"Aku tidak sama seperti Sonia, aku bukan orang baik. Kalau aku menemukan ada yang tidak mematuhi aturan, silakan pilih sendiri, mau mengundurkan diri atau dipecat." Sofia sengaja membuat dirinya terlihat seperti orang jahat agar para karyawan tidak sembarangan melanggar aturan.Sofia tidak berharap disuka ataupun dihormati, dia hanya berharap para karyawan dapat melaksakan pekerjaannya dengan baik.Setelah selesai bicara, Sofia membalikkan badan dan hendak pergi. Namun saat membalikkan badan, dia melihat seorang pemuda yang mengenakan piyama sedang bersandar di depan pintu kamar.Pria itu menatap Sofia sambil tersenyum tipis.Pria ini sangat tampan, perawakannya agak mirip dengan Liam. Hanya saja, auranya tidak sedingin Liam.Sofia mengira kalau ucapannya tadi terlalu keras hingga mengganggu ketenangan tamu yang menginap. "Pak, maaf, apakah aku membangunkan Anda?"Pria tersebut menggelengkan kepala. "Tidak.""Kamu adalah manajer housekeeping yang baru?" tanya pria tersebut, tampaknya d
Sesuai janji Liam, semua karyawan baru tiba keesokan hari.Selain para karyawan baru, semua orang juga telah mendengar berita kedatangan manajer umum yang baru. Selang beberapa detik setelah duduk, Sofia menerima email yang meminta seluruh jajaran manajer untuk berkumpul di ruang rapat.Para petinggi perusahaan berkumpul untuk menyambut atasan mereka yang baru.Sofia bukanlah karyawan tetap di hotel ini, dia tidak mengenal para manajer yang lain. Sofia mengingat nasihat yang diberikan Liam, dia masuk ke ruang rapat dan memilih tempat duduk di pojokan.Sofia mendengar orang-orang yang sedang menebak jenis kelamin, umur, wajah, dan karakter manajer umum yang baru. Di saat bersamaan, mereka semua memiliki harapan yang sama. "Semoga manajer umum yang baru adalah orang yang baik."Pukul 9 tepat, seseorang membuka pintu ruangan dan masuk dengan diikuti 3 orang lainnya. Orang yang berjalan di tengah adalah pemuda yang Sofia temui di dekat gudang kemarin.Pemuda itu berjalan masuk, lalu beranj
Tak terasa, sudah jam istirahat makan siang.Ketika karyawan yang lain sedang makan di kantin, Sofia masih sibuk membereskan beberapa dokumen yang ditinggalkan Sonia."Tok, tok." Seseorang mengetuk pintu ruangan Sofia.Sesaat mengangkat kepala, Sofia melihat Keenan yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum."Sibuk?" tanya Keenan.Sofia langsung bangkit berdiri dan menyapa, "Pak Keenan.""Tidak perlu sungkan." Keenan tersenyum ramah. "Usia kita tidak berbeda jauh, panggil nama saja."Sofia merasa canggung menghadapi Keenan yang seolah sedang berusaha mengakrabkan diri. Seketika, Sofia langsung teringat pada ucapan Liam ...."Anda adalah atasan. Tidak sopan memanggil Anda dengan sebutan nama," jawab Sofia. Dia harus menjaga jarak dengan pria ini.Keenan tidak memaksa. "Terserah kamu."Nada bicara Keenan terdengar lembut dan penuh kasih sayang, membuat Sofia merasa agak canggung."Pak Keenan, ada apa mencariku?" Sofia bertanya dengan tegas, tapi tetap sopan."Aku ingin tanya ...." Keen
Keenan tidak memedulikan para karyawan yang membicarakan hubungannya dengan Sofia.Hari ini, Keenan beberapa kali pergi ke ruangan Sofia untuk menemuinya. Keenan menemui Sofia karena ada urusan pekerjaan, tapi beberapa karyawan yang lewat, menatap mereka dengan tatapan aneh. Beberapa karyawan bahkan mengintip melalui kaca jendela untuk melihat apa yang Keenan dan Sofia lakukan di dalam ruangan.Karena tidak ingin digosipkan macam-macam, Sofia sengaja tidak menutup tirai jendela dan membuka pintu ruangannya.Keenan tidak memedulikan semua itu, dia mengajak Sofia mengobrol hingga sore hari.Keenan tahu bahwa Sofia menginap di hotel. Jadi, dia mengajak Sofia untuk makan malam bersama.Namun Sofia menolak ajakan tersebut. "Maaf, aku sedang diet, tidak makan malam.""Ah, sayang sekali." Keenan tidak memaksa.....Sofia kembali ke kamar dalam keadaan kelelahan. Begitu membuka pintu, Sofia melihat Liam yang sedang menonton di ruang tamu.Liam duduk sambil bersandar di sofa, kedua kakinya dian
Agar tidak bertemu dengan Keenan, selama beberapa hari ini Sofia berkeliaran di sekitar ruang kebersihan untuk memantau pekerjaan para petugas kebersihan.Setiap melihat ada yang sedang membersihkan ruangan, Sofia masuk untuk mengecek pekerjaan mereka.Kebiasaan memang harus dibina. Walaupun para petugas kebersihan sudah berusaha sebaik mungkin, tetap saja ada kesalahan kecil.Asalkan kesalahan tidak besar, Sofia tidak akan mempermasalahkannya. Jika kesalahannya lumayan parah, Sofia akan mencatat bahkan memotong gaji mereka. Bila menemukan karyawan bandel yang masih tidak mau mematuhi aturan, Sofia langsung memecat karyawan bersangkutan.Dalam waktu satu minggu, Sofia telah mendapatkan julukan baru. Hampir seluruh karyawan Departemen Housekeeping memanggilnya "Nenek Sihir".Sofia tidak keberatan mendapatkan julukan tersebut. Sebaliknya, Sofia justru puas, berarti para karyawan takut dan akan bekerja lebih baik.Yang membuat Sofia khawatir, pada rapat hari Senin, Keenan memuji kinerja S
Keenan tidak menyangka kalau Sofia akan bersikap sekeras ini.Meskipun baru berkenalan, Keenan mulai mengagumi Sofia."Takutnya pusat akan menolak. Aku baru saja mengirimkan permohonan, masa ditarik kembali?" Keenan berusaha membujuk Sofia. "Jangan begitu. Untuk sementara ini, bekerjalah di sini sampai akhir tahun. Begitu masalah kebersihan kamar rampung, aku akan mengirimmu kembali ke Kota Haita. Sejujurnya, di sini lebih membutuhkanmu. Masalah sebesar ini tidak mungkin diselesaikan dalam 1 atau 2 minggu, memerlukan waktu untuk pelatihan para karyawan. Aku sangat berharap kamu bersedia bekerja di sini."Nada bicara Keenan terdengar tulus. Jika Liam tidak memperingatkan dari awal, mungkin Sofia akan termakan rayuan Keenan."Maaf, aku tidak bersedia. Jika Anda memang tidak bisa, aku sendiri yang akan menghubungi pusat."....Karena Keenan menolak, Sofia meminta tolong kepada Pak Reno untuk bernegosiasi dengan pihak pusat. Sofia sendiri juga telah mengirimkan email kepada pusat, dia meny
"Bisa, nggak?" Sofia bertanya dengan hati-hati."Bisa-bisa saja, tapi ...." Liam beranjak ke sofa dan menyilangkan kedua kakinya. "Apa untungnya membantumu?"Sofia sudah menebak respons Liam. Saat Sofia meminta Liam untuk membantu Savon pun Liam melakukan hal yang sama.Liam melihat semua bantuan sebagai bentuk transaksi.Bukannya Sofia tidak tahu terima kasih, dia juga tidak suka berutang budi. Hanya saja, permintaan yang diminta Liam agak kelewatan ....Ini adalah salah satu alasan kenapa Sofia enggan meminta bantuan Liam."Kamu mau apa?" Sofia bertanya secara langsung."Em ...." Liam mengerutkan alis sambil menatap Sofia. "Kepalaku sakit, tolong pijitin."Kali ini permintaan Liam jauh lebih mudah daripada mencium, memeluk, dan sejenisnya. Permintaan ini gampang, Sofia sanggup melakukannya."Oke." Sofia beranjak ke samping Liam dan memijat kepalanya.Pijatan Sofia terasa sangat enak. Perlahan-lahan Liam mulai merasa rileks, lalu memejamkan mata dan mengantuk.Tak berapa lama, Sofia m
Rapat berlangsung hingga siang hari.Begitu rapat dibubarkan, asisten Liam buru-buru datang dan memberikan ponselnya. Di dalam ponsel terpampang percakapan di antara manajer pusat dan asisten Liam.Asisten Liam diperintahkan untuk mengurus perpindahan kembalinya Sofia ke Kota Haita. Sayangnya, permintaan tersebut ditolak.[ Maaf, ini adalah perintah Pak Richie langsung. Kalau Pak Liam tidak setuju, sebaiknya langsung menemui Pak Richie. Kamu juga tidak bisa berbuat apa-apa. ]Liam mengerutkan alis. Awalnya, dia mengira kalau semua ini adalah rencana Keenan, atau setidaknya seluruh anggota keluarga Keenan bekerja sama untuk mencelakai Sofia.Tidak disangka, ternyata Richie juga ikut campur. Dengan campur tangan Richie, maka masalah ini tidak sesederhana yang dipikirkan."Baik, aku mengerti."Sesampainya di ruang presdir, Liam menelepon Richie.Richie langsung menjawab panggilan tersebut dan bertanya, "Mau membicarakan masalah Sofia?"Richie sudah menduga Liam akan menghubunginya."Kenap
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa