Saat berada di pesta ulang tahun Selena, Sofia ingat Liam mengatakan harus segera kembali ke Kota Yalan.[ Oh begitu .... Hmm, kita makan bertiga saja, hehe. ]....Keesokan pagi, Sofia dan Selena janjian untuk bertemu di depan lobi Hotel Royal. Mereka janjian bertemu pukul 8, sedangkan Sofia sudah sampai sekitar pukul 7 lewat 50 menit.Sofia mengirimkan pesan kepada Selena, tetapi dia tidak membalasnya. Waktu telah menunjukkan pukul 8 lewat 10 menit, hanya saja Selena tak kunjung muncul.Sofia mulai kehabisan kesabaran dan menelepon Selena."Halo?" jawab Selena sambil menguap, tampaknya dia masih tidur.Sofia agak marah, dia menjawab dengan ketus, "Sudah jam 8 lewat.""Ah, ah!" Selena berteriak histerus sambil menjelaskan, "Maaf, maaf, aku sudah menyetel alarm jam 7, tapi aku malah kebablasan. Aku nggak nyangka ....""Cepat bangun, aku ambilkan sarapan. Kamu mau makan apa?" Sofia melepaskan sabuk pengamannya."Roti dan susu saja, terima kasih," kata Selena dengan manis.Seandainya ked
"Ini, makananmu." Sofia mengambil kantor yang ada di kursi belakang. "Harusnya masih hangat, dari tadi aku menyalakan penghangat.""Terima kasih, Kak." Selena tersenyum manis sambil memperhatikan mobil Sofia. "Kak, kok kamu membeli mobil semurah ini?"Walaupun nada bicara Selena terdengar datar, Sofia melihat jelas penghinaan yang terpancar di wajahnya.Kemudian Selena kembali menatap Sofia dan berkata, "Kata Ibu, dia memberikanmu kartu rekening saat kamu meninggalkan rumah. Kalau nggak salah ada 2 miliar, 'kan? Kamu nggak pakai uangnya?"Kartu itu ... Sofia mengingatnya.Saat Sofia baru lulus dan bekerja di Hotel Royal, suatu hari Kumala melepon Sofia dan berusaha membujuknya dengan manis.Waktu itu Sofia ketakutan mendengar suara Kumala yang penuh kasih sayang. "Ayah, Ibu, dan Selena sangat merindukanmu. Sofia, pulanglah ...."Sofia agak tersentuh saat mendengar bujukan Kumala. Apalagi saat itu Sofia belum benar-benar memutuskan hubungan kekeluargaan. Setelah Kumala membujuknya, Sofi
Sofia tidak mungkin melupakan tanggal ulang tahunnya sendiri. Hanya ada 1 kemungkinan, pin ATM ini bukanlah ulang tahun Sofia.Hanya saja Sofia tidak tahu apakah Kumala salah mengingat tanggal ulang tahun Sofia atau dia hanya membohongi Sofia.Sesampainya di rumah, Sofia memotong kartu itu dan membuangnya.Sofia menjawab Selena, "Tidak.""Kenapa uangnya nggak dipakai?" Awalnya Selena bingung, tapi tiba-tiba sebuah pikiran terbesit di kepalanya.Dengan gemetaran, Selena bertanya kepada Sofia, "Kak, kamu masih membenci Ayah dan Ibu?"Sofia tidak menjawab pertanyaan Selena. Terkadang, tidak memberikan jawaban merupakan sebuah jawaban.Selena mengedipkan mata, kedua matanya tampak berkaca-kaca. "Ayah dan Ibu melakukan semua itu demi kebaikanmu. Mereka menjodohkanmu dengan presdir Grup Upeska agar masa depanmu terjamin. Walaupun usianya agak tua, kamu bisa menikmati hidup yang bergelimang harta."Ucapan Selena persis seperti yang pernah dikatakan Kumala."Kalau begitu kamu asja yang menikah
"Aku nggak pernah mengunjungi bar," jawab Selena dengan cemberut. "Kamu tahu sendiri Ayah dan Ibu sangat galak. Mereka selalu melarangku, aku hanya bisa melakukan hal-hal yang mereka anggap baik. Aku sudah 24 tahun, tapi mereka masih memperlakukanku seperti anak kecil.""Aku pikir Ibu dan Ayah akan berubah setelah aku punya pacar, tapi ternyata mereka malah makin menjadi-jadi. Niel juga suka melaporkan semua kegiatanku pada Ayah dan Ibu. Aku iri dengan teman-temanku yang lain. Ha ...." Selena menghela napas panjang.Kemudian Selena memeluk tangan Sofia dan membujuknya seperti seekor kucing. "Kak, aku mohon. Boleh, ya? Aku mau merasakan kehidupan malam."Sofia tidak menyukai cara didik Oscar dan Kumala, tetapi Sofia setuju dengan pandangan mereka. "Bar bukanlah tempat yang cocok untuk kamu bermain. Kehidupan malam sangat rumit, jangan coba-coba."Terutama penampilan Selena kelihatan seperti gadis polos yang cocok dijadikan mangsa empuk.Selena merasa Sofia lebih enak dibujuk daripada ke
Sejujurnya Sofia sangat mengkhawatirkan Selena. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada Selena?Sofia tidak bodoh, dia tidak mungkin pergi ke bar sendirian untuk menyelamatkan Selena. Sofia sadar diri, dia tidak cukup tangguh untuk melawan para preman yang berkeliaran di bar. Yang ada bukannya menyelamatkan Selena, tapi Sofia sendiri malah ikut terluka.Karena Selena melarang Sofia menghubungi Niel, akhirnya Sofia terpaksa meminta tolong kepada Evano.....Sesampainya di depan lobi, Evano menurunkan kaca mobilnya dan berkata, "Duduk di belakang.""Oke." Sesaat membuka pintu mobil, Sofia melihat sebuah sosok familier yang duduk di kursi belakang.Di bawah sinaran cahaya yang redup, Liam tampak mengenakan jaket tebal yang menutupi hampir sebagian wajahnya. Tatapannya terlihat gelap dan masam.Sofia tertegun, dia merasa bingung sekaligus terharu. Namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk bermesraan, dia harus segera menolong Selena.Akhirnya Sofia bergegas menepis semua lamunannya dan ma
Quinn Bar memiliki 3 lantai. Lantai pertama adalah lobi, lantai kedua adalah bar, sedangkan lantai ketiga adalah ruangan VIP.Saat Liam, Evano, dan Sofia berada di lobi, ada beberapa pengawal yang bertugas untuk memeriksa identitas. Setelah lolos pemeriksaan, mereka baru diizinkan naik ke lantai 2.Sesampainya di lantai 2, telinga Sofia terasa mau pecah saat mendengar dentuman musk yang sangat keras. Dia terkejut sampai menutup telinga.Suasana di dalam bar sangat meriah, lampu-lampu di ruangan berkelap-kelip dan memancarkan bermacam-macam warna.Sekelompok anak muda yang berpakaian modis tampak melompat-lompat dan menari kegirangan. Ada yang menggoyangkan tubuh di lantai menari, ada juga yang duduk di kursi sambil menikmati alkohol.Selena mengatakan bahwa dirinya terjebak di toilet wanita yang terletak di lantai 2.Sofia menarik seorang pelayan, lalu bertanya sambil berteriak sekeras mungkin. "Toiletnya di mana?""Hah?" Suara musik jauh lebih keras daripada suara Sofia."Toilet ...."
"Oh ...." Selena ketakutan mendengar suara yang berada di ujung telepon. Akhirnya dia berhenti menangis dan melakukan semua perintah Liam."Jangan tutup teleponnya agar kami bisa mendengar pergerakanmu." Sesaat Liam selesai bicara, terdengar suara dentuman yang keras yang disusul dengan teriakan Selena."Ah, mereka masuk!" Selena berteriak ketakutan.Karena panik, Sofia melupakan pesan Liam, lalu menarik tangannya dan berlari. "Ayo, cepat selamatkan Selena!"Untungnya Liam sigap, dia menahan Sofia agar tidak bertindak gegabah. Kemudian Liam mengembalikan ponsel Sofia, lalu memegang pundaknya dan menatapnya dengan serius. "Dengarkan aku! Kembali ke mobil dan lapor polisi. Aku akan menolong Selena."Liam berbicara dengan percaya diri. Perlahan-lahan, Sofia pun merasa lebih tenang dan mengangguk. "Oke."....Setelah Sofia pergi, Liam dan Evano beranjak ke toilet wanita. Pintu toilet telah terbuka, sekarang hanya tersisa 2 orang yang berjaga di depan, sedangkan yang lainnya berada di dalam
"Lepaskan aku! Jangan sentuh aku!"Selena yang berada di ambang putus asa pun menangis tersedu-sedu. Air mata telah menghapus seluruh riasan wajahnya.Kerah baju Selena robek dan memperlihatkan sedikit bagian bahunya. Sesaat mendengar suara perkelahian, pria botak langsung menoleh ke belakang.Di tampak marah saat melihat anak buahnya yang tersungkur lemah di lantai."Sialan, siapa kamu?" Pria botak mengambil pengepel, lalu mengayunkannya ke arah Liam. "Bajingan, mengganggu kesenanganku saja."Liam menghindari serangan tersebut dengan mudah. Dia menahan tongkat tersebut, lalu menariknya dan melemparkan pria botak hingga terjatuh. Ketika pria botak terjatuh ke depan, Liam mengangkat kaki dan mendang lututnya dengan keras."Boom!" Pria botak tersungkur tak berdaya.....Ketika melintas Jalan Hement, Sofia melewati para pemabuk dengan hati-hati dan berusaha untuk tidak menatap mata mereka. Sofia tidak mau membuat masalah baru.Sesampainya di mobil, Sofia langsung mengunci pintu dan mengel
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa