Nayla Tahlam, ibunya Gaia langsung mengangkat kepala dan menjawab, "Bibi."Lorin mengangguk, lalu mengulurkan tangannya dan berkata. "Ah, aku ingin menggendongnya."Lorin menatap lembut bayi mungil yang berada di pelukan Nayla.Nayla memberikan Gaia kepada Lorin sambil berkata, "Gaia, Bibi Lorin ingin memelukmu."Gaia adalah anak yang pintar, dia sama sekali tidak menangis atau rewel saat dilepaskan dari pelukan ibunya.Lorin menggendong Gaia sambil mengayun pelan. Lorin berbicara dengan lembut, "Gaia, apakah kamu mengenali Bibi? Kamu pintar banget, sih? Sama sekali nggak nangis."Sofia memperhatikan situasi ini sambil berpikir, 'Untunglah hari ini Liam nggak ikut. Kalau ikut, dia pasti merasa tertekan.’Saat Sofia sedang berpikir demikian, Nayla bertanya kepadanya, "Kak Sofia, kapan kamu dan Kak Liam berencana memiliki anak?"Lorin yang sedang asyik mengayun Gaia pun tiba-tiba berhenti. Namun Lorin tidak bergeming, dia hanya mengamati Sofia secara diam-diam sambil menunggu jawabannya.
Dari acara pertama kali dimulai hingga sekarang, ini adalah pertama kalinya Gaia menangis.Sesaat mendengar suara tangisan Gaia, para tamu undangan langsung terdiam dan menatap ke arah sumber suara.Shelby panik, dia berlari ke arah Nayla dan bertanya, "Cucuku sayang, ada apa? kamu lapar?""Bukan." Nayla menahan tawa sambil memelototi Gaia. "Dia tidak mau aku gendong.""Hah?" Shelby tertegun. "Kok bisa?""Mungkin karena dia menyukai Kak Sofia. Aku jadi iri, Gaia bahkan nggak semanja ini sama aku." Shelby tersenyum kepada Sofia.Sofia merasa tidak enak hati. Melihat Gaia yang menangis, Sofia tidak tega dan kembali menggendongnya. Yang aneh, Gaia langsung berhenti menangis begitu dipeluk Sofia.Kedua mata Gaia yang bulat dan hitam tampak menatap wajah Sofia."Kayaknya Gaia sangat menyukai kamu. Sofia, kamu pasti akan menjadi ibu yang baik. Segeralah punya anak," Shelby membujuk Sofia.Sofia tersenyum dan berpura-pura tidak mendengarnya. Dia tersenyum dan berkata dengan lembut, "Gaia, Gai
Karena berada di tengah keramaian, Lorin tak berdaya dan hanya bisa memelototi Liam.Sofia menatap Lorin dan Liam dengan kebingungan, dia tidak tahu apa terjadi.Liam menjauhi Lorin, lalu beranjak dan duduk di samping Sofia."Ini keponakanmu." Sofia menunjukkan Gaia kepada Liam.Liam memperhatian wajah Gaia selama beberapa detik, dia mengerutkan alis dan berkata, "Jelek."Liam berani memberikan komentar semacam itu, padahal Nayla duduk di depan mereka.Sofia panik, dia langsung meminta maaf kepada Nyala. "Maaf, maaf, bukan itu maksud Liam ...."Nayla juga panik, tetapi dia lebih merasa tersinggung. Hanya saja Nayla tidak berani menunjukkan kekesalannya kepada Liam."Tidak apa-apa." Nayla melambaikan tangan. "Anak baru lahir memang belum kelihatan bentukan perawakannya."Sofia tahu, Nayla hanya sedang berbasa-basi. Entah apa yang dipikirkan Liam? Tega-teganya menyebut anak orang lain jelek?"Orang tuanya saja tidak keberatan, anak ini memang jelek." Liam malah makin menjadi-jadi.Raut w
"Kak, kok kamu perhatian banget sama Kak Liam?" Nayla tertawa dan sengaja menggodanya. "Jangan-jangan kamu punya niat buruk, ya?""Jangan asal bicara!" Niel memelototi Nayla."Tapi kamu kelihatan peduli banget?" Nayla mengerutkan bibir."Sudah jadi ibu, tapi pemikirannya masih begitu. Kamu nggak takut mengajari anakmu yang tidak-tidak?" tanya Niel.Ketika Nayla sedang memarahi adiknya, Selena kembali mendekati Sofia."Kak." Selena memeluk lengan Sofia. "Kamu juga tinggal di Kota Yalan?""Mungkin." Sofia sengaja tidak memberikan jawaban yang pasti. Apalagi Sofia sendiri juga tidak tahu akan berapa lama berada di kota ini.Selena kecewa karena gagal mendapatkan informasi dari Sofia. Kemudian Selena melirik ke arah Liam, lalu sengaja memuji Gaia yang berada di dalam pelukan Sofia. "Wah, Gaia lucu banget!"Namun hanya Nayla yang merespons Selena.Liam melirik Gaia, seperti ingin mengatakan sesuatu."Apakah aku boleh menggendongnya?" tanya Selena."Boleh." Nayla mengangguk sambil mengingatk
"Jangan pernah membawanya muncul di hadapanku lagi! Oh iya, jangan mengajaknya menghadiri acara keluarga kita," Voscar memperingatkan Niel.....Karena hampir membuat Gaia terjatuh, semua orang menatap Selena dengan tatapan sinis.Selena tidak menyukai tatapan yang diberikan, dia pun menjadikan Sofia sebagai tameng."Kak ...." Selena menatap Sofia dengan memelas. "Tadi aku kaget, aku nggak sengaja."Selena bersikap seolah mengadu kepada Sofia, tetapi sebenarnya dia berbicara seperti itu agar Liam mendengarnya."Oh, aku tahu." Sofia merespons dengan datar, dia sama sekali tidak menghibur Selena.Liam juga diam saja, dia bahkan enggan melirik Selena.Selena menggertakkan giginya sambil mengepalkan tangan hingga urat-uratnya terpampang jelas."Kak ...." Selena kembali menarik lengan Sofia. "Kapan kamu dan Pak Liam pulang ke rumah?"Selena berbicara sambil melirik Liam."Kami nggak pulang." Sofia menepis tangan Selena. "Selena, aku nggak akan pernah melupakan semua yang keluargamu lakukan.
Siapa yang tidak suka menonton drama? Para tamu undangan menatap ke arah Selena seperti sedang menyaksikan pertunjukan seru."Kita bicarakan lain kali." Sofia berusaha menahan emosinya dan mengingatkan Selena. "Hari ini adalah hari perayaan satu bulanan Gaia, jangan merusak kebahagiaan orang lain."Namun Selena dibesarkan di tengah keluarga yang memanjakannya. Mana mungkin dia menghiraukan orang lain?Sofia merasa bersalah telah merusak acara ini, tetapi Selena justru makin menjadi-jadi. Bukannya mengalah, Selena malah lanjut berkata, "Kalau kita nggak bertemu di sini, bagaimana aku bisa menemukanmu? Kamu nggak menjawab teleponku, nggak membalas pesanku, bahkan kamu juga nggak mau membukakan pintu rumah ...."Melihat air mata Selena, Sofia terpaksa mengalah. "Baik. Kalau kamu memaksa membicarakannya sekarang, kita bicarakan di luar. Jangan mengganggu orang lain.""Kenapa harus keluar? Kita bicara di sini saja biar semua orang bisa menilainya." Selena ingin mempermalukan Sofia di hadapa
"Kamu nggak lihat ibuku marah?" tanya Niel."Aku lihat." Mana mungkin Selena tidak melihatnya? Ekspresi Jasmine begitu jelas."Tapi masalah aku dan Sofia belum selesai. Aku nggak mau pergi." Selena membalikkan badan dan hendak kembali ke ruangan."Kamu tahu tempat apa ini? Kamu datang untuk menyelesaikan masalah dengan kakakmu?" Niel tidak tahu apa isi otak Selena. "Apakah kamu bisa menggunakan otakmu?"Selena terkejut melihat Niel yang berteriak kepadanya. Sejak awal pacaran, Niel tidak pernah berbicara sekasar ini kepada Selena.Selama ini Niel memperlakukan Selena bagaikana tuan putri. Niel selalu memberikan Selena kehangantan dan kelembutan.Selena menggigit bibirnya sambil meneteskan air mata. Suaranya terdengar sedih dan sakit hati. "Kamu ... memarahiku?"Hati Niel langsung luluh, dia bergegas memeluk Selena. "Maaf, maaf. Aku tidak sengaja, aku hanya merasa tertekan."Sebagian besar tekanan Niel berasal dari orang tuanya. Karena Kaluva Entertain sedang berada dalam masalah, kedua
Sofia baru lega setelah Lorin pulang ke rumahnya.Tadi Sofia benar-benar bingung menghadapi berbagai pertanyaan Lorin, sedangkan Liam hanya fokus menyetir. Meskipun Sofia kewalahan menjawab Lorin, Liam sama sekali tidak membantunya.Dari kaca spion, Liam tersenyum kecil dan berkata, "Kalau tidak mau hal semacam ini terulang, jangan menemani ibuku ke acara-acara begitu."Sofia telah belajar dari kesalahan, dia tidak akan mengulangi hal yang sama."Tapi Gaia lucu banget." Sofia memujinya dengan tulus.Liam sengaja mengetes Sofia dan bertanya, "Kenapa? Mau punya anak?"Sofia menggelengkan kepala. "Tidak."Menemani anak orang lain dan membesarkan anak sendiri adalah dua hal yang berbeda. Jadi, pendirian Sofia tidak akan berubah, dia tetap tidak ingin memiliki anak.Harapan yang sempat menyala di hati Liam pun padam. Ditambah Sofia tidak pintar membaca situasi, dia malah menyiram minyak ke api yang panas. "Ibumu pengin banget punya cucu. Demi kebahagiaan ibumu, sebaiknya kita segera bercera
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa