Entah berapa lama mereka tak sadarkan diri, atau kapan badai itu lenyap. Tapi Zayn merasakan kehangatan api unggun menyapu wajahnya dan membangunkannya. Zayn mendengar gumaman di sekitarnya. Zayn mencoba menguping pembicaraan mereka, dan tersenyum ketika Baron bertanya apakah ia boleh membangunkan Zayn.
“Kau tak bisa membangunkan orang yang pura-pura tidur,” kata Bayu, yang berdiri di atas Zayn. Zayn tertawa, lalu bangun.
“Apa yang terjadi?” tanya Zayn, sambil menatap kabut debu yang mewarnai langit yang muram.
“Kami sedang menunggumu,” katanya.
“Mengapa tidak ada yang membangunkanku?”
“Karena kami tidak tahu apa yang menyebabkanmu tidur.”
Zayn mengangguk sambil mengingat-ingat apa yang terjadi. Tubuh Zayn terasa segar dan kesadarannya menaik, tapi Zayn tidak bermimpi.
“Badai itu?”
Bayu menoleh dan bergeser dari pandangan Zayn.
“Badai itu telah hilang, tapi sekarang entah berada dimana kita ?!” katanya.
Sejenak Zayn mengedarkan pandangannya, terlihat reruntuhan kota besar, separuh terbenam dalam pasir. Reruntuhan tembok dan bekas jalan kuno serta tiang-tiang tinggi yang rusak membentang di hadapannya. Hanya ada bangunan yang masih utuh, dan bangunan itu dekat sekali jaraknya. Bangunan ini berbentuk bulat dengan atap kubah, seperti kuil kuno atau makam.
“Tempat apa ini?”
Baron dan Bayu mengangkat bahunya, sebagai tanda merekapun tak tahu.
“Dimana kapal kita ?” tanya Zayn lagi.
Lagi-lagi Baron dan Bayu tak menjawabnya, tapi wajah keduanya tampak berpaling ke satu arah. Zayn mengikuti arah itu. Dan seketika saja wajah Zayn berubah pucat.
Tak seberapa jauh dari hadapannya tampak sebuah kapal yang sangat dikenali Zayn sebagai kapal yang mereka tumpangi sebelum terjadi badai dan kini kapal itu sudah tampak terdampar diatas gundukan pasir.
“Ba... Bagaimana bisa sampai disitu ?” tanya Zayn pelan, seakan bertanya pada dirinya sendiri. Bayu dan Baron terlihat menggeleng dan mengangkat kedua bahu mereka sebagai jawaban atas pertanyaan Zayn.
“Dimana Surya dan Lyn ?” tanya Zayn lagi.
“Pergi kesana,” kata Bayu menunjuk bangunan bundar yang ada dihadapan mereka.
“Ayo, kita juga kesana!” kata Zayn seraya bangkit berdiri.
“Dari tadi kami juga mau kesana Zayn, tapi karena nungguin kamu disini, terpaksa dah” kata Baron seraya ikut bangkit berdiri bersama Bayu. Akhirnya mereka bertiga berangkat ke bangunan bundar itu. Setiap reruntuhan kuno memuat barang berharga, dan kini reruntuhan itu ada di depan kami.
Bintang yang diam di atas sana, entah mengapa, bertambah terang cahayanya, terlihat didalam bangunan bundar itu, Lyn sedang meneliti struktur bangunan itu. Zayn dan Baron saling pandang dengan keheranan.
“Nona Lyn adalah seorang mahasiswi jurusan Arkeologi” jelas Bayu yang memahami keheranan keduanya.
“Arke.. Arke... Arke apa Zayn ?” tanya Baron
“Arkeologi”
“Ya, Arkeologi. Apa itu ?”
“Arkeologi atau ilmu yang mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah, maupun pada masa sejarah” jelas Zayn.
“Maksudmu arkeologi itu orang-orang yang menggali-gali makam untuk mencari mummy itu ya ?”
“Ya, seperti itulah kira-kira” kata Zayn tersenyum.
Saat mereka mendekatinya.
“Sudah sadar Zayn ?” tanya Surya tersenyum. Zayn hanya balas tersenyum tipis. Mereka kemudian kembali memperhatikan Lyn yang sedang meneliti tempat itu, Lyn kemudian menunjukkan kepada mereka sisa-sisa tiang yang melingkari bangunan dan sisa-sisa tiang serambi di bawah atap kubah. Ia mengelilingi bangunan itu dengan hati-hati. Ia mengira-ngira tinggi dan lebarnya, mencari petunjuk usia dan kegunaannya. Sesuai perintahnya, Zayn dan yang lain mengikutinya dalam satu barisan, mengikuti jejaknya agar mereka tidak secara sengaja merusak artefak apa pun dalam kegelapan. Lyn senang ketika mengetahui bahwa ada empat pintu terbuka yang menghadap ke empat arah kompas. Pintu ke arah barat tepat menghadap pohon. Cahaya juga masuk dari atas atap. Ini mungkin karena atap itu rusak sebagian atau memang dirancang untuk menerima cahaya. Tapi, ia tampak terkejut ketika tidak menemukan tanda-tanda nyata dari eksteriornya, entah itu tulisan atau prasasti dalam bahasa apa pun.
Wajahnya tampak kecewa ketika cahaya senter Surya hanya menemukan sebuah konstruksi bulat dari batu-batu hitam. Konstruksi itu tingginya sekitar satu meter dan mungkin berdiameter sekitar tiga meter. Ia mengira itu semacam altar. Konstruksi itu berada tepat di tengah bangunan, di bawah atap yang terbuka. Tidak ada benda lain di dalamnya, hanya pasir yang menutupi lantai.
Tapi, ternyata ada sesuatu yang lain. Walaupun mendapat cahaya yang cukup terang dari bintang, ruangan dalamnya lebih gelap dan lebih misterius daripada makam. Ada rasa takut merayap di hati. Udara menjadi terasa berat dan lembap di paru-paru. Seperti ada sesuatu yang mengerikan sedang menanti selama ribuan tahun.
Zayn mulai berzikir dalam hati, berjalan pelan dan tenang. Ketakutannya bertambah setiap Zayn melangkah, sampai mereka berkumpul di sebuah benda melingkar dari kayu di tengah-tengahnya, yang berada di atas tumpukan batu-batu hitam yang membentuk lingkaran.
“Tidak ada altar,” kata Baron
“Mungkin ini dulunya sumur.” Celetuk Bayu.
“Aku tidak akan mau minum air dari situ,” kata Baron lagi.
Surya mengangguk. “Kukira tak ada air tersisa di sana. Ini sepertinya kayu cedar. Kayu seperti ini tahan lama” Ia berjongkok dan mulai memeriksa batu-batu di sekitarnya. Ia meneliti setiap batu dengan senternya, memeriksa satu persatu dari lapisan atas hingga ke bawah.
Pemeriksaan itu berlangsung agak lama. Dalam kesunyian yang panjang, Baron mulai menggigil gelisah. Matanya menatap kabut gelap. Kemudian dia bergerak mendekati Surya yang berdiri di sisi sumur aneh ini. Ia sedang membersihkan pasir dari kayu itu. Ketakutan makin mengental. Hanya Surya, Lyn, Bayu dan Zayn yang sepertinya tidak takut.
“Batu-batu ini dipotong dari batu hitam,” katanya, sambil berdiri setelah melakukan pemeriksaan di bagian bawah. “Batu ini menghitam karena api. Sungguh aneh.” “Apa pun yang ada di sini?” tanya Surya. “Tidak ada tanda-tanda atau simbol sesuatu, bahkan sebait puisi pun tidak. Bangsa apa yang membangun tempat ini? Lokasi tempat ini tidak pernah disebut-sebut dalam legenda atau mitologi apa pun. Ini sepertinya belum pernah ditemukan orang.” Ia menghela napas. “Memang tidak ada tanda-tanda simbol, tapi arsitektur bangunan itu sendiri merupakan simbol yang punya arti, dan struktur yang mengelilinginya jelas signifikan maknanya. Aku tak pernah melihat yang seperti ini, tapi jelas ini didesain untuk tujuan religius. Lingkaran kayu yang terbuka ini tampaknya sama dengan lingkaran sumur. Mungkin ini adalah... ” Zayn tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi mulai berjalan mengelilingi struktur itu dan menatap ke langit-langit. Dua kali ia berjalan berputar, berkali-kali menggaruk-
Apa yang terjadi, benar-benar membuat syok Zayn dan kawan-kawannya, ketiganya masih terlihat terduduk lemas ditempatnya masing-masing. Melihat bagaimana Surya dan Lyn telah tiada. Melihat mereka masuk ke dalam api. Sungguh pemandangan yang sangat mengenaskan dan takkan pernah terlupakan bagi ketiganya.Apa yang akan mereka lakukan sekarang ? Entahlah! Bahkan mereka sendiri tak tahu sekarang berada dimana.“Jangan berputus asa seperti itu, dunia masih belum berakhir” sebuah suara lembut terdengar hingga mengejutkan ketiganya. Dengan serentak ketiganya bangkit dari tempatnya masing-masing, celingak celinguk mencari asal suara tanpa wujud itu. Hal ini membuat bulu kuduk ketiganya merinding.Ketiganya langsung merapatkan diri saat beberapa tombak dihadapan mereka muncul sesosok berbentuk bayang-bayang yang semakin lama semakin jelas wujudnya. Dia adalah sosok kakek berpakaian resi bermata putih. Ketiganya yakin kalau kakek resi bermata putih dihadapan me
Sebuah goa yang terkesan sangat menakjubkan tapi juga sedikit menegakkan bulu kuduk. Karena cahaya yang terpancar kedalam goa tersebut sangat sedikit, hingga kondisi yang cenderung remang-remang tersebut sedikit menyeramkan untuk orang yang berada didalamnya. Menakjubkan karena goa tersebut memiliki kedalaman yang sangat dalam, walaupun didalamnya terdapat sebuah ruangan yang sangat luas, yang lebih menakjubkan ternyata langit-langit goa tersebut dapat bertahan karena ditopang oleh sebuah patung berukuran raksasa. Patung dengan kedua tangan yang terangkat keatas seperti tengah menopang langit-langit goa, diatas kepala patung itu terlihat lobang cahaya yang memberikan cahaya dari sinar bulan yang masuk, tapi itupun sinar cahaya yang masuk tampak mengarah kearah kepala patung raksasa tersebut. Hanya pancaran cahayanya yang memantullah yang memencarkan cahaya keseluruh arah diruangan didalam goa batu tersebut. Di bawah pantulan sinar sang bul
Ribuan tahun yang lalu, negeri jin dilanda sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh seorang panglima kerajaan jin terhadap maharaja jin, panglima itu bernama Thathamghi Yam Yal...” Mustofa terus menceritakan tentang peristiwa yang terjadi dinegeri jin ribuan tahun yang lalu, sementara dihadapannya tampak Zayn, Bayu dan Baron yang terdiam, menyimak dan mendengarkan. Dari Jin Mustofa pula Mereka banyak tahu, kalau hampir semua bangsa jin dulunya mengabdi pada baginda Nabi Sulaiman. Dan inilah kisahnya... “Raja Sulaiman, penguasa terkuat dan terbijak yang pernah ada di muka bumi. Kekayaannya tak bisa diukur, kedalaman kearifannya hanya Allah yang tahu. Ia menguasai angin, manusia, jin, dan hewan. Semuanya mengabdi kepadanya. Tetapi ia tidak diberkati Allah, sebab kekayaan dan kebijaksanaannya tidak membuatnya tercerahkan.” “Suatu hari, saat Raja Sulaiman sedang berjalan-jalan sendiri di taman istana, ia bertemu Izrail, Sang Malaikat Pencabut Nyawa, yang sedang m
“Konon pada saat Sulaiman mulai membangun Kuilnya, Assaf Sang Wazir mengadu bahwa ada orang yang mencuri permata-permata berharga dari kamarnya, dan juga permata di kamar anggota kerajaan lainnya. Bahkan, perbendaharaan istana juga dicuri. Assaf terkenal karena ilmu hikmahnya. Ia tahu bahwa yang bisa melakukan pencurian ini pasti bukan pencuri biasa. ‘Sepertinya ada makhluk halus jahat yang melakukannya,’ katanya kepada Sang Raja.“Sulaiman kemudian berdoa dengan khusyuk kepada Tuhan agar bisa menangkap makhluk jahat itu dan menghukumnya. Doanya dikabulkan. Malaikat Mikail muncul di hadapan Sang Raja, dan memberi kekuatan dahsyat yang belum pernah ada sebelumnya di dunia ini: sebuah cincin emas kecil, yang ditempeli batu berukir.“Dan Mikail berkata, ‘Hai! Raja Sulaiman putra Daud, ambillah cincin ini. Inilah hadiah dari Tuhan yang dianugerahkan kepadamu. Pakailah cincin ini, niscaya semua setan di muka bumi, pria maupun wanita,
Zayn, Bayu dan Baron benar-benar tersentuh oleh kisah ini, atau boleh dikatakan merasa bersemangat.“Kemudian,” lanjut Jin Mustofa, “Sulaiman mencap leher Ornias dengan cincinnya sebagai tanda kekuasaannya. Sejak itu ia tunduk kepada Sulaiman, dan diberi tugas memotong batu untuk membangun Kuil Sulaiman. Dan jin-jin lain yang berbuat salah di dunia ini juga dipanggil untuk datang: Onoskelis, yang berbentuk dan berkulit perempuan yang cantik; Asmodeus, yang patuh pada keyakinan Yahudi dan konon tunduk pada hukum-hukum Taurat; Tephros, setan Debu, bersama tujuh roh perempuan yang menyatakan diri sebagai 36 unsur kegelapan; dan Rabdos, roh rakus yang berwujud mirip anjing pemburu. Semuanya dicap dengan Cincin Sulaiman.’” Kata Jin Mustofa mengakhiri ceritanya.“Dengan cincin sulaiman. Thathamghi Yam Yal akhirnya berhasil menggulingkan kekuasaan raja jin, entah bagaimana dan dimana Thathamghi Yam Yal mendapatkan cincin itu” kata Jin
“Jadi? Apa yang harus kami lakukan untuk pergi ke negeri Jin, Mustofa ?”“Jalan masuk menuju ke negeri jin yaitu sumur kematian. Salah satu tempat seperti tempat yang kemarin tuan-tuan kunjungi, dan sumur itu dijaga oleh Jin Tangan Seribu” kata Jin Mustofa menghentikan ucapannya untuk melihat reaksi dari ketiganya. Wajah Zayn, Bayu dan Baron terlihat berubah pucat mendengar hal itu.“A-apa tidak ada jalan lain ?” tanya Baron dengan gugup. Jin Mustofa tampak menggeleng.“Ini mustahil untuk dilakukan” sahut Baron.“Tuan-tuan tenang saja” kata Jin Mustofa kemudian tersenyum.“Tenang bagaimana sih om jin ? Kemarin saja kami semua hampir mati” sanggah Baron.“Beberapa dari kami bangsa jin, diberikan berkah untuk mengabulkan permintaan, kebetulan hamba masih memiliki 4 Sarira didalam tubuh hamba, hasil dari pertapaan hamba selama ribuan tahun. Itu artinya saya m
Jin Mustofa kini beralih memandang kearah Bayu dan Baron. “Giliranku” kata Bayu dengan cepat. “Apa yang tuan Bayu inginkan ?” “Aku juga ingin seperti Zayn, aku mengagumi sosok seorang pendekar yang bergelar Bayu kencana” “Baik” Jin Mustofa kembali mengangkat tangan kanannya didepan dada. Dari dalam dada Jin Mustofa kembali muncul seberkas sinar keemasan sebesar biji kelereng. Jin Mustofa mengangkat tangan kanannya yang ada didepan dada, seiring dengan itu, cahaya keemasan sebesar biji kelereng itupun ikut merambat naik keatas. Hingga saat tangan kanan Jin Mustofa sampai dimulut, biji kelereng emas itu akhirnya keluar dari mulut Jin Mustofa. Jin Mustofa segera memberikannya kepada Bayu. Sejenak Bayu tampak memperhatikan biji kelereng emas yang ada ditelapak tangannya itu, lalu segera meletakkannya dibawah telapak kakinya. Bayu kemudian memejamkan matanya. Lalu berkonsentrasi dengan apa yang akan dimintanya. Crakhh! Bayu