yara tersebut berhasil menghentikan Oliver yang sedang berbincang-bincang dengan kliennya. Oliver langsung menoleh pada Yara dan melihat wanita itu tengah mengerutkan kening seperti menahan rasa sakit.“Sayang, perut kamu sakit?”Yara mengangguk. “Sakit banget,” katanya sembari mencengkeram lengan Oliver kuat-kuat.Raut muka Oliver seketika berubah menegang. Tangannya menangkup pipi Yara dan berkata dengan tegas, “Kita ke rumah sakit sekarang!”Tanpa basa-basi, Oliver segera mengangkat Yara ke pangkuan. Sikapnya itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitar mereka. Namun Oliver tampak tidak peduli. Saat itu juga ia membawa Yara keluar dari ballroom dengan ekspresi panik yang gagal ia sembunyikan.“Oliver, jangan terlalu khawatir. Sekarang sakitnya sudah hilang lagi, kok,” kata Yara, berusaha menenangkan Oliver yang kini tengah mengemudi dengan tatapan kalut.“Sayang, mana bisa aku nggak khawatir,” sergah Oliver sembari mengusap wajah deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 2.

    “Oliver, sudah kubilang, aku bisa melakukannya sendiri. Astaga....”“Tidak! Selama aku bisa melakukannya untukmu, akan kulakukan!” tegas Oliver, sebelum akhirnya pria itu memangku Yara ke kamar mandi.Yara memutar bola matanya malas, tapi ia tidak menolak lagi. Karena sekali lagi Yara menegaskan, Oliver adalah pria yang tidak menerima penolakan.Sejak awal kehamilan, Oliver selalu memberi perhatian lebih dan memanjakan Yara. Apalagi saat kehamilan Yara sudah membesar seperti sekarang, Oliver bahkan tidak mengizinkan Yara melakukan aktifitas yang sedikit berat. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. memenuhi segala kebutuhan Yara dan melayaninya dengan sepenuh hati.Oliver sering berkata pada Yara bahwa ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu yang tidak menemani Yara sewaktu kehamilan si kembar.“Jangan lihat aku. Aku malu,” protes Yara saat Oliver sudah melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya.Oliver tersenyum kecil. “Apa yang membuat kamu malu, Sayang?” tanya

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 1.

    “Daddy! Mommy! Ada tamu!”“Shit!” Oliver mengumpat sambil memejamkan matanya sejenak kala mendengar seruan Airell di luar sana.Namun, hal itu tidak menyurutkan gairah Oliver. Ia berusaha menggerakkan dirinya dengan selembut mungkin agar tidak menyakiti istrinya yang kini berada di hadapannya. Posisi wanita itu memunggunginya.“Oliver...,” desah Yara sambil mencengkeram sprai erat-erat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan desah agar tidak keluar lebih keras lagi. “Airel bilang... ada tamu.” Yara berkata dengan napas terengah-engah. “Itu pasti Zara, dia sudah... datang.”“Ssstt!” Oliver menarik dagu Yara agar menoleh ke arahnya. Lantas dilumatnya bibir sang istri dengan rakus tanpa menghentikan gerakannya. “Jangan hiraukan, Sayang. Fokus saja padaku,” bisik Oliver sesaat setelah ia menjauhkan bibir mereka berdua.“Daddy! Mommy! Ada Aunty Zara!” seru Airell lagi, kali ini diiringi ketukan pintu.

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   211. Satu-satunya Untukku (Last Chapter)

    Lapangan basket yang biasanya dipenuhi suara bola memantul dan teriakan semangat, kini telah berubah menjadi tempat makan malam romantis yang memukau. Lampu-lampu kecil berkelap-kelip menggantung di sepanjang tiang ring basket, menciptakan suasana hangat dan romantis. Sebuah meja bundar berlapis kain putih dihiasi lilin-lilin kecil serta rangkaian bunga matahari—bunga favorit Yara. Kursi-kursi tertata rapi, dan di tengah meja, terdapat dua set hidangan yang tertata indah. Dan alunan musik romantis terdengar merdu. Yara berdiri mematung di tempatnya, matanya membulat dan bibirnya sedikit terbuka, ia tak mampu menyembunyikan kekagumannya. Oliver yang berdiri di sampingnya, hanya tersenyum melihat ekspresi istrinya itu. “Kamu suka?” tanya Oliver dengan suara lembut. Yara mengangguk perlahan dan keluar dari keterpakuannya. “Oliver... ini keren banget. Kamu benar-benar menyulap lapangan basket jadi tempat makan malam seindah ini?” Oliver tertawa kecil. “Ini bukan sekadar lapangan ba

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   210. Kejutan Dari Oliver

    Yara menatap pantulan dirinya di cermin. Senyuman lebar tersungging di bibir kala ia melihat baby bump-nya sudah sedikit membuncit.Ia jadi teringat dengan ucapan Oliver yang akhir-akhir ini selalu bilang bahwa lelaki itu sangat menyukai bentuk tubuh Yara yang sedang hamil.Dulu, waktu kehamilan pertama, Yara mendapatkan perhatian dari Oliver hanya dalam waktu singkat. Namun kali ini, hampir setiap waktu perhatian Oliver selalu tercurah padanya. Membuat Yara merasa menjadi wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia karena dicintai oleh lelaki seperti Oliver.Sehingga timbul di hati Yara rasa takut ditinggalkan oleh suaminya itu. Yara sudah bergantung padanya. Menjadikan lelaki itu pusat dunianya.Beranjak dari depan cermin, Yara menghampiri meja kerjanya. Di atas meja teronggok sebuah bucket bunga matahari, yang membuat Yara seketika tersenyum cerah. Ia meraih secarik kertas dari sana, dan menemukan tulisan tangan Oliver dalam kertas tersebut.‘Honey, kamu tahu perbedaan mata

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status