Berhubung Ibu adalah ahli forensik yang terkenal dan populer dalam industri, ada banyak orang yang mengundangnya untuk memberikan bimbingan autopsi. Bahkan ada beberapa departemen terkait yang memintanya menjadi konsultan.Demi menjaga reputasinya, Ibu mulai merencanakan masa depan Justin. Di bawah otoritas Ibu, Justin mau tak mau memilih jurusan ini meskipun tidak bersedia. Dengan bantuan Ibu, Justin juga berhasil masuk ke jurusan forensik.Ibu merasa Justin pasti akan menyelesaikan pendidikan dengan baik, lalu meneruskan posisinya sebagai ahli forensik yang unggul. Kebetulan, lembaga penelitian tempat Ibu bekerja sedang merekrut sekelompok calon ahli forensik untuk melakukan penelitian dan magang. Tanpa berpikir panjang, Ibu langsung merekomendasikan Justin.Reputasi Justin di tempat magang sangatlah tinggi. Bahkan pemimpin lembaga penelitian juga mengetahui bahwa dia adalah anak kesayangan Ibu. Ada banyak orang di lembaga penelitian yang sangat mengagumi Ibu. Jadi, mereka juga sanga
Hasil pencocokan DNA mayatku sudah keluar. Kapten Jamal yang membaca hasilnya pun berkata dengan wajah pucat, “Bu Sanny, hasil pencocokan DNA korban pembunuhan itu sudah keluar. Coba kamu lihat.”Ekspresi Kapten Jamal yang suram membuat Ibu merasa bingung.“Secara biologis, dia itu putrimu. Dengan kata lain, dia itu Hana, kakaknya Justin.”Ibu menerima dokumen itu dengan tegang, lalu tiba-tiba menarik kerah baju Kapten Jamal sambil berseru, “Nggak mungkin! Mana mungkin itu putriku! Hasil ini pasti bermasalah!”Kapten Jamal menatapnya dengan penuh simpati dan menyahut, “Bu Sanny, orang yang sudah meninggal nggak bisa hidup kembali. Turut berdukacita.”Ibu langsung berlari ke ruang mayat seperti sudah gila, tetapi malah menabrak Justin yang kebetulan baru datang. Justin pun mengeluh, “Ah! Ibu, apaan sih! Kamu sudah menabrakku!”Ibu seolah-olah tidak mendengar seruan Justin. Dia langsung membuka kain putih yang menutupi mayatku dan menatapnya serta tanda lahir yang familier itu sambil mel
Melihat Ibu dan Justin yang masih bertengkar, Kapten Jamal juga merasa sedih. Tidak ada yang menyangka bahwa korbannya adalah putri ibuku. Untungnya, Kapten Jamal tidak berhenti menengahi mereka, sehingga mereka berhenti bertengkar.Kapten Jamal menatap Ibu, lalu bertanya, “Di hari kejadian, apa kamu temukan hal yang aneh tentang Hana?”Begitu mendengar pertanyaan ini, Ibu langsung teringat keanehanku dan merinding. Ternyata, telepon waktu itu benar-benar aku meminta tolong.“Ibu, aku sakit banget. Tolong aku.”Dalam keadaan sekarat, aku pernah meneleponnya. Jika pada saat itu dia peduli padaku, aku masih punya sedikit harapan untuk hidup. Ironisnya, dia malah hanya memakiku. “Gadis busuk itu telepon aku lagi. Menyebalkan banget! Entah trik apa lagi yang mau dipakainya. Kakakmu benar-benar licik dan suka bohong. Kita nggak usah pedulikan dia.”Ibu bergumam sendiri, lalu duduk bersandar di sudut dinding dan menangis sambil menutupi wajahnya.“Hana, apa yang sudah Ibu lakukan. Kenapa ja
Setelah puas, sekelompok orang itu langsung menelantarkan Justin yang sudah pingsan di hutan belantara. Aku tidak menyangka bahwa kepalaku juga ditemukan di tempat ini. Orang yang menemukanku adalah pria tua yang sedang memulung.Setengah bagian kepalaku muncul dari tanah dan menunjukkan setengah wajahku yang sudah dikuliti, yang tersisa hanyalah selapis daging kemerahan. Setengah bagian mulutku robek dan menunjukkan gigi yang putih, sedangkan mataku membelalak. Keadaan ini sangatlah mengerikan.Kapten Jamal membawa Ibu kemari. Bau busuk dari kepalaku sangatlah menyengat. Begitu melihat kepalaku, Ibu langsung menangis dan jatuh terduduk di tanah.“Ini semua salah Ibu. Ibu bersalah padamu. Asal kamu kembali ke sisi Ibu, Ibu akan lakukan apa saja!” seru Ibu. Dia terlihat sangat menyesal dan sengsara, seolah-olah aku adalah orang yang terpenting baginya.Namun, tidak lama setelah kepalaku ditemukan, polisi juga menemukan Justin yang pingsan dengan tubuh telanjang di sekitar. Bagian di ant
Begitu masuk, langsung tercium bau darah yang menyengat. Di ruang bawah tanah rumahnya, ternyata masih ada beberapa mayat. Mereka semua adalah wanita yang ditipunya melalui internet atau yang diculiknya secara langsung. Ternyata, dia tidak pernah berhenti melakukan kejahatan.Hal yang paling mengejutkanku adalah, terdapat banyak foto Ibu saat masih muda di rumahnya. Andy mengira dengan menghabisiku, Ibu akan bersama dengannya. Pantas saja dia menculikku dan menyiksaku sebelum membunuhku. Sebab, aku dan Ibu sangat mirip.Dia bahkan menyimpan rekaman saat mengiris-iris tubuhku yang ukuran datanya sangat besar. Dia tidak berhenti menonton rekamanku disiksa sebagai caranya bersenang-senang.Seorang polisi membaca buku harian Andy. Setelah membaca makin ke belakang, ekspresinya menjadi makin serius dan keningnya juga berkerut. Kemudian, dia menutup buku harian itu, sepertinya karena tidak ingin lanjut membaca lagi.“Sial! Biadab sekali! Bajingan sekejam ini pantas dicabik-cabik!” umpatnya.
Sejak saat itu, Ibu akan selalu bergumam sendiri. Dia membicarakan tentang hal-hal masa kecilku dan juga meminta maaf pada udara.“Waktu Hana 5 tahun, Hana pernah belajar masak untuk Ibu. Waktu itu, Ibu malah marah sama Hana. Setelah dipikir-pikir sekarang, itu adalah makanan terenak yang pernah Ibu makan seumur hidup ini.”“Wali kelas Hana juga pernah cari Ibu dan bilang Hana itu selalu jadi ketua kelas, juga adalah siswi terbaik setiap tahunnya.”“Kalau Hana masih hidup, kita sekeluarga pasti akan sangat bahagia.”Jelas-jelas, dulu dia sama sekali tidak menanggapi semua ini. Sekarang, dia baru menghargainya. Bukankah semuanya sudah terlambat?Setelah upacara pemakamanku, polisi menyerahkan seluruh barang bukti kepada jaksa. Pengadilan secara resmi menerima kasus tersebut dan mengumumkan putusannya 2 hari kemudian.Di sisi lain, rincian peristiwa pembunuhan ini sudah diungkapkan di internet sedikit demi sedikit. Orang yang mengetahui berita ini sangat marah. Semua orang tahu bahwa ada
“Ibu, aku sakit banget. Tolong aku! Aku sakit banget! Ibu, aku mohon tolong aku!” mohonku sambil menangis dengan putus asa pada orang di ujung telepon. Namun, balasan yang kudapatkan hanyalah makian.“Hana, diam! Adikmu sudah mau ujian bedah anatomi. Sekarang, tekanannya sangat besar. Kamu jangan ganggu!”Pada detik terakhir sebelum ibuku memutuskan sambungan telepon, aku mendengar gumaman kesalnya, “Menyebalkan banget! Entah trik apa lagi yang mau dipakainya. Kakakmu benar-benar licik dan suka bohong. Kita nggak usah pedulikan dia.”Suara sambungan telepon diputuskan itu menjadi pukulan terakhir yang menghancurkanku. Psikopat pria itu menjambak rambutku, lalu tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Hahaha! Lihat, ibumu sama sekali nggak sayang sama kamu. Nggak akan ada yang datang menolongmu. Kasihan sekali kamu.”Sambil tertawa, dia juga mengejekku dengan ekspresi penuh niat jahat, “Kamu dan ibumu sama-sama adalah orang rendahan. Aku benar-benar muak melihat kalian! Sekarang, aku akan p
Setelah tiba di lokasi, para tetangga sudah berkumpul di sekitar.“Kenapa harus bunuh orang! Kejam banget!”“Dengar-dengar, korbannya diiris-iris!”Justin mengikuti ibuku dengan takut. Sementara itu, ibuku yang sudah memiliki pengalaman puluhan tahun di bidang forensik juga dikejutkan oleh serpihan daging yang bertebaran di mana-mana.“Kenapa ada begitu banyak serpihan daging? Dagingnya harus dibawa pulang untuk diuji supaya bisa tahu korbannya siapa. Kasihan sekali orang ini. Haih.” Setelah mengenakan sarung tangan, dia baru berangsur-angsur tenang dan melanjutkan, “Semuanya, menjauhlah. Formalin mungkin bisa sebabkan alergi. Aku mau minta staf penguji untuk bersihkan tempat ini dulu.”Kemudian, dimulai proses membersihkan lokasi, menggambar sketsa, memberi label pada gambar, mengumpulkan potongan daging dan membekukannya. Ibu adalah seorang ahli forensik yang bertanggung jawab, cakap, dan teratur. Dia mengeluarkan mayat yang hancur itu dari dalam formalin. Mayatku sudah tidak berkep
Sejak saat itu, Ibu akan selalu bergumam sendiri. Dia membicarakan tentang hal-hal masa kecilku dan juga meminta maaf pada udara.“Waktu Hana 5 tahun, Hana pernah belajar masak untuk Ibu. Waktu itu, Ibu malah marah sama Hana. Setelah dipikir-pikir sekarang, itu adalah makanan terenak yang pernah Ibu makan seumur hidup ini.”“Wali kelas Hana juga pernah cari Ibu dan bilang Hana itu selalu jadi ketua kelas, juga adalah siswi terbaik setiap tahunnya.”“Kalau Hana masih hidup, kita sekeluarga pasti akan sangat bahagia.”Jelas-jelas, dulu dia sama sekali tidak menanggapi semua ini. Sekarang, dia baru menghargainya. Bukankah semuanya sudah terlambat?Setelah upacara pemakamanku, polisi menyerahkan seluruh barang bukti kepada jaksa. Pengadilan secara resmi menerima kasus tersebut dan mengumumkan putusannya 2 hari kemudian.Di sisi lain, rincian peristiwa pembunuhan ini sudah diungkapkan di internet sedikit demi sedikit. Orang yang mengetahui berita ini sangat marah. Semua orang tahu bahwa ada
Begitu masuk, langsung tercium bau darah yang menyengat. Di ruang bawah tanah rumahnya, ternyata masih ada beberapa mayat. Mereka semua adalah wanita yang ditipunya melalui internet atau yang diculiknya secara langsung. Ternyata, dia tidak pernah berhenti melakukan kejahatan.Hal yang paling mengejutkanku adalah, terdapat banyak foto Ibu saat masih muda di rumahnya. Andy mengira dengan menghabisiku, Ibu akan bersama dengannya. Pantas saja dia menculikku dan menyiksaku sebelum membunuhku. Sebab, aku dan Ibu sangat mirip.Dia bahkan menyimpan rekaman saat mengiris-iris tubuhku yang ukuran datanya sangat besar. Dia tidak berhenti menonton rekamanku disiksa sebagai caranya bersenang-senang.Seorang polisi membaca buku harian Andy. Setelah membaca makin ke belakang, ekspresinya menjadi makin serius dan keningnya juga berkerut. Kemudian, dia menutup buku harian itu, sepertinya karena tidak ingin lanjut membaca lagi.“Sial! Biadab sekali! Bajingan sekejam ini pantas dicabik-cabik!” umpatnya.
Setelah puas, sekelompok orang itu langsung menelantarkan Justin yang sudah pingsan di hutan belantara. Aku tidak menyangka bahwa kepalaku juga ditemukan di tempat ini. Orang yang menemukanku adalah pria tua yang sedang memulung.Setengah bagian kepalaku muncul dari tanah dan menunjukkan setengah wajahku yang sudah dikuliti, yang tersisa hanyalah selapis daging kemerahan. Setengah bagian mulutku robek dan menunjukkan gigi yang putih, sedangkan mataku membelalak. Keadaan ini sangatlah mengerikan.Kapten Jamal membawa Ibu kemari. Bau busuk dari kepalaku sangatlah menyengat. Begitu melihat kepalaku, Ibu langsung menangis dan jatuh terduduk di tanah.“Ini semua salah Ibu. Ibu bersalah padamu. Asal kamu kembali ke sisi Ibu, Ibu akan lakukan apa saja!” seru Ibu. Dia terlihat sangat menyesal dan sengsara, seolah-olah aku adalah orang yang terpenting baginya.Namun, tidak lama setelah kepalaku ditemukan, polisi juga menemukan Justin yang pingsan dengan tubuh telanjang di sekitar. Bagian di ant
Melihat Ibu dan Justin yang masih bertengkar, Kapten Jamal juga merasa sedih. Tidak ada yang menyangka bahwa korbannya adalah putri ibuku. Untungnya, Kapten Jamal tidak berhenti menengahi mereka, sehingga mereka berhenti bertengkar.Kapten Jamal menatap Ibu, lalu bertanya, “Di hari kejadian, apa kamu temukan hal yang aneh tentang Hana?”Begitu mendengar pertanyaan ini, Ibu langsung teringat keanehanku dan merinding. Ternyata, telepon waktu itu benar-benar aku meminta tolong.“Ibu, aku sakit banget. Tolong aku.”Dalam keadaan sekarat, aku pernah meneleponnya. Jika pada saat itu dia peduli padaku, aku masih punya sedikit harapan untuk hidup. Ironisnya, dia malah hanya memakiku. “Gadis busuk itu telepon aku lagi. Menyebalkan banget! Entah trik apa lagi yang mau dipakainya. Kakakmu benar-benar licik dan suka bohong. Kita nggak usah pedulikan dia.”Ibu bergumam sendiri, lalu duduk bersandar di sudut dinding dan menangis sambil menutupi wajahnya.“Hana, apa yang sudah Ibu lakukan. Kenapa ja
Hasil pencocokan DNA mayatku sudah keluar. Kapten Jamal yang membaca hasilnya pun berkata dengan wajah pucat, “Bu Sanny, hasil pencocokan DNA korban pembunuhan itu sudah keluar. Coba kamu lihat.”Ekspresi Kapten Jamal yang suram membuat Ibu merasa bingung.“Secara biologis, dia itu putrimu. Dengan kata lain, dia itu Hana, kakaknya Justin.”Ibu menerima dokumen itu dengan tegang, lalu tiba-tiba menarik kerah baju Kapten Jamal sambil berseru, “Nggak mungkin! Mana mungkin itu putriku! Hasil ini pasti bermasalah!”Kapten Jamal menatapnya dengan penuh simpati dan menyahut, “Bu Sanny, orang yang sudah meninggal nggak bisa hidup kembali. Turut berdukacita.”Ibu langsung berlari ke ruang mayat seperti sudah gila, tetapi malah menabrak Justin yang kebetulan baru datang. Justin pun mengeluh, “Ah! Ibu, apaan sih! Kamu sudah menabrakku!”Ibu seolah-olah tidak mendengar seruan Justin. Dia langsung membuka kain putih yang menutupi mayatku dan menatapnya serta tanda lahir yang familier itu sambil mel
Berhubung Ibu adalah ahli forensik yang terkenal dan populer dalam industri, ada banyak orang yang mengundangnya untuk memberikan bimbingan autopsi. Bahkan ada beberapa departemen terkait yang memintanya menjadi konsultan.Demi menjaga reputasinya, Ibu mulai merencanakan masa depan Justin. Di bawah otoritas Ibu, Justin mau tak mau memilih jurusan ini meskipun tidak bersedia. Dengan bantuan Ibu, Justin juga berhasil masuk ke jurusan forensik.Ibu merasa Justin pasti akan menyelesaikan pendidikan dengan baik, lalu meneruskan posisinya sebagai ahli forensik yang unggul. Kebetulan, lembaga penelitian tempat Ibu bekerja sedang merekrut sekelompok calon ahli forensik untuk melakukan penelitian dan magang. Tanpa berpikir panjang, Ibu langsung merekomendasikan Justin.Reputasi Justin di tempat magang sangatlah tinggi. Bahkan pemimpin lembaga penelitian juga mengetahui bahwa dia adalah anak kesayangan Ibu. Ada banyak orang di lembaga penelitian yang sangat mengagumi Ibu. Jadi, mereka juga sanga
Aku melayang di sisi Ibu dan Justin sepanjang perjalanan. Tiba-tiba, Ibu menerima telepon dari dosen pembimbingku.“Halo? Apa ini wali Hana? Ponsel Hana nggak bisa dihubungi dan dia juga nggak ada di asrama. Dia sudah nggak masuk sekolah 3 hari.”Ibu hanya menanggapi dengan acuh tak acuh dan langsung memutuskan sambungan telepon. “Nggak usah khawatir. Memangnya apa yang bisa terjadi padanya? Dia seharusnya lagi pergi keluyuran sama orang lain!”‘Benar, nggak perlu khawatir. Aku memang nggak akan bisa buat kalian khawatir lagi,’ ucapku dalam hati.Ibu sudah membenciku sejak kecil. Sebab, aku hanyalah alat yang digunakannya untuk mempertahankan rumah tangganya. Asalkan merasa sedikit tidak senang, dia akan langsung memukul dan memakiku. Sampai Justin lahir, semuanya pun berubah.Justin yang berusia 10 tahun dimanjakan habis-habisan oleh Ibu. Meskipun hanya tergores, Ibu akan berjaga di sisinya semalaman. Namun, aku yang berusia 14 tahun malah harus sekolah sambil bekerja untuk menopang k
Setelah tiba di lokasi, para tetangga sudah berkumpul di sekitar.“Kenapa harus bunuh orang! Kejam banget!”“Dengar-dengar, korbannya diiris-iris!”Justin mengikuti ibuku dengan takut. Sementara itu, ibuku yang sudah memiliki pengalaman puluhan tahun di bidang forensik juga dikejutkan oleh serpihan daging yang bertebaran di mana-mana.“Kenapa ada begitu banyak serpihan daging? Dagingnya harus dibawa pulang untuk diuji supaya bisa tahu korbannya siapa. Kasihan sekali orang ini. Haih.” Setelah mengenakan sarung tangan, dia baru berangsur-angsur tenang dan melanjutkan, “Semuanya, menjauhlah. Formalin mungkin bisa sebabkan alergi. Aku mau minta staf penguji untuk bersihkan tempat ini dulu.”Kemudian, dimulai proses membersihkan lokasi, menggambar sketsa, memberi label pada gambar, mengumpulkan potongan daging dan membekukannya. Ibu adalah seorang ahli forensik yang bertanggung jawab, cakap, dan teratur. Dia mengeluarkan mayat yang hancur itu dari dalam formalin. Mayatku sudah tidak berkep
“Ibu, aku sakit banget. Tolong aku! Aku sakit banget! Ibu, aku mohon tolong aku!” mohonku sambil menangis dengan putus asa pada orang di ujung telepon. Namun, balasan yang kudapatkan hanyalah makian.“Hana, diam! Adikmu sudah mau ujian bedah anatomi. Sekarang, tekanannya sangat besar. Kamu jangan ganggu!”Pada detik terakhir sebelum ibuku memutuskan sambungan telepon, aku mendengar gumaman kesalnya, “Menyebalkan banget! Entah trik apa lagi yang mau dipakainya. Kakakmu benar-benar licik dan suka bohong. Kita nggak usah pedulikan dia.”Suara sambungan telepon diputuskan itu menjadi pukulan terakhir yang menghancurkanku. Psikopat pria itu menjambak rambutku, lalu tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Hahaha! Lihat, ibumu sama sekali nggak sayang sama kamu. Nggak akan ada yang datang menolongmu. Kasihan sekali kamu.”Sambil tertawa, dia juga mengejekku dengan ekspresi penuh niat jahat, “Kamu dan ibumu sama-sama adalah orang rendahan. Aku benar-benar muak melihat kalian! Sekarang, aku akan p