Ternyata pacarnya Niel adalah ... Selena Nudara!Bagaimana Sofia bisa lupa? Tanggal 23 bulan Oktober adalah hari ulang tahun Selena.Sofia menggenggam erat tasnya, kedua tangannya bergetar hebat. Berbagai kenangan buruk pun melintas di benaknya.Sebelum mendapatkan keberanian untuk meninggalkan rumah Keluarga Nudara, setiap tahun pada tanggal 23 Oktober, Sofia selalu bersembunyi di dalam kamar dan menutup seluruh tubuhnya dengan menggunakan selimut. Sofia tidak mau mendengar suara tawa maupun ikut menghadiri kemeriahan di luar sana.Kenangan itu bagaikan pengingat kepada Sofia bahwa rumah itu tidak menerima dirinya. Sofia hanya beban yang seharusnya tidak dilahirkan.Kenangan buruk serta lonjakan emosi sontak membuat dada Sofia terasa sesak. Penghangat ruangan menyala, tetapi Sofia malah berkeringat dingin. Tubuhnya bergetar seperti sedang kedinginan."Ehem." Niel mengambil mikrofon yang diberikan, lalu berdeham.Para tamu undangan langsung berhenti berteriak dan mendengar Niel dengan
Semua mata tertuju kepada Selena, sang tuan putri. Ketika berbicara, Niel menatap Selena sambil tersenyum lembut."Dua tahun pertama, aku selalu merayakan ulang tahun Selena di Kota Yalan. Kami merayakan bersama seluruh keluarganya. Tapi tahun lalu aku pindah kerja sehingga kami terpaksa menjalani hubungan jarak jauh. Aku tahu, Selena pasti sangat tersiksa selama menjalani hubungan jarak jauh ini. Hari ini dia meninggalkan keluarganya dan datang jauh-jauh ke sini untuk merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh empat bersamaku."Perlahan-lahan Niel melingkarkan tangannya di pinggang Selena, tatapannya terlihat lembut dan penuh kekaguman. "Tuan Putri, semoga kamu menyukai semua yang telah aku siapkan."Selena tersenyum dan membalas tatapan Niel. "Aku suka, sangat suka.""Cium, cum, cium!" Para tamu undangan sangat bersemangat.Dengan tersipu malu, Niel menatap kedua mata Selena yang berbinar-binar. Namun Niel malah melambaikan tangannya dan berkata, "Ah, aku malu. Jangan di depan umum."
Sofia merasa ada yang janggal, senyuman Selena tidak tampak seperti senyuman yang bahagia.Sofia mengira kalau dirinya salah lihat. Ketika dia mengempaskan tangan Liam, Selena sudah terlanjur membalikkan badan.Pelayan menyajikan beberapa piring kue yang telah dipotong. Seketika perhatian semua orang langsung tertuju kepada kue yang disajikan pelauan.Niel dan Selena berdiri tepat bersebrangan dengan Sofia dan Liam. Setelah turun dari panggung, Niel sudah tidak sabar untuk menemui Liam."Pak Liam!" sapa Niel dengan tersipu malu. Entah karena terlalu bahagia atau gugup berhadapan dengan Liam.Selena yang berjalan di belakang Niel pun tampak kesal setelah Niel meninggalkannya begitu saja. Mungkin Niel terlalu senang saat melihat kedatangan Liam, makanya dia mengacuhkan perasaan Selena tanpa sadar.Sofia menghela napas sambil berpikir, 'Sudah banget jadi pria.'Liam bangkit berdiri dan mengangguk. Kemudian dia menatap Selena yang berdiri di belakang Niel, lalu tersenyum dan berkata, "Sele
"Sofia!" Niel berteriak dengan semangat. "Aku tahu, kamu pasti akan mengajak Pak Liam datnag.""Ah, aku tidak melakukan apa-apa," jawab Sofia dengan canggung."Sudah, kamu jangan merendah begitu. Pak Liam bersedia datang berkat kamu." Niel tersenyum lebar. "Oh iya, aku sampai lupa."Niel memukul kepalanya sendiri dan menarik Selena. "Selena, ini Sofia, salah satu manajer hotel ini. Dia adalah pacarnya Pak Liam. Sebenarnya aku merasa wajah kalian agak mirip, nama belakang kalian juga sama ...."Selena langsung memotong ucapan Niel. Selena membelalak seolah tidak percaya, suaranya pun terdengar gemetaran. "Sofia? Kakak?"Sofia sudah lama tidak mendengar panggilan "kakak", tapi dia sama sekali tidak merindukan panggilan tersebut.Selena adalah anak dari hasil pernikahan Kumala dan Oscar Nudara. Sejak kecil, Selan dilimpahi kasih sayang dan kemewahan yang tak ada habisnya.Sebenarnya Selena tidak pernah melakukan hal yang menyakiti Sofia. Mereka terpaut usia sekitar 5 tahun. Mereka tidak b
Akhirnya Niel menyadari sesuatu. "Kalian ...."Niel memandang Sofia dan Selena secara bergantian. "Kalian saudara kandung? Pantas saja ...."Tak ada satu pun dari Sofia maupun Selena yang memedulikan Niel.Meskipun merasa agak canggung, Niel memeluk Selena yang menangis, lalu memeluknya dan berkata dengan lembut, "Sudah, jangan menangis lagi. Ayo, kita makan."Selena mematuhi Niel, dia melepaskan Sofia dan membalikkan badan. Namun saat hendak beranjak pergi, tiba-tiba Selena kembali merangkul lengan Sofia dan bersikap manja. "Aku mau makan bersama Kak Sofia.""Tapi ...." Sofia melirik Liam, tatapannya seolah sedang meronta minta tolong.Hanya saja sebelum Liam sempat menjawab, Selena malah menyela ucapannya, "Pak Liam ...."Selena mengedipkan mata kepada Liam sambil memohon, "Boleh tukar tempat?""Boleh," Liam menjawab tanpa ragu.Ketika melihat Liam yang beranjak pergi, Sofia terpaksa menoleh ke arah Niel. Sekarang, Niel adalah satu-satunya harapan Sofia.Awalnya Sofia mengira kalau N
Sofia berhasil mengalihkan fokus Selena."Aku kenal Niel saat kami kuliah di luar negeri, dia seniorku di kampus, tapi kami beda jurusan. Setiap murid asing memiliki beberapa kelompok kecil. Saat itu hanya aku, Niel, dan satu senior perempuan yang berasal dari negara yang sama. Kakak seniorku sudah punya pacar, jadi kami jarang berkumpul bersama. Saat itu aku paling dekat dengan Niel, dia sangat perhatian dan selalu menjagaku.""Waktu itu kami hanya saling suka, tapi tidak berani menyatakan perasaan. Setelah lulus dan kembali, kami bertemu lagi di sebuah pesta. Ternyata kedua orang tuanya adalah sahabat Ayah dan Ibu. Orang tua kita dan orang tuanya pun menjodohkan kami. Karena kami berdua juga saling menyukai, aku menerima cinta Niel."Cerita Selena terdengar mengharukan. Hanya saja Sofia agak curiga saat melihat perubahan ekspresi serta emosi Selena saat bercerita. Ekspresi Selena tampak datar, dia juga tidak terdengar bersemangat dan malah lebih kelihatan seperti sedang bersandiwara.
Kemesraan Liam dan Sofia membuat Niel sungkan mendekati Liam. Niel melangkah mundur dengan canggung, wajahnya tampak tersipu malu.Sebelum Sofia pergi, Selena merangkul lengannya dan menatapnya dengan memelas. "Kak, hari ini temani aku, dong? Kebetulan aku juga menginap di hotel ini."Fokus Sofia hanya tertuju kepada tangan Liam yang merangkul pinggulnya. Sofia sama sekali tidak memedulikan Selena.Di saat bersamaan, Niel juga melirik Sofia dan memberikannya isyarat. Sofia langsung memahami kode yang diberikan Niel."Jangan ...." Sofia menolak ajakan Selena dengan ramah. "Kamu jarang-jarang bisa bertemu Niel. Sebaiknya kamu menemani dia.""Hmm, nggak mau!" Selena malah merengek seperti anak kecil. "Hari ini aku ulang tahun, kamu harus mengabulkan permintaan aku."Selena memelototi Sofia dengan kesal. Namun Sofia tidak peduli, dia tetap menolak. "Jangan membantah, dengarkan aku."Melihat Sofia yang tidak mau mengalah, Selena pun menggunakan cara andalannya, yaitu menangis. "Kak, temani
"I-iya." Sofia tersenyum kaku. "Aku lahir dan besar di Kota Yalan, tapi aku kuliah di Kota Haita. Setelah lulus, aku juga bekerja dan tinggal di sini."Di mata Liam, jawaban Sofia terlalu enteng, seolah semua kenangan di masa lalu tidaklah berharga, termasuk kenangan tentang "mereka"."Selama ini kamu tidak berkomunikasi dengan keluargamu? Kata adikmu, selama ini dia terus berusaha mencari keberadaanmu," Liam lanjut bertanya.Sofia tidak ingin menjawab lebih panjang. "Em.""Kenapa?" Liam mengerutkan alis. Walaupun mengetahui cerita singkatnya, dia ingin mendengar sendiri dari mulut Sofia.Namun Sofia tidak ingin menjawab. Di sepanjang jalan turun ke lobi hotel, mereka hanya diam dan tenggelam di dalam lamunan masing-masing.Sesampainya di halaman hotel, Sofia baru tersadar saat embusan angin malam membelai kulitnya. "Oh iya ...."Sofia teringat sesuatu dan bertanya, "Bukannya kamu lagi dinas? Kok sudah pulang?"Sofia tidak percaya Liam pulang hanya demi menemaninya untuk memenuhi undan
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa