"Maaf, Pak Axel." Sofia tidak mau mengalah. "Sepertinya kamu tidak akan sanggup memberikan yang aku minta."Jika Troy melakukan hal ini karena berada di bawah pengaruh alkohol, mungkin Sofia akan mempertimbangkan jalur damai demi menjaga hubungan baik antara hotel dan Grayo Entertain. Bagaimanapun, Grayo Entertain sudah beberapa kali bekerja sama dengan Hotel Royal. Para kru, staf, dan artis-artis dari Grayo Entertain sering menginap di hotel ini.Hanya saja Sofia menyadari satu hal, ternyata Troy telah mempersiapkan beberapa kamera di atas lemari dan sudut ruangan. Bentuk kameranya agak kecil dan berbentuk seperti USB. Untungnya Sofia sudah lama berkecimpung di dunia perhotelan dan banyak menemui bentuk kamera aneh semacam ini. Orang biasa yang awam mungkin tidak akan menyadarinya.Ketika menyadari keberadaan kamera, Sofia langsung mengerti apa yang diinginkan Troy. Meskipun Sofia tidak mengetahui tujuan Troy merekam perbuatannya, yang pasti Troy akan menggunakan hal tersebut untuk me
"Ah ...," Troy berteriak sambil menahan sakitnya cubitan Axel."Minta maaf sama Sofia!" Axel memerintahkan.Setelah babak belur, Troy menangis seperti orang yang sangat menderita. Troy tidak berani membantah perintah Axel. Meskipun terpaksa, Troy tetap mematuhinya. "Bu Sofia, maaf."Sofia sama sekali tidak mendengar ketulusan di balik permohonan maafnya."Bu Sofia, kalau kamu masih marah, pukul dan hajar saja dia," kata Axel.Sofia bingung, dia terkejut melihat Axel yang membela dirinya. Setelah pertemuan terakhir, Sofia merasa kalau Axel adalah orang yang arogan, dia tidak mungkin mengakui kesalahannya."Tidak perlu." Sofia menolak.Memukul dan memaki tidak akan cukup untuk menghukum tindakan Troy.Ketika melihat Sofia beranjak kembali ke kamar, Axel bertanya dengan kebingungan, "Bu Sofia, apa yang kamu inginkan?"Sofia tidak menjawab dan langsung memerintahkan satpam, "Jaga mereka, jangan biarkan mereka masuk."Kemudian Sofia menutup pintu dan mengumpulkan semua kamera yang telah dip
Seingat Sofia, baterai ponselnya masih tersisa setengah. Pantas saja ponselnya mati, ternyata kehabisan baterai karena Liam menelepon hingga belasan kali.Selama ini Liam jarang menelepon Sofia, biasanya hanya mengirimkan sebuah pesan kepadanya, tetapi hari ini ....Jangan-jangan ada sesuatu yang mendesak? Kalau tidak, kenapa Liam menelepon hingga sebanyak ini?Karena khawatir, Sofia bergegas menelepon kembali. Hanya dalam hitungan detik, Liam langsung menjawab panggilan tersebut."Kamu di mana?" tanya Liam dengan dingin. Sofia bahkan tak diberikan kesempatan untuk menyapanya."Aku di rumah," jawab Sofia."Oh." Nada bicara Liam mulai melembut. "Aku masih ada urusan. Nanti Evano akan pergi menemuimu. Kamu di rumah di saja, jangan ke mana-mana."Sofia mengerutkan alis, kenapa Liam memperlakukannya seperti seorang anak kecil? Seketika, wajah Sofia pun memerah dan jantungnya berdebar kencang.Tanpa disadari, Sofia tersenyum tipis. Sofia tahu apa yang membuat hatinya terasa berbunga-bunga,
Tatapan Liam tertuju kepada pergelangan tangan Sofia.Sofia baru menyadari memar merah di pergelangan tangannya. Kulit Sofia yang cerah menyebabkan memar tersebut tampak mencolok.Sofia ketakutan melihat tatapan Liam yang masam dan mengerikan.Liam berjalan mendekati Sofia, lalu menggenggam tangannya dan bertanya, "Troy yang melakukannya?"Sofia mengangguk. "Em.""Sakit?" tanya Liam.Otak Sofia terasa kosong, dia sontak menjawab dengan jujur, "Sakit."Suara Sofia terdengar lemas, sedih, dan terenyuh. Sesaat menyadari jawabannya, Sofia tersadar dari lamunan dan menundukkan kepala.'Apa yang aku lakukan?' pikir Sofia.Liam mengernyit, tatapannya terlihat maki mengerikan. Dia membawa Sofia ke sofa, lalu mengoleskan salep ke pergelangan tangannya."Colin mengaku, tapi bukan Axel dalangnya." Liam baru mulai menghiraukan pertanyaan Evano."Kamu yakin?" Evano agak ragu."Sebentar ...." Sofia merasa ada yang salah. "Kok Colin? Pelakunya adalah Troy."Colin dan Troy berbeda jauh, Sofia tidak mu
Vision TV ....Setidaknya mereka mendapatkan petunjuk yang jelas. Mungkin Selena menggunakan laptop lain karena takut tertangkap basah.Di Vision TV, satu-satunya orang yang mengenal Colin hanyalah Selena. Sebenarnya cara yang digunakan Selena tidaklah berguna. Selain dia, siapa lagi yang mengenal Colin?"Apakah polisi sudah memeriksa Selena?""Sudah, tapi dia membantah. Katanya Colin yang memfitnahnya. Sekarang tidak ada bukti kuat untuk menangkap Selena, polisi pun tidak berdaya."Semua orang tahu siapa pelakunya, tetapi hukum harus dilaksanakan dengan berdasarkan bukti.Selena merencanakan semua ini dengan matang. Saat Colin ingin menunjukkan bukti percakapan mereka, Colin baru menyadari bahwa ponselnya hilang. Polisi telah mencari ke seluruh penjuru kamar, tetapi ponsel Colin sama sekali tidak ditemukan.Seingat Colin, setelah menerima kamera yang dikirimkan Selena, dia tidak memegang maupun melihat ponselnya lagi.Polisi langsung meminta bukti rekaman CCTV kepada pihak hotel. Oran
Namun justru hal ini yang membuat para wanita tergila-gila dengan Liam.Evano sadar bahwa dia tidak bisa mengubah pendirian Liam. Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang dapat membujuk Liam. Yang penting Evano sudah mengingatkannya, semua keputusan kembali ke tangan Liam.Namun satu hal yang aneh ...."Kenapa harus aku yang menghubungi Kaila? Kamu nggak bisa menghubunginya sendiri?" tanya Evano.Liam menjawab dengan santai, "Karena dia adalah calon istrimu, bukan aku. Kalau kamu tidak mau menghubunginya, aku tidak akan memaksa. Lagi pula, aku sudah berbaik hati untuk mengulur waktumu sampai setengah bulan."Tanpa menunggu jawaban Evano, Liam langsung menutup panggilannya.Evano menggertakkan giginya dengan kesal, dia bahkan memaki Liam dengan emosi.Setelah puas melampiaskan emosi, Evano menenangkan diri dan menghubungi Kaila.....Keesokan hari, Pak Reno memanggil Sofia ke ruangannya.Pak Reno menunggu Sofia dengan tegang, senyuman di wajahnya terlihat agak aneh.Sofia merasa ada yan
Sofia menghadapi Axel tanpa ketakutan. Harga dirinya jauh lebih penting daripada pekerjaan.Kalaupun Axel membuat Sofia kehilangan pekerjaan, Sofia akan mempermalukan Axel dan menyebarkan semua aibnya.Berdasarkan kemampuan Sofia, dia yakin dapat menemukan pekerjaan yang baik.Selama seharian, Pak Reno tidak memanggil Sofia. Sofia tidak tahu apakan Axel mengadukan semuanya kepada Reno. Mungkin Axel mengadukannya, tetapi Reno berhasil menanganinya?Hal ini sama sekali tidak memengaruhi suasana hati Sofia, dia tetap bekerja seperti biasa.....Pada malam hari, Savon menelepon Sofia untuk mengajaknya keluar."Kak, apakah malam ini kamu ada waktu? Mau makan bersama?" tanya Savon.Sofia tidak enak menolak ajakan Savon. "Boleh, di mana? Kirimkan alamatnya."Savon mengajak Sofia makan di sebuah restoran hotpot. Semua kuah yang dipesannya adalah kuah bening yang tidak menggugah selera."Akhir-akhir ini aku sering jerawatan. Jadi nggak boleh makan yang terlalu asin dan pedas," Savon menjelaskan
Vision Streaming adalah satu-satunya platform yang menyiarkan pertandingan tersebut. Jika Vision Streaming meminta pihak penyelenggara untuk membiarkan Savon yang maju, bukankah itu sama saja dengan mempermalukan diri sendiri?"Kak Gina sudah tanyain, katanya jumlah peserta dibatasi dan jadwal pertandingan sudah disusun. Kalau menambah peserta, mereka perlu merombak kembali jadwalnya, makanya mereka nggak bisa menambah jumlah peserta lagi." Savon menghela napas panjang sambil menyantap makanannya. "Kak, makanlah! Malam ini aku mau bersenang-senang, aku nggak mau memikirkan masalah ini lagi."....Sofia menemani Savon selama kurang lebih 2 jam. Saat keluar dari restoran, mereka berdua sangat kekenyangan."Eh, bukannya itu Selena?" Savon menarik lengan kemeja Sofia sambil berteriak histeris.Sofia menatap ke arah yang ditunjuk Savon, dia melihat Selena masuk ke sebuah restoran mewah bersama seorang pria.Karena langit terlalu gelap, Sofia tidak dapat melihat jelas wajah pria tersebut. Na
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa