Sudah tiga hari lamanya detektif swasta yang disewa Raka mengintai rumah tempat Bening dikurung selama ini. Namun ia belum mendapat informasi apapun karena penjagaan ketat yang dilakukan oleh beberapa pengawal yang memang sengaja ditugaskan di sana.
Namun, sebagai seorang detektif yang profesional ia pasti sudah memiliki banyak cara untuk mengulik informasi orang yang sudah menjadi targetnya karena memang sudah berpengalaman di bidangnya.
Bahkan ia pun harus rela menyamar menjadi seorang teknisi petugas AC demi bisa masuk ke dalam rumah tersebut.
"Sedang apa Bening?" Lastri datang membuyarkan lamunan gadis yang sedang termenung di samping kolam ikan.
"Eh Ibu, maaf Bening ngelamun tadi."
"Kamu kenapa Nak?"
Bening tampak menggeleng pelan sebelum berkata. "Bening cuma kangen Ibu," jawabnya lirih.
"Bening juga merindukan kebebasan Bening seperti waktu di kampu
Arga membanting stir menuju rumah di mana Bening berada saat ini. Dengan kecepatan di atas rata-rata.Satu jam yang lalu saat dirinya dengan penuh percaya diri mendatangi salah satu hotel milik keluarganya. Untuk berbagi kenikmatan dengan seorang gadis yang ditawarkan oleh relasi bisnisnya buyar seketika, saat bayangan wajah dan tubuh Bening menari di pelupuk matanya."Gadis itu benar-benar sangat berbahaya!" umpat Arga kesal.Bagaimana tidak, selerah bercintanya mendadak hilang saat tak sengaja ia mengingat Bening. Hingga membuatnya meninggalkan teman ranjangnya begitu saja. Padahal gadis itu juga tak kalah cantik dan juga seksi."Kau harus bertanggung jawab gadis manis!" gumam Arga dengan seringai di wajahnya."Aku akan memberimu pelajaran malam ini. Yang tak akan bisa kau lupakan seumur hidupmu!"Arga semakin menambah kecepatan mobilnya karena sudah tidak sabar untuk segera tiba di tempat yang kini menjadi tujuannya.Bunyi klakson
"Semoga kau menikmati malam pertama kita!"Arga bangkit dari ranjang setelah berhasil mereguk kenikmatan surgawi bersama Bening."Terima kasih karena telah menjadikan aku orang pertama bagimu."Ia memakai kembali pakaiannya sembari melirik gadis yang masih menangis dan meringkuk di bawah selimut."Persiapkan dirimu. Secepatnya aku akan membawamu pergi bertemu dengan Opa," ucap Arga sebelum masuk ke dalam kamar mandi.Sepeninggal pemuda itu Bening meraung keras meratapi nasibnya. Kehormatan yang selama ini mati-matian dijaganya telah direnggut paksa oleh manusia bejat seperti Arga.Walaupun pernikahan mereka sudah di depan mata, tapi bukan berarti Arga bisa berbuat seenaknya kepada Bening. Bukan seperti ini yang Bening inginkan. Ia ingin dihargai sebagai seorang wanita dengan menyerahkan kesuciannya kepada sang suami kelak pada saat malam pertama mereka.Biarpun kenyataannya pernikahan yang mereka jalani nanti hanya sebuah pernik
Seminggu telah berlalu sejak kejadian malam itu dan selama itu pula Arga belum pernah sekalipun menampakkan dirinya di hadapan Bening. Mungkin ia berfikir untuk memberikan gadis itu waktu untuk sendiri dulu tanpa mengganggunya.Suasana mencekam begitu terasa di ruang tamu kediaman keluarga besar Ramiro. Tatapan mata setajam elang terlihat tengah menelisik gadis yang kini duduk di atas sofa besar dengan meremas kedua tangannya."Siapa namamu?!" Suara tenang namun tegas menyentak pendengaran gadis yang terlihat sangat tegang itu."Be-bening Tu-tuan," lirihnya kemudian kembali menundukkan wajah."Bening?!""I-iya.""Kau berasal dari keluarga mana. Siapa nama orang tuamu dan apa nama perusahaan Ayahmu. Apa aku mengenalnya?!" tanya Tuan Syarief penuh selidik.Degh-'Ya Tuhan pertanyaan macam apa itu. Perusahaan? Sejak kapan Ayah mempunyainya. S
Sesosok gadis cantik tengah duduk di depan meja rias ditemani seorang MUA profesional yang memang didatangkan khusus untuknya.Beberapa jam lagi ia akan melangsungkan prosesi ijab kabul di sebuah masjid yang telah ditentukan oleh keluarga Ramiro untuk melakukan prosesi sakral itu."Sutra lah neik jangan menangis lagi. Make up eke jadi luntura 'kan!" ucap pria gemulai yang sedang merias Bening karena ia begitu repot memperbaiki riasan di wajah gadis yang sedari tadi tak berhenti mengeluarkan air mata.Apakah seperti ini akhir dari kisah hidup yang harus ia jalani? Menikah tanpa kehadiran satu orang pun keluarganya. Sang Ibu yang menjadi harapan satu-satunya pun juga tidak berada di sisinya saat akan menjalani peristiwa penting dalam hidupnya nanti."Sutra lah neik, yey nangisin apa sih? Yey itu sebenernya cantika trala lala. Apalagi jika berhenti menangis. Harusnya yey itu bersukur bisa dapet jantan cucok m
"Elo nggak ada niatan mabuk di hari pernikahan nanti 'kan, Ga?" Suara Raka mengalihkan pandangan Arga yang tengah menikmati pemandangan kota dari jendela kaca apartemennya."Hanya segelas minuman, nggak akan bisa bikin gue mabuk!" terangnya."Gimana persiapan loe. Udah siap atau loe sudah mulai berubah pikiran? Belum terlambat untuk menghentikannya!""Sepertinya loe berharap banget gue bakal batalin pernikahan gue," sarkas Arga."Sorry bukan gue nggak setuju dengan keputusan loe ini tapi jika pernikahan ini membawa dampak buruk kepada orang lain apa gue harus berdiam diri saja?""Berdampak buruk yang bagaimana maksud loe?!""Jika ada salah satu pihak yang dirugikan dengan adanya pernikahan ini apa itu bukan namanya berdampak buruk?""Pikiran loe udah kejauhan. Loe selalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak seharusnya.""Entahlah gue hanya tidak ingin ada yang tersakiti di sini." Raka menghela nafasnya sejenak sebelum melan
Ada kelegaan yang Bening rasakan ketika kata sah terucap lantang dari mulut para saksi.Arga mengulurkan tangan yang disambut Bening dengan mencium punggung tangan suaminya tersebut. Namun, Arga tidak memberikan kecupan lembut di kening gadis yang kini sudah berstatus menjadi istrinya itu, seperti para pengantin baru pada umumnya.Terang saja karena pernikahan mereka bukan atas dasar cinta melainkan karena keterpaksaan saja.Suara dering ponsel milik Arga begitu nyaring terdengar hingga mengganggu keheningan di antara mereka.Dengan cepat sang empunya benda pipih itu menggeser icon warna hijau. Kemudian-"Halo!" ucap Arga setelah berhasil mendekatkan benda pipih itu ke telinganya."....................""Oke, gue segera meluncur ke sana secepatnya!""....................""Bye!"Klikk-Arg
Pagi pun menyapa dua insan yang masih terlelap dalam mimpinya. Sinar mentari yang menembus dari cela-cela tirai membuat tidur lelap Bening terusik.Perlahan mata indahnya mengerjap menyesuaikan cahaya yang ada. Pemandangan pertama yang berhasil tertangkap netranya adalah wajah tampan Arga yang masih tertidur lelap.Kini wajah mereka hanya berjarak satu jengkal. Bening masih berusaha mengumpulkan sisa kesadarannya sebelum berteriak dan menendang Arga hingga terjungkal dari atas ranjang."Aaahhhhhhh ...!""Aduh ...! pekik Arga kesakitan karena terjatuh dari atas ranjang."Ma-maaf aku tidak sengaja," cicit Bening ketakutan melihat tatapan horor Arga kepadanya.Pria muda itu terlihat sangat marah karena baru kali ini ada orang yang berani mengganggu tidurnya. Bahkan sampai menendangnya dari kasur. Sangat kurang ajar bukan?!"Kau!" desis Arga dengan emosi yang siap meledak.Bening pun langsung loncat dari atas ranjang dan sege
Kini Arga sudah berada di dalam ruangan dokter ortopedi untuk memeriksakan cidera tubuh bagian belakangnya."Maaf Tuan muda anda harus melepas bajunya. Perawat tolong bantu Tuan muda!" ucap sang dokter."Bagaimana dokter apa ada bagian yang patah?" tanya Raka penasaran. Karena Rakalah yang saat ini menemani Arga datang ke rumah sakit."Tidak ada Pak Raka. Hanya sedikit memar akibat benturan sebuah benda keras."Raka tampak menghela nafas lega setelah mendengar penjelasan dari dokter. Bagaimana tidak, ia masih mengingat bagaimana paniknya saat Arga dan keluarga Ramiro menghubunginya dan mengatakan bahwa Tuan muda mereka mengalami cedera.Hal itu tentu saja membuat Raka kalang kabut karena khawatir dengan kondisi sahabat sekaligus bosnya itu."Tapi kenapa rasanya begitu sakit?!" protes Arga karena sang dokter telah menganggap ringan sakitnya."Maaf Tuan muda
Tepat 3 bulan terhitung sejak tragedi yang menimpa keluarga Ramiro. Kini Bening sudah mendapat pengakuan resmi dari kedua belah pihak keluarga besar. Satu dari pihak keluarganya yaitu kelurga Ramiro dan satu lagi dari keluarga Ibunya yaitu keluarga Abraham. Sebagai cucu satu - satunya dari keluarga Ramiro dan Abraham membuat Bening mendapat limpahan kasih sayang dari semua orang. Sehingga membuat Bening merasa sangat bahagia.Pun dengan hubungannya dengan Arga, setelah mengetahui tentang jati diri Arga yang sesungguhnya Arga memilih untuk keluar dari perusahaan Ramiro karena merasa tidak berhak memilikinya. Beninglah pewaris sebenarnya kekayaan Ramiro tersebut. Apalagi setelah Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief berusaha mengembalikan semua hak milik Bening. Termasuk mengakui Bening di media dan khalayak ramai bahwa Bening adalah putri sekaligus cucu dan pewaris sah kerajaan bisnis Ramiro.Namun semua kekayaan itu tidak membuat Bening gelap
"Akulah Ayah kandung Arga!" teriak orang yang baru masuk tersebut sehingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya.Melihat siapa orang yang baru masuk tersebut membuat Nyonya Diana melototkan matanya sempurna seolah bola matanya nyaris terjatuh. Kenapa pria sialan itu bisa berada di sini? Dan apa yang dia katakan tadi? Begitu pikir Nyonya Diana.Sedangkan kening Tuan Jordan mengkerut tajam saat melihat siapa orang yang baru datang tersebut. Bukankah itu pria yang pernah menjadi kekasih Sandra di masa lalu. Ada apa lelaki itu datang ke rumahnya dan membuat pengakuan seperti itu dan kenapa Sandra juga berada di rumahnya untuk mendampingi pria itu? Begitulah pertanyaan yang berseliweran di benak Tuan Jordan.Ya, kedua orang yang baru datang tadi adalah Adam dan Sandra. Mereka sengaja datang ke kediaman Ramiro untuk meluruskan masalah agar tidak ada kesalahpahaman lagi ke depannya. Karena jika tidak maka Arga dan Beninglah piha
Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi."Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat."Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut."Baiklah kalo Bapak merasa demikian.""Saya permisi dulu suster, terima kasih!""Terima kasih kembali Pak Adam!"Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya."Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya
Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu."Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya."Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien."Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya."Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.Setelah me
Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-Bugh ... bugh!"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri ya
"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut."Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai."Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra."Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra."Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras."Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraa
Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya."Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar."Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya."Maaf Bu, Benin
"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana."Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.Ceklek ... ceklek!Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.Kriett ...!Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung."Cepat masuk!" bentak salah
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur