"Tuan Rong, apakah kita harus menginap di sini juga?" Tian Min bertanya dengan hati-hati.
"Sepertinya begitu. Hujan belum reda dan hari sudah malam. Kita tidak mungkin melanjutkan perjalanan ke Wisma Lonceng Naga." Rong Xia Guo tersenyum, mengambil sepotong daging dan menggigitnya pelan."Bagaimana dengan mereka?" Tian Min menunjuk dengan matanya pada kakak beradik dari Istana Bunga."Jangan khawatirkan mereka. Aku rasa mereka juga akan menginap." Rong Xia Guo tersenyum mengerti."Tuan Rong, siapa wanita itu?" Tian Min kembali bertanya."Aku juga tidak tahu, tetapi kita harus berhati-hati." Rong Xia Guo mengingatkannya.Dia sendiri tidak peduli pada wanita itu. Bukan benar-benar tidak peduli, hanya tidak ingin terlibat apapun sebelum menghadiri pertemuan yang diadakan Manor Zhao."Tuan mari saya antar ke kamar." Seorang pelayan mendekati Yu Xue.Yu Xue mengangguk dan mengikuti pelayan itu menuju ke bagian sampin"Nona, aku mampir ke kedai ini untuk minum arak dan berteduh. Hanya itu saja, apa kau keberatan?" Seorang pria dari rombongan para pria itu berdiri dan berbicara dengan tegas pada Lady Wei Yang.Ketua Sekte Lima Dewi itu hanya tersenyum sinis. Dia juga berdiri dan menatap rombongan pria itu dengan tatapan yang dipenuhi sorot ketidaksukaan."Ketua, ayo kita beristirahat saja. Ingatlah sekarang kita berada di Tanah Bebas. Sebaiknya kita tidak mencari masalah dengan siapa pun." Lady An Yiran memperingatkannya dengan lembut.Ketua Wei Yang mengabaikan ucapan adik seperguruannya itu. Dia masih menatap para pria di sudut. Mereka suku Xiaong Nu, suku barbar dari gurun barat. Entah apa yang membuat suku itu datang ke Tanah Bebas."Ketua, dia sepertinya tidak menyukai kita." Salah seorang prajurit suku Xiaong Nu berbisik pada sang ketua suku."Aku tidak peduli dia menyukai kita atau tidak. Kita datang ke Tanah Bebas atas undangan penguasa kota ini
"Untunglah, tidak ada insiden berarti di Kedai Qiutian semalam." Tian Min berucap lega saat pagi hari mereka melanjutkan perjalanan menuju Manor Zhao."Sebenarnya tidak akan terjadi apa-apa seandainya Lady Wei Yang mampu menahan ego-nya. Dia terlalu memandang rendah suku Xiaong Nu." Rong Xia Guo tersenyum tipis.Suku Xiaong Nu di mata orang-orang Kaili maupun Tanah Bebas dianggap sebagai suku barbar yang tidak mengenal adab. Namun sebenarnya tidak begitu adanya."Tetapi sepertinya mereka tidak sebarbar yang aku dengar." Tian Min tercenung mengingat sikap Ketua Sang yang cukup sopan.Juga sikap gadis pemanah yang meminta para pria untuk mundur dan dia menghadapi Lady Wei Yang meski sudah jelas terlihat pasti kalah. Untungnya Nyonya Ling bergerak cepat."Memang tidak. Rakyat dan tentara Kaili menyebut mereka barbar dalam pertempuran. Namun dalam kehidupan keseharian mereka juga memiliki tatanan seperti halnya suku dan klan yang lain." Rong
Manor Zhao, Tanah Bebas "Apakah semuanya sudah siap?" Pria setengah baya itu, Tuan Fu, adalah kepala pelayan di Manor Zhao.Beberapa hari ini dia sangat sibuk mempersiapkan pertemuan yang akan diadakan besok, di Manor Zhao, penguasa Tanah Bebas. Sebuah pertemuan besar yang dihadiri hampir seluruh ketua sekte, klan dan bahkan jenderal dari Kaili."Sudah Tuan Fu. Aula utama sudah di siapkan, begitu juga paviliun untuk para tamu yang menginap." Seorang pelayan muda melapor padanya dengan hati-hati."Apakah sudah ada tamu yang datang?" Tuan Fu bertanya dan menatap pelataran manor yang lumayan ramai dengan para prajurit dan pelayan hilir mudik bekerja."Sejauh ini belum ada Tuan. Namun kami mendapatkan kabar, Ketua Zhang Jiawu bersama Tetua Oey dan Tetua Sun akan tiba sore nanti. Begitu juga dengan Lady Wei Yang dan Nona Nanggong." Kembali pelayan tadi melapor."Baiklah! Sambut dan layani mereka dengan baik! Aku akan melihat persiapa
Restauran Richu, Wisma Lonceng Naga"Selamat datang Tuan!" Seorang pelayan menyambut pria cantik itu dengan ramah dan sopan.Gadis pelayan itu menatapnya sekilas dan cukup lama tertegun hingga lupa untuk membungkukkan tubuhnya."Aku mau meja di sana." Saat pria cantik itu berbicara barulah sang pelayan tersadar."Eh, maafkan saya Tuan! Silakan!" Gadis pelayan itu membungkukkan tubuhnya berkali-kali sebelum mengantarkan pria itu ke sebuah meja di sudut restauran yang cukup luas itu.Gadis pelayan itu memimpin jalan dan melewati para tamu yang juga tengah menikmati hidangan istimewa Restauran Richu yang memang sangat populer. Mereka menatap pria itu dan berbisik-bisik satu sama lain. Bahkan seorang wanita membiarkan makanan yang sudah siap disantapnya di supit begitu saja."Dia itu wanita atau pria?" bisik seorang tamu sementara lehernya bergerak mengikuti arah langkah kaki pria cantik itu."Cantik! Eh tampan!" Seru tamu l
"Ah Tuan Muda Huan rupanya! Senang bertemu dengan Anda!" Rong Xia Guo segera berdiri dan menangkupkan kedua telapak tangannya di dada sebagai bentuk penghormatan juga.Tian Min pun turut berdiri dan melakukan hal yang serupa. Setelah sempat tertegun dan bingung dengan kehadiran pria muda asing yang sama sekali tidak mereka kenal."Silakan duduk dan kita menikmati bersama arak dan hidangan istimewa ini!" Rong Xia Guo mengajak pria itu duduk bersamanya dan Tian Min."Dengan senang hati Ketua Rong." Huan Junjie tersenyum manis dan duduk di antara Tian Min dan Rong Xia Guo."Tuan Muda, apakah kau penunggang Qilin hitam yang tadi saya lihat di tepi danau Hu?" Huan Junjie menatap Tian Min tak berkedip.Tian Min tertegun, dia tidak mengira ada seseorang yang menyadari keistimewaan Hitam, kuda tunggangannya. Selintas Hitam seperti kuda-kuda yang lain, hanya bulu hitamnya yang legam saja yang terlihat sangat mencolok."Hitam hanyalah seek
Manor Zhao, Tanah Bebas"Wah hari ini kita tidak bisa bertemu langsung dengan Tuan Zhao." Seorang pedagang mengeluh kecewa saat prajurit yang berjaga di manor penguasa kota Tanah Bebas mengatakan hari ini tidak bisa bertemu dengan penguasa kota."Tuan untuk hari ini segala urusan ditangani Hakim Kota, silakan Anda menemuinya di kantor Ya Men." Prajurit itu menunjukkan sebuah bangunan yang tak jauh dari Manor Zhao."Ah begitu ya. Kalau begitu aku segera ke sana. Terima kasih banyak Tuan Prajurit." Pedagang itu tersenyum lega dan segera membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan terima kasih pada prajurit itu.Bukan hanya pedagang itu, seluruh urusan hari ini ditangani Hakim Kota kecuali jika mereka bersedia menunggu hingga pertemuan di Manor Zhao selesai. Sebagian orang memilih untuk segera menemui Hakim Kota karena mereka harus segera menyelesaikan urusan mereka di Tanah Bebas."Sepertinya kita harus menunggu selama beberapa hari." Seorang pria bercaping bambu bergumam pelan pada wanita d
"Mari kita tunggu Tuan Zhao Lu Yang!" Beberapa tamu sependapat dengan Rong Xia Guo.Mereka memasuki aula utama dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan untuk mereka masing-masing. Beberapa pelayang berdatangan dan menghidangkan minuman dan makan ringan untuk pembuka."Sejujurnya aku tidak tahu apa tujuan Zhao Lu Yang saat ini," gumam Lady Wang seraya menyesap tehnya dengan hati-hati."Kita lihat saja nanti, aku rasa ini bukan sebuah pesta semata." Lady Jing menyahut lirih hampir tak terdengar.Meski semua tamu terlihat tenang dan menikmati perjamuan pembuka dengan santai, tetapi bukan berarti mereka benar-benar menikmatinya. Tidak ada yang bersikap berlebihan, justru terkesan para tamu saling berjaga-jaga dan bersikap hati-hati, sekali pun itu para tamu dari Gurun Barat."Ini sangat canggung," gumam Huan Junjie lirih seraya menuangkan teh ke dalam cangkir di depan Tian Min.Tian Min menoleh dan merasa tidak enak hati karena terkesan dilayani oleh tuan muda dari keluarga Huan. Sesua
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Wanita cantik itu tersenyum kemudian berdiri dan dengan tenang melangkah ke tengah aula."Tuan Zhao Lu Yang, Anda mengundangku kemari tanpa menjelaskan tujuan dari undangan itu. Aku hanya menghormati dan menghargai dirimu. Namun sesungguhnya aku tidak memiliki kepentingan atas apa yang terjadi di wilayah ini." Wanita itu berbicara dengan tegas.Sikapnya sedikit kurang sopan tetapi apa yang dikatakannya tidak bertele-tele dan apa adanya. Wanita cantik itu bukanlah sosok yang cukup dikenal di kalangan mereka, bahkan sama sekali belum pernah muncul sebelum ini, wajar saja jika banyak yang menaruh perhatian atas sikapnya."Tuan dan Nona, sebelumnya aku meminta maaf karena tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu." Wanita cantik itu menangkupkan kedua telapak tangannya dan menatap sekelilingnya, ke arah para tamu yang hadir di aula utama Manor Zhao."Aku Nanggong Ningli. Aku hadir di sini atas undangan dari Tuan Zhao Lu Yang. Aku tidak memiliki kepen
Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi
Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m
Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d
Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu