"Apa yang ingin kau sampaikan kepada Papa sehingga mengajak Papa bicara empat mata begini. Seharusnya kau percepat agar tidak membuang-buang waktuku yang ingin segera bertemu Bening dan calon cicitku!" tutur Tuan sepuh setelah berada di ruang kerja putranya.
Tuan Jordan tampak menghela nafasnya dalam lalu mengehembuskannya perlahan demi menormalkan detak jantungnya sebelum membuka suara kepada pria tua di hadapannya itu.
"Sebaiknya Papa duduk dulu!" ujar Tuan Jordan sembari menunjuk ke arah sofa yang terdapat di ruangan itu.
Tanpa banyak bicara Tuan sepuh melangkah menuju sofa dan mendudukkan dirinya di atas sofa tersebut. Kemudian Tuan Jordan ikut mendudukkan dirinya disamping sang Ayah.
"Pa, apa yang akan Jordan katakan nanti ada hubungannya dengan Bening!"
Mendengar penuturan putranya Tuan sepuh terlihat mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu jangan berbelit-belit. Katakan yang sebenarn
Mata Bening mengejap tak percaya mendengar apa yang baru saja didengarnya. Opa menyuruhnya menggugurkan calon bayinya? Tidak ... tidak mungkin, ia pasti salah dengar! Begitu pikirnya."Ma-maksud Opa apa?!" tanya Bening memastikan."Gugurkan kandunganmu, Bening!" ucap sang Opa dengan lantang dan tegas.Ya Tuhan ternyata dia tidak salah dengar. Tapi bagaimana mungkin Opanya tiba-tiba berkata seperti itu. Sedangkan dulu pria tua itu sendiri yang mengatakan bahwa dirinya sangat menanti seorang cicit dari Arga dan Bening. Apa ... apa yang sebenarnya terjadi? Apa dirinya sedang berada di alam mimpi?Bening masih memaku di tempatnya. Namun lelehan air mata mengucur deras dari sudut matanya tanpa bisa ia cegah."Ta-tapi ke-kenapa Opa? Bukankah Opa sendiri yang mengatakan bahwa Opa sudah tidak sabar memiliki cicit dari Bening?!" lirih gadis yang mulai terisak itu."Kau tidak perlu
Sandra berdiri mematung di depan sebuah pintu kayu berukuran besar. Pintu sebuah rumah yang sudah lama tidak ia singgahi. Rumah yang memberinya begitu banyak kenangan baik itu suka maupun duka. Terakhir kali Sandra menginjakkan kaki di rumah ini saat malam di mana dunianya seakan runtuh. Ingatannya tentang malam itupun masih membekas hingga saat ini."Sandra ayo masuk. Kenapa cuma berdiam diri saja di situ?!" Suara bang Adam menginterupsi pendengarannya."Sepertinya Sandra tidak bisa bang. Sandra pergi dulu!"Belum sempat Sandra melangkah pergi dari tempat itu Adam sudah terlebih dulu mencekal tangannya."Sandra mau ke mana? Kau sudah terlanjur ada di sini, tinggal selangkah lagi. Mari masuk dengan abang!" bujuknya namun Sandra masih bergeming di tempatnya. Hingga-Ceklekk-Suara pintu terdengar dibuka dari dalam kemudian muncullah sesosok wanita tua yang begitu kaget meli
Pagi ini Sandra mengajak Tuan Abraham untuk berjalan - jalan di areal komplek seperti biasanya. Kedua Ayah dan anak itu saling bercengkerama di taman yang terletak tidak jauh dari rumah keluarga Abraham."Papa inget nggak dulu waktu kecil Papa sering ngajak Sandra bermain di taman ini. Taman ini semakin luas dan bagus ya, Pa. Nggak pernah berubah dari dulu dengan ciri khasnya," ucap Sandra dengan mengedarkan pandangannya ke sekitar taman."I-ya Pa-papa i-ingat duyu kaaamu uka mi-minta beyikan pemen ka-kapas di sini," ucap sang Papa dengan terbata-bata bahkan artikulasinya banyak yang tidak jelas namun Sandra masih bisa memahaminya.Meskipun sekarang Tuan Abraham tidak bisa berbicara lancar seperti dulu, Sandra tetap mengajaknya berbicara untuk melatih otot rahangnya agar tidak kaku. Sesuai dengan apa yang telah dokter anjurkan."Sekarang karena Sandra sudah besar dan mampu membeli permen kapas sendiri. Maka Sandra yang akan membelikannya untuk Papa. Papa
Siang ini adalah waktu yang telah ditentukan oleh Juwita untuk pertemuannya dengan Sandra.Sedari pagi Juwita sudah harap-harap cemas menantikan datangnya saat ini. Wanita seksi itu sudah belajar untuk merangkai kata seindah mungkin agar Sandra tidak terlalu terkejut dengan pengakuannya nanti. Apalagi sampai membuat sahabat baiknya itu marah dan kecewa kepadanya. Sungguh Juwita tidak bisa membayangkannya.Juwita sudah datang ke tempat yang telah mereka sepakati 20 menit lebih awal agar ia lebih bisa mempersiapkan diri dan juga mental untuk menghadapi Sandra. Karena Juwita tahu Sandra pasti akan marah kepadanya. Tapi itu adalah hal yang wajar ditunjukan oleh seorang Ibu jika menyangkut anaknya. Meskipun bisa dibilang hubungan Ibu dan anak itu tidak harmonis. Namun ikatan darah mereka tidak mungkin bisa dipungkiri. Karena darah lebih kental dari pada air."Ya Tuhan apa yang harus aku katakan kepada Sandra nanti?!"Juwita tampak duduk gelisah menunggu
"Sandra aku mohon maafkan aku!" ucap Juwita yang kini sudah duduk berlutut di kaki Sandra. Namun Sandra masih tetap berdiam diri dengan membuang mukanya seakan tak sudi melihat wajah Juwita.Kejadian itu tentu saja menjadikan mereka bahan gunjingan orang-orang di dalam cafe. Karena dalam posisi itu membuat kedua wanita cantik itu menjadi pusat perhatian. Mereka berfikir kedua wanita cantik itu telah merebutkan seorang lelaki seperti berita yang akhir-akhir ini viral. Istri sah yang melabrak pelakor. Untung saja tidak ada dari mereka yang merinisiatif untuk mengabadikan kejadian itu ke dalam video dan mengunggahnya ke jejaring sosial."Juwita apa yang sedang kau lakukan? Berdirilah ... jangan permalukan aku dengan sikap konyolmu itu. Lihatlah kita sudah menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sini!" pekik Sandra yang mulai risih karena menjadi tontonan pengunjung cafe."Maafkan aku Sandra, aku mohon tolong maafkan aku!" ucap Juwita menghiba."Kalau
Sore ini Bening tampak sumringa karena baru saja mendapat sebuah pesan dari nomor asing yang mengaku sebagai suaminya. Pesan itu mengatakan bahwa Arga ingin bertemu dengan dirinya di sebuah taman dekat dengan panti asuhan."Mungkin panti asuhan yang pernah Arga datangi dulu. Eh tapi kenapa nama panti asuhannya berbeda? Ah ... mungkin bukan hanya satu panti asuhan yang sering dikunjungi suamiku itu. Aku akan bersiap-siap secepatnya!" gumam Bening dengan raut wajah secerah sinar mentari.Bagaimana tidak sudah berminggu - minggu wanita hamil itu tidak mendengar kabar dari suaminya sehingga membuatnya tidak sabar untuk melepas kerinduan sekaligus memberitahukan kabar dirinya yang tengah mengandung buah cinta mereka.Tanpa menunggu lama, Bening masuk ke dalam walk in closetnya dan memilih baju yang paling bagus yang terdapat di lemari penyimpanan. Meskipun semua baju yang terdapat di sana bisa dikatakan tidak ada yang jelek ata
Di saat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya seorang gadis tengah berjalan mondar mandir di dalam kamarnya dengan sesekali melihat ke arah jendela yang bisa melihat langsung keadaan pintu gerbang belakang jika ada orang yang keluar masuk dari sana. Karena gadis itu seperti menunggu kedatangan seseorang."Ya Tuhan ini sudah malam sekali tapi kenapa Nona Bening belum juga kembali. Bagaimana jika besok pagi Tuan besar dan Tuan sepuh menanyakan keberadaannya? Aku harus menjawab apa? Tapi ... bukankah seharusnya aku tidak perlu terlalu khawatir karena Nona pergi bersama suaminya sendiri. Astaga seharusnya aku tadi ikut pergi mengantar Nona agar bisa memastikan sendiri keadaannya bersama dengan Tuan muda. Bodohnya kau Sari!"Gadis itu terus mengomel seorang diri. Meskipun malam sudah sangat larut matanya tak jua dapat terpejam karena rasa khawatirnya yang sangat besar kepada Nona sekaligus sahabatnya itu.Karena terla
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur