"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Wanita cantik itu tersenyum kemudian berdiri dan dengan tenang melangkah ke tengah aula."Tuan Zhao Lu Yang, Anda mengundangku kemari tanpa menjelaskan tujuan dari undangan itu. Aku hanya menghormati dan menghargai dirimu. Namun sesungguhnya aku tidak memiliki kepentingan atas apa yang terjadi di wilayah ini." Wanita itu berbicara dengan tegas.Sikapnya sedikit kurang sopan tetapi apa yang dikatakannya tidak bertele-tele dan apa adanya. Wanita cantik itu bukanlah sosok yang cukup dikenal di kalangan mereka, bahkan sama sekali belum pernah muncul sebelum ini, wajar saja jika banyak yang menaruh perhatian atas sikapnya."Tuan dan Nona, sebelumnya aku meminta maaf karena tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu." Wanita cantik itu menangkupkan kedua telapak tangannya dan menatap sekelilingnya, ke arah para tamu yang hadir di aula utama Manor Zhao."Aku Nanggong Ningli. Aku hadir di sini atas undangan dari Tuan Zhao Lu Yang. Aku tidak memiliki kepen
"Tuan Zhao situasi semakin memanas, mungkin sekarang saatnya Anda mengatakan apa tujuan pertemuan ini." Rong Xia Guo berucap dengan tenang.Dia berdiri dan perlahan melangkah ke tengah aula. Beberapa tamu menatapnya dengan serius. Mereka sangat mengenal karakter ketua sekte Elang Emas yang hampir selalu tenang tetapi tegas dan terkadang menakutkan jika terjadi sesuatu yang menurutnya tidak seharusnya."Ketua Rong, sepertinya Anda sudah tidak sabar lagi untuk mengakhiri pertemuan ini." Zhao Lu Yang tersenyum tipis menatap Ketua Rong dengan sinis."Tuan Zhao, aku bisa bersabar hingga kapan pun. Kebetulan aku sedang menganggur. Namun aku tidak yakin dengan para tetua dan ketua sekte yang lain. Apakah mereka juga sedang menganggur seperti diriku ini?" Rong Xia Guo tersenyum dan menatap sekeliling aula."Yah, bisa dikatakan aku juga sedang menganggur, Ketua Rong." Ketua Qilin menanggapi ucapan Ketua Rong seraya tersenyum jail dan menggaruk kepalanya.Fu Rui yang duduk di sebelahnya hanya t
"Legenda Negeri Kaili?" Para tamu seketika bergumam dan saling berbisik."Hanya sebuah legenda belaka dan hingga belum pernah terjadi di mana keempat para pemilik roh dan senjata legendaris menunjukkan kekuatannya secara bersamaan." Zhao Lu Yang tersenyum dan membuat suasana seketika kembali senyap."Tidak cukupkah kau melihat Pedang Es dan Tarian Badai Salju?" Ketua Mu berdiri dan menatap tajam Zhao Lu Yang."Ketua Mu, aku tidak meragukan Kaisar Ao Yu Long atau pun Lady Ming Shuwan dan juga Nona Duan Xiao Jiao. Namun saat ini aku meragukan orang yang mirip dengan Kaisar Ao dan juga gadis kecil itu." Zhao Lu Yang tersenyum sinis."Dia adalah Nona Dong Xiu Bai. Putri tunggal Lady Ming Shuwan dan satu-satunya klan Ming yang tersisa. Apakah Anda lupa meski hanya seorang gadis kecil, dia hampir memporak-porandakan kediaman Anda ini?" Tiba-tiba saja Tian Min berdiri dan berbicara dengan berani."Kau?" Zhao Lu Yang menyipitkan matanya, menatap Tian Min."Maafkan aku jika berkata sedikit ti
"Tetua Oey apa maksud ucapanmu?" Lady Jing menahan tangan sang kakak seperguruan yang sudah bersiap melemparkan selendang putihnya."Tidak ada maksud apa pun Lady Jing. Bukankah benar kalian menyepakati dengan suara bulat kesepakatan yang ditawarkan Kaisar Ao karena takut pada Pedang Es miliknya?" Tetua Oey kini menatap Lady Jing.Sepasang bola mata jernih yang berkilau itu menatap orang kedua di Istana Bunga itu lekat-lekat. Tetua Oey sangat menikmati saat-saat seseorang terpancing emosinya karena kata-kata yang diucapkannya. Sayangnya tidak seperti Lady Wang yang terlihat marah, Lady Jing sang adik seperguruan masih bersikap tenang dan santai."Tetua Oey, sebuah sekte memiliki pertanggungjawaban terhadap para anggotanya. Jika berhadapan dengan Kaisar Ao Yu Long yang memiliki Pedang Es dan menguasai roh Naga Es maka anggota sektelah yang kami prioritaskan. Mungkin kau tidak memahami itu karena aku dengar sekte Lotus Hitam tidak peduli dengan anggota-anggotanya di tingkat rendah." Lady
"Kebakaran! Kebakaran!" Teriakan panik dan orang-orang yang berhamburan tak tentu arah menyambut kedatangan Xie Jing Cuan dan Wu Hongyi saat mereka tiba di Wisma Lonceng Naga kedua yang terletak dekat pusat kota Tanah Bebas.Asap mengepul dari berbagai sudut wisma. Sedangkan api masih berkobar cukup besar. Xie Jing Cuan tertegun menatap kekacauan di hadapannya. Orang-orang berlarian panik menyelamatkan diri dan juga barang-barang mereka."Apa ini? Bagaimana bisa terjadi kebakaran seperti ini?" Wu Hongyi bergumam lirih."Tuan!" Seorang pria tua berlari menyambut Xie Jing Cuan dengan panik. " Celaka Tuan! Ada yang sengaja membakar wisma!" Pria itu melapor dengan gugup."Maksudmu?" Wu Hongyi menatap pria tua itu dengan tatapan setajam ujung belati."Kebakaran terjadi di tempat-tempat yang tidak ada sumber apinya Nona." Pria itu menjelaskan masih dengan panik sekaligus gugup."Apakah ada sesuatu yang mencurigakan sebelumnya?" Xie Jing Cuan bertanya pada pria tua itu, seraya menatap kobara
"Tuan Rong apa yang membuat Anda gelisah?" Huan Junjie menyapa Rong Xia Guo yang berdiri di halaman paviliun, tengadah menatap langit.Pria tampan nan cantik itu melangkah dengan kedua tangan berpegangan di belakang punggungnya. Berdiri di sebelah Rong Xia Guo dan turut menatap langit biru yang cerah."Aku mengkhawatirkan Ketua Xie. Aku mendengar kabar wisma di pusat kota telah terbakar." Rong Xia Guo bergumam pelan.Huan Junjie menoleh dan menatapnya dengan serius. Dia pun mendengar kabar itu tetapi tidak menyangka situasinya cukup mengkhawatirkan banyak pihak."Apakah sudah ada kabar darinya? Atau Ketua Wu?" Huan Junjie pun turut khawatir setelah melihat kekhawatiran Ketua sekte Elang Emas itu."Belum! Nah itu elang emasku telah kembali! Jin!" Rong Xia Guo berseru dan mengulurkan lengannya menyambut elang emas yang menukik turun setelah sebelumnya berputar-putar di sekitar wisma."Kabar apa yang kau bawa?" Rong Xia Guo menggaruk Tengku burung itu saat sudah mendarat di lengannya.Bu
Kolam air panas tetap tenang seperti biasanya. Suasana di sekitarnya tetap sunyi seperti ribuan tahun lalu saat sang Roh Naga sering berlatih di tempat ini."Untuk apa dia datang lagi?" Dewa Naga bergumam saat merasakan aura seorang manusia di sekitar kolam air panas.Zhingyi, gadis desa itu kembali lagi mengunjungi kolam. Dia masih penasaran dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Dia ingin membuktikan itu bukan hanya sebuah ilusi semata."Naga itu jatuh ke dalam kolam. Semestinya dia ada di dasar kolam bukan?" gumamnya seraya membungkukkan tubuhnya dan menatap air kolam yang jernih. Sesekali gelembung-gelembung bak buih muncul di permukaan kolam.Dasar kolam akan terlihat jelas saat siang hari karena adanya sinar matahari. Kolam itu tidak terlalu dalam, bahkan di beberapa bagian sangat dangkal."Tidak ada apa-apa, hanya bebatuan berwarna-warni saja yang ada di dasar kolam." Zhingyi kembali bergumam setelah cukup lama mengamati dasar kolam."Ah mungkin saja itu hanya khayalanku saja,
"Apakah kau pikir kau bisa mengalahkan diriku?" Si Rambut Putih tertawa terkekeh.Dia bergerak dengan cepat melayang ke udara dan tiba-tiba meluncur lagi ke bawah dengan pedang terarah ke dada Si Baju Hitam. Merasa terdesak, Si Baju Hitam menggunakan telapak tangannya untuk menahan pedang Si Rambut Putih."Mati kau!" Si Rambut Putih berteriak keras. Namun dia terdorong ke belakang dan terjatuh dengan berpegangan pada gagang pedangnya yang terseret di tanah."Racun? Kau!" Rambut Putih berteriak penuh amarah sedangkan Baju Hitam hanya tertawa terkekeh."Dewa Naga, kita lihat saja apakah kau kuat menanggung racunku?" Baju Hitam kembali tertawa mengejeknya.Ternyata dia seorang wanita. Zhingyi menyaksikan semuanya dari pucuk rumpun bambu. Dia dapat melihat wanita berbaju hitam itu menaburkan racun saat Rambut Putih menyerangnya dengan pedang."Sepertinya kisahmu sebagai Dewa Naga akan berakhir di sini Long Si Jue." Wanita berbaju hitam itu melangkah mendekati Rambut Putih yang masih belum
Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi
Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m
Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d
Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu