Esok harinya seperti yang diharapkan, tiba waktunya bagi Lan Xiaoyan meninggalkan Gunung Gui Shan, momen itu adalah momen yang paling ditunggunya selama hidupnya. Tanpa diduga hari itu para silumannya berkumpul. Lan Xiaoyan yang baru saja keluar dari rumah melihat puluhan siluman berada di depan gubuk yang selama ini menjadi tempatnya pulang. Tentu saja dia pasti akan merindukan tempat yang telah membesarkannya, siluman yang selalu bersamanya dan petir yang selalu menyambar Gunung Gui Shan. Para siluman itu tampak sedih. Lan Xiaoyan tertawa. "Kalian seharusnya senang, tidak ada yang memakan kalian lagi, ahahaha!"Siluman singa duduk lesu. Dia seperti menggumamkan sesuatu. Lan Xiaoyan menyahut, "tidak perlu khawatir, kalkun kuning. Aku tidak akan memakan kawan-kawanmu di luar sana." Dia masih tertawa-tawa, "Hah... Kalau dipikir-pikir kalian mengajarkan banyak hal padaku. Aku benar-benar berterima kasih pada kalian." Dia menatap siluman-siluman itu dengan bersahabat. "Setidaknya kalian
Tiga kali dentuman gemuruh menggema membuat tanah berpijak bergetar, Lan Xiaoyan baru pertama kali ini melihat gunung Gui Shan mengamuk. Petir-petir menyambar dataran luas di belakang mereka. Dia menatap petir yang mulai mendekat dan Feng Guang berulang kali dengan rasa cemas yang semakin meningkat. Aliran kekuatan merah yang sangat luar biasa memenuhi bagian timur Gunung Gui Shan. Lan Xiaoyan terpana melihat seberapa besar kekuatan yang Feng Guang katakan hanya sekian persen dari kekuatannya.Kekuatan Feng Guang membuat tanah di bawah mereka kembali bergetar tak terkendali. Sengatan dari segel pelindung melawan kekuatan Feng Guang, menciptakan percikan cahaya yang meledak-ledak melukai lelaki itu, Lan Xiaoyan menyaksikannya dengan hati berdebar. Dia tidak pernah melihat kekuatan asli dari Gunung Gui Shan, seandainya dulu gunung ini menyerangnya dengan kekuatan yang sekarang dilihatnya dia pasti sudah mati sejak lama. Bahunya naik tiba-tiba, Lan Xiaoyan merasa kekuatan Feng Guang mel
Tapak kaki Lan Xiaoyan mengambang di atas udara, dia pikir dirinya akan jatuh dari ketinggian. Pemuda itu berteriak heboh. Namun teriakannya melambat dramatis saat melihat raut wajah Feng Guang yang menatapnya dengan tatapan menyedihkan."Aaa-ha. Kita sudah keluar?" Lan Xiaoyan menyipitkan matanya, dia merasakan tanah dan bebatuan asing di telapak tangannya namun belum bisa melihat jelas sekitar. Padahal baru saja mereka kehujanan di Gunung Gui Shan, namun saat ini dia merasakan hangat matahari membanjiri tubuhnya.Kedua mata pemuda itu berbinar terang, dia melihat rumah-rumah berderet di pinggir jalan yang dipenuhi manusia berlalu lalang, jajanan, oleh-oleh, toko baju, kedai arak dan penjual mainan anak-anak. Ketika dia mendengarkan keramaian dari tawa anak kecil, suara lelaki dewasa dan cekikikan wanita di pinggir jalan hatinya berbunga-bunga. Seperti anak kecil yang baru saja melihat dunia, Lan Xiaoyan berlari ke sana kemari untuk mengejar sesuatu yang menarik perhatiannya."Aku beb
"Sepertinya aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja. Kau bisa menggemparkan dunia ini dengan kebodohanmu.""Guru!!" Dia menyengir lebar. "Hehehe. Kau bilang kita pasti akan bertemu lagi. Aku tidak menyangka akan secepat ini."Dengan kesal Feng Guang mendecih dan menggerutu, itu justru membuat Lan Xiaoyan tambah tertawa lucu.Feng Guang benci mengatakannya, tapi anak itu benar, mereka pasti akan bertemu lagi, dia berulang kali berpikir membawa Lan Xiaoyan adalah magnet masalah. Contohnya saja, baru beberapa menit menapakkan kaki ke dunia luar Lan Xiaoyan sudah membuat kekacauan di kota. Saat ini semua orang di jalan masih mencari keberadaan pemuda itu. Sebelum mereka tertangkap, keduanya harus segera pergi dari sana secepatnya.*Setelah perjalanan yang panjang akhirnya keduanya menemukan pohon teduh untuk rehat sejenak, angin segar menghembus wajah mereka. Feng Guang berusaha memejamkan mata, tidak mau memusingkan Lan Xiaoyan yang sejak dua jam lalu tidak berhenti-henti terpana denga
Akhirnya mereka tiba di kota berikutnya, Daoluo. Daoluo berada di sebelah Kota Rouhan, dulunya dikenal sebagai kota yang diberkahi keindahan danau laut tawar yang indah, beberapa perahu bertengger di pinggiran danau yang berhadapan langsung dengan jalan kota. Tiap sudut jalan ditumbuhi pepohonan yang mulai layu saat musim gugur tiba. Namun Kota Daoluo yang sekarang hanya memiliki keindahan yang diwariskan masa lalu. Jalan yang dulu dipenuhi warga Daoluo kini beralih fungsi menjadi alur transportasi angkut barang berat. Setiap harinya gerobak-gerobak bermuatan berat melalui jalan tersebut dan menyebabkan retakan di jalan berdebu yang dulunya sangat megah. Bangunan yang dulu digunakan sebagai kuil beralih fungsi menjadi pabrik. Feng Guang, Lan Xiaoyan dan Oak berjalan di alun-alun kota yang dipenuhi hiasan dan kelopak bunga yang berterbangan. Meskipun masih tersisa keindahan dari Kota Daoluo tak bisa dipungkiri mereka merasa ada hal yang aneh saat berada di kota tersebut, atmosfer yg
Keesokan paginya, Feng Guang dan Lan Xiaoyan memutuskan berkeliling kota. Kebetulan mereka menyewa penginapan yang cukup dekat dengan pusat kota dan bisa menikmati pemandangan yang indah di sekitar alun-alun. Feng Guang sengaja mengurung Oak di kamar karena keledai itu sangat nakal, semalam saja penjual sayur-sayuran kehilangan seisi gerobak dagangannya karena Oak. Uang yang mereka miliki tak akan cukup untuk mengisi perut karet keledai itu.Langkah Feng Guang melambat saat mereka melihat sekumpulan orang sedang berbisik-bisik, ketika mencari tahu, terdengar kabar bahwa semalam muncul desas-desus tentang kematian salah seorang penduduk Kota Daoluo, dia digantung di tiang rumahnya dalam keadaan yang mengenaskan.Tidak ada yang berani mencari tahu penyebab kematian orang itu, namun tampaknya orang-orang di sana sudah tahu siapa yang melakukan pembunuhan tersebut.Orang-orang kota mendelik dengan ekor mata kepada Feng Guang dan Lan Xiaoyan sambil berbisik-bisik. "Kudengar dia mengataka
Keheningan terasa mencekam di dalam aula markas yang suram. Pertanyaan Han Xiong belum mendapatkan jawaban. Feng Guang dan Lan Xiaoyan terjebak dalam situasi yang tak menguntungkan.Di tempat lain Lao Ning menunduk dan memalingkan muka, enggan menatap mata Lan Xiaoyan yang saat ini seolah mencari tahu kebenarannya, Atmosfer terasa tegang, waktu seperti berhenti sejenak meninggalkan kesunyian di udara. Dengan tiba-tiba, Lao Ning langkah maju menghadap Han Xiong lalu berkata, "Mereka berdua sudah kubawa. Kau akan membebaskan kakakku, bukan?" Suara berat Han Xiong terdengar licik, "Hm..., satu budak memiliki nilai. Kau telah menyumbangkan dua budak baru. Tapi melepaskan budak hanya akan memberikan kerugian."Keterkejutan tergambar di wajah Lao Ning, menyadari bahwa Han Xiong mengingkari dari janjinya dan menggeleng wajah tak percaya. "Apakah aku dikhianati setelah mengkhianati orang lain?""Karma itu ada, Lao Ning." Han Xiong tertawa-tawa bersama bawahannya, meninggalkan teror di waj
"Kalian sendiri bagaimana bisa terjebak di sini?""Itu tidak penting. Yang penting sekarang bagaimana caranya kita keluar dari tempat ini," sela Feng Guang di tengah perbincangan. "Omong-omong, kalian belum memperkenalkan diri," ucap Lao Zhan. Sesaat Feng Guang menatap Lan Xiaoyan yang tiba-tiba bersuara."Namaku Lan Xiaoyan, dan orang di sebelahku..."Feng Guang melotot, tapi percuma Lan Xiaoyan tidak akan melihatnya, jika Lan Xiaoyan menyebutkan namanya di tempat seperti ini, penjara bawah tanah bisa terguncang. "Dia adalah Pak Tua Feng."Feng Guang baru teringat Lan Xiaoyan bodoh. Mana mungkin orang bisa tahu Pak Tua Feng yang dimaksudnya adalah sosok Feng Guang si Cakar Naga Api dari Tujuh Pilar Langit. Setidaknya Feng Guang bisa membuang napas lega.Lalu Lan Xiaoyan melihat bekas tato ungu di dada pemuda itu, Lao Zhan menyadarinya. Dia terdiam cukup lama, ada rasa kesal tergambar di wajah pemuda itu. Akhirnya Lan Xiaoyan mendapatkan satu kesimpulan. "Dia bilang waktu kita han
"Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin
Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma
Melihat dua bocah dengan mata penuh keyakinan mulai membuat Manajer Li kesal setengah mati, jemarinya bergerak-gerak ingin mencabik kedua pemuda itu.Mereka berdua berdiri bersebelahan, mengumpulkan seluruh kekuatan untuk serangan terakhir"Jika kalian gagal akulah yang akan memakan kalian," ujarnya dengan suara berat. Manajer Li sudah lebih tahu apa yang membuat ketiga pemuda itu bertahan lebih lama setelah mendapatkan luka berat dari para Six Stars. "Untuk kalian ketahui saja. Ketika tubuh telah mencapai batas dan tetap memaksakan bertarung, kalian akan mati.""Kami ke sini untuk menang, bukan untuk mati!" sahut Ma Jun dengan kobaran api yang sangat besar menyala di seluruh tubuhnya. Mata Manajer Li bergerak merasakan aura kekuatan yang hampir tidak pernah diketahuinya. Beberapa pendekar memiliki elemen khusus dalam teknik bertarungnya, tapi qi yang dimiliki pemuda itu netral. Kedua alisnya bertaut. Namun mengabaikannya ketika tahu keduanya benar-benar mempersiapkan diri."Kalian
Lan Xiaoyan hampir kehabisan napas, paru-parunya terasa berat sekali. Sosok tanpa wujud menekan dadanya dan mencekiknya dari belakang dalam keadaan dirinya tanpa bisa melawan. Dia memberontak namun benang-benang tipis merah merekat semakin kuat dan membalutnya. "Sial...." Kali ini Lan Xiaoyan benar-benar kehabisan langkah. Manajer Li tidak akan ragu-ragu mengambil nyawanya. Dia mencoba melihat sekitar. Ma Jun telah tumbang dan terkapar tak berdaya. Sementara itu Feng Guang telah pergi ke tempat yang jauh. Sementara Lao Zhan tidak muncul sejak tadi."Tenang saja. Tidak akan ada yang menolongmu." Tangannya mencair dan berubah menjadi sebuah pedang sabit, kakinya yang panjang melangkah cepat ke tempat Lan Xiaoyan digantung. Dia tidak akan membuang waktu dan melepaskan Lan Xiaoyan hidup-hidup.Belasan serangan mengenai Lan Xiaoyan tanpa ampun, tangan laki-laki itu bergerak tanpa jeda dan hampir tidak terlihat, wajahnya lebih cerah daripada sebelumnya dan dia menyeringai iblis seperti mel
"Aku menyesali banyak hal selama ini. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi mereka, maafkan aku. Jika hari itu aku menyelamatkannya..."Quan Yui menyadari jarum-jarum darah akan membunuh mereka berdua dalam sekejap, dia ingin gadis itu mendengarkannya di saat-saat terakhir. "Aku tidak membencimu." Ucapan Mei Linlin membuatnya berpaling sejenak. Quan Yui menggunakan teknik tubuh besi lalu berkata. "Maafkan kelancanganku, nona.""Tidak—aku tidak mau dilindungi lagi-!"Lelaki itu melindungi Mei Linlin dengan tubuhnya."Kau adalah tuan putri kerajaan, nyawamu adalah masa depan rakyatmu. Satu-satunya pilihan adalah membiarkan orang lain melindungimu.""Tidak..," Mei Linlin meneteskan air matanya, dia memejamkan mata saat jarum darah menghujani mereka berdua."Heaven Breaking Sword Technique.""Fire Barrier!!"Gebrakan kuat menghancurkan pusaran jarum darah, pelindung api menghalau ribuan serangan dan membakar jarum-jarum tersebut. Manajer Li mengedipkan matanya dan di balik perisai api
Sebuah bayangan besar menutupi tubuh Lan Xiaoyan yang terbaring telungkup di atas tanah yang banjir. Darah mengalir mengikuti arus hujan yang turun dengan deras. Menghujani ratusan mayat dan membawa amis darah bersama angin badai.Lelaki dengan pedang kebanggaannya melirik ke bawah dengan enggan, "Terlalu cepat seribu tahun untuk menantang ku, bocah."Dia mengangkat wajah Lan Xiaoyan dengan ujung pedang. "Kau hanya akan mati konyol di tempat ini.""Aku bilang, aku ke sini untuk memukul pantat kalian semua."Yang Guang terdiam sejenak, lalu tertawa kemudian hingga suaranya menggema keras. "Nyawa sudah diujung tanduk dan kau masih bisa mengoceh. Aku benci bocah sepertimu.""Aku bilang..." Bola mata pemuda itu, tatapan haus darah yang baru kali ini dilihatnya. Yang Guang menebaskan pedangnya untuk memenggal Lan Xiaoyan di tempat. Tapi dia terlambat mengeksekusinya. "Aku datang ke sini untuk membunuh kalian semua!!" Guntur dahsyat seketika memekakkan telinga diselingi cahaya kilat. Yang
Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep
Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan
Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja