Seperti malam-malam kemarin, Amber memakan buah pisang yang ditemuinya waktu lalu. Dia selalu menyantap makanannya dibawah pohon besar.
"Huaah! Masih saja sulit untuk terbiasa memakannya!"
"Aku tidak tahu, seberapa banyak yang telah aku makan?"
"Dihitung dari pertama memakan buah ini, aku telah menghabiskan sekitar tujuh pohon!"
Amber merasa kekenyangan, perutnya buncit seperti orang yang mengandung tiga bulan. Dia pun bermalas-malasan, merebahkan tubuhnya di atas tanah hingga terdengar suatu seruan, mengusik ketenangan.
"Kau sedang apa? Mengapa tubuhmu begitu?" tanya Jack menggema. Kedua bola matanya membulat besar.
Firasatnya benar, Jack terkejut melihat ke arah depan. Dia tertegun ngeri karena melihat pemandangan yang sangat buruk, yang belum pernah dilihatnya.
"Master? Kenapa anda kemari?" kata Amber terbelalak kaget.
"Karena kau bocah!" Jack menghampiri Amber, lalu menampar wajahnya.
"Apa ini?" tanya Amber merasa he
Pernyataan anak muda itu, membuat Jack tersenyum misterius. Entah apa yang ingin disampaikannya lewat mimik wajahnya. Yang pasti, itu belum bisa diungkapkan kepada Amber."Anda mau kemana, Master?""Aku ingin menenangkan diri sebentar. Kau juga sebaiknya cepat istirahat!"Jack kembali ke tempatnya...Didepan perapian, raut muka pria tua itu menunjukan ekspresi tidak percaya. Dia tahu buah yang dimakan muridnya bisa berakibat fatal pada tubuh si pemakannya. Tetapi nyatanya, Amber seolah- olah bisa menetralisir bahaya dari buah tersebut.'Itu tidak mungkin?''Dia memakan buah pohon Pyacu selama dua puluh dua hari! Namun, mengapa tubuhnya tampak biasa?''Hanya saja tubuhnya memancarkan Qi yang tidak biasa! Mustahil dia masih bisa bernafas?'Isi kepalanya terus berputar, memikirkan kondisi Amber yang telah memakan buah terlarang.Sementara, diwaktu yang sama. Terlihat dua sosok bayangan tengah mengawasi Amber dari dekat.
Di dalam gua, bukan hanya terus menahan energi yang begitu panas. Tapi harus melawan para binatang yang sudah beradaptasi dengan lingkungan gunung berapi Yultim. Demi bisa bertarung di samping rivalnya yaitu Steve, Amber ingin bertambah kuat. Dengan belati di pinggangnya, dia sekarang setengah berlari menyusuri jalan berbatu dalam gua seraya berteriak keras. "Yoshaa..! bersiaplah wahai para mahkluk asing yang sudah dibumbui Qi bawah tanah!" Tak lama setelahnya Amber menemukan binatang pertama yang membuatnya kaget. Tubuhnya besar dan berbulu lebat berwarna hitam kecokelatan. Sesaat terlihat seperti kelinci raksasa, memiliki telinga yang panjang dan dua gigi depan di rahang atas yang besar. Namun setelah diamati, ekornya sangat panjang dengan tanduk dikepalanya yang terlihat cukup tajam. Mahluk itu pun meraung ketika melihat ada yang datang, lalu berlari dan mulai menyerang Amber. Dengan sigap Amber menghindari serangannya. Lantas, dia membalas
"Aku suka dengan semangat dan tekadmu. Tapi, kau tidak bisa membunuhnya jika terus seperti itu! Kau akan mati karena lelah!" imbuh lagi suara misterius."Aah, menyebalkan! Kau berkata, aku tidak akan mampu menyentuhnya? Aku tidak bisa membunuhnya? Lalu apa solusi agar bisa mengalahkannya?" gerutu Amber."Aku bingung, bukannya kau sudah bisa mengendalikan Qi. Namun, kenapa selama ini kau belum menggunakannya?"Amber baru mengetahui, kalau dirinya sama sekali tidak mengeluarkan Qi saat berada digua bawah tanah Yultim. Artinya, sepanjang pertarungan dia tidak memakai armor tak kasatmata. Lantas, Mengapa dia masih hidup? Kenapa tubuhnya tetap utuh tak meleleh oleh Qi panas gunung Yultim?"hahaha... aku lupa! Jadi, bagaimana caranya agar aku menang?" tanya Amber."Lupa? Kau itu anak manusia atau bukan? Ahh, biarlah! Dengarkan baik-baik!"Kurang lebih selama setengah Jam, Amber terus mengikuti arahan suara misterius itu, melawan Bowga. Ditambah la
Semburan cahaya keemasan berkilau tepat di sebelah tubuh Bowga, membuat pandangan Amber tersilaukan karenanya.Setelah beberapa saat kilauan sinarnya sedikit meredup, penglihatan Amber kian menjelas.Sungguh, dia terhentak kejut ketika seorang perempuan cantik berambut perak dengan mahkota melingkar dikepalanya, beserta bola matanya yang biru, kulit putih memakai gaun yang menjuntai ke tanah, benar-benar membuat pemuda itu terpesona."Meskipun dia telah menimbulkan banyak masalah pada dirimu. Bukan berarti dia harus dihukum dengan cara sekeji ini!"Perempuan cantik itu menatap Amber dengan mata yang berkaca-kaca menyorot kecewa.Amber terdiam sejenak. Lalu berkata, "kamu ini siapa?""Aku Liliana! Setelah aku mendengar kabar bahwa ada seseorang yang datang ke gua Yultim, aku langsung pergi untuk melihatnyanya! Lalu, aku mendapati kau sedang bertarung melawan Bowga!""Bowga? Maksudmu, kelinci raksasa ini?"Senyum menawan tergamba
"Aku kehilangan diriku lagi!'Amber merasa sangat gelisah. Dia tahu, kekuatannya telah berkembang pesat berkat pelatihan yang amat keras. Melawan Bowga pun mempercepat keahliannya dalam mengontrol aliran Qi.Tetapi, kebenaran bahwa jiwa yang ingin mengambil alih dirinya adalah ketakutan terbesar baginya. Dia takut kekuatannya tidak mampu menandingi kekuatan yang selama ini terpendam di dalam tubuhnya."Tidak sadar? Kau sepertinya meremehkanku!" ucap Bowga dengan aura mencekam.Seketika Liliana sangat terkejut dengan aura yang ia rasakan saat ini. Tanpa sadar kakinya melangkah mundur seraya berkata, "Aura ini ... apa kau Raja Dyxonteach?"Sedari awal Liliana memang sudah tahu, spesies Bowga yang dapat berbicara hanya ada satu, yaitu Raja Dyxonteach. Namun, dia tidak bisa mengatakan apapun untuk mencari alasan atau jawaban pada Bowga di hadapannya ini."Raja Dyxonteach?" sahut Amber bertanya-tanya."Raja Dyxonteach adalah panggilan Bowg
Hal pertama yang mereka lakukan adalah membaringkan tubuh Bowga, lalu menyembelihnya supaya memberi kematian yang lebih cepat pada Bowga dan melepas penderitaan rasa sakitnya.Sejurus kemudian, Amber membelah dada Bowga dengan belati yang sangat tajam. Tak lama, dia pun berhasil mengambil hati dan jantung Bowga. Dia juga langsung membakarnya di atas lahar panas.Liliana yang menyaksikan kejadian itu, harus menyembunyikan kesedihannya. Hanya saat sendirian sajalah dia membiarkan air mata menetes di pipinya."Bukan hanya menolong dan membesarkanku, kau juga telah membantu seseorang yang membuatmu melepaskan nyawa. Selama sepuluh tahun aku tidak melihatmu, namun suratan takdir mempertemukan kita dengan kematianmu! Kau guru yang hebat." kata Liliana.Ternyata ada alasan lain, dibalik mengapa Liliana begitu amat sedih, Raja Dyxonteach merupakan sosok yang telah membesarkannya."Kau tidak perlu menangisi kematianku!"Tiba-tiba suara menggelegar, y
Sekilas, Liliana merasakan ada aura kegelepan yang tercampur dengan cahaya di tubuh Amber. Kegelapan itu begitu terasa sangat mencekam, lebih kuat dari milik Bowga sebelumnya. Begitu pula cahaya yang dipancarkan Amber semakin bersinar terang, menembus dari balik aura kegelapan. Seolah-olah cahaya itu melawan aura kegelapan tersebut, dan bertarung di dalam diri Amber. Agar bisa memastikannya, Liliana menatap jauh ke dalam diri Amber. Dia terkejut, matanya membelalak ketika melihat sosok yang sangat seram dengan tubuh besar berwarna hitam, mempunyai taring panjang dan tajam, serta memiliki cakar, sehingga Liliana bisa memastikan bahwasanya mahluk tersebut seperti Monster Kucing. 'Mungkin inilah tujuan Raja Dyxonteach mengorbankan jantung dan hatinya demi dia!' kata batin Liliana. 'Makhluk ini cukup kuat untuk mengintimidasi maupun mengintervensi orang-orang yang ada di sekitar, sehingga bisa menimbulkan efek-efek amarah yang luar biasa ketika dikendalikan mahluk ini,' tambahnya. Am
Amber terus berpikir. Risikonya memang tinggi dan membuatnya takut. Tapi, jika dia ingin menaklukannya, ambillah risiko dan bertarung. Lantas, Amber pun tanpa banyak bicara langsung masuk melewati pembatas jeruji keemasan, menyerang mendadak. Dengan sigap, lawannya itu menghindari serangan Amber. Amber dan jiwanya yang lain kini bertarung dengan hebat. Dia sangat kuat, bahkan tidak terluka sedikitpun ketika terkena oleh serangan yang Amber lontarkan. Raja Dyxonteach hanya menyaksikan pertarungan yang berlangsung hebat. Dia membiarkan Amber melakukan tugasnya sebagai sosok yang ingin menaklukan sang lawan. "Lemah, begitu lemah ... kau berani menantangku dengan kekuatanmu ini, bocah," ucap mahluk besar itu tertawa renyah di hadapan Amber yang merasa kelelahan melawannya. Dengan hati yang berdebar dan penuh akan rasa takut selepas menerima serangannya, Amber teguhkan keberanian untuk kembali menyerang. "Berisik dasar monster. Sekuat apapun kau, aku akan terus bertarung dan menakluk
"Jangan khawatir, aku pasti memberi pelajaran pria botak ini sebelum itu terjadi."Mendengar itu Jimmy pun tertawa keras. Kemudian, dia melambaikan tangannya, mengisyaratkan bawahannya untuk maju ke depan.Orang tersebut ialah orang yang memancarkan aura membunuh sebelumnya.Hawa kuat yang selama ini tertahan pun meledak seketika.Segera setelahnya, orang itu mengulurkan tangan untuk mengambil posisi menyerang, dan langsung menuju Amber, menyerang secara ganas.Ketika Amber melihat orang itu melancarkan serangan, dia pun bereaksi.Anehnya, dia sangat familiar dengan gerakan lawannya kali ini.Sebagai murid Allan Verbegens, sekaligus kakeknya, Amber sangat menghafal aliran seni bela diri yang telah diajarkan kepadanya.Di saat itu, di mana momen terjadinya orang beraura membunuh menyerang, Amber agak tercengang menyaksikan cara orang itu menyerang dengan teknik yang sama.Juga, orang itu tercengang setelah menerima balasan dari Amber.Dia memandang Amber dari atas ke bawah, tidak perca
Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Amber mengerti, sepertinya serangan yang dilesatkan tersebut benar-benar terpaksa, dan Shea tidak menginginkan itu. Segera, Amber pun dengan cepat menarik kekuatannya, dan tubuhnya juga mundur.Shea terus-menerus mendorong Amber cukup jauh. Hanya saja setiap pukulannya tidak memiliki kekuatan, Amber juga berakting dengannya, seolah-olah dia dipukuli secara ganas, jadi dia hanya bisa mengelak.Jika dia ingin, bisa saja Shea menerima serangan balasan dan ditumbangkan. Jika Amber serius dan tidak menarik kekuatannya, mungkin Shea akan menderita luka yang cukup patal. “Cepat pergi. Mereka bukan orang biasa, kau tidak dapat memprovokasi mereka," Shea berbisik kepada Amber.“Apa yang ingin mereka lakukan? Bukan kah kalian meminta pertolongan?” Amber bertanya dengan bingung."Jangan tanya, aku tidak bisa menjelaskan beberapa kalimat dengan jelas, kau harus lari untuk hidupmu!" "Kau hanya seorang bocah, tapi kau berani mengikutiku. Aku yakin kau
"Jangan khawatir, aku pasti memberi pelajaran pria botak ini sebelum itu terjadi."Mendengar itu Jimmy pun tertawa keras. Kemudian, dia melambaikan tangannya, mengisyaratkan bawahannya untuk maju ke depan.Orang tersebut ialah orang yang memancarkan aura membunuh sebelumnya.Hawa kuat yang selama ini tertahan pun meledak seketika.Segera setelahnya, orang itu mengulurkan tangan untuk mengambil posisi menyerang, dan langsung menuju Amber, menyerang secara ganas.Ketika Amber melihat orang itu melancarkan serangan, dia pun bereaksi.Anehnya, dia sangat familiar dengan gerakan lawannya kali ini.Sebagai murid Allan Verbegens, sekaligus kakeknya, Amber sangat menghafal aliran seni bela diri yang telah diajarkan kepadanya.Di saat itu, di mana momen terjadinya orang beraura membunuh menyerang, Amber agak tercengang menyaksikan cara orang itu menyerang dengan teknik yang sama.Juga, orang itu tercengang setelah menerima balasan dari Amber.Dia memandang Amber dari atas ke bawah, tidak perca
Sejenak Amber terdiam didepan gerbang sembari berpikir apa yang harus dilakukan.Apalagi, rasa ketidak nyamanan setelah melihat tatapan kedua perempuan itu terus menggelayut dalam hati Amber, itu semakin membuatnya bingung.Bergegas! Tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, Amber memilih mengikuti sekelompok orang yang memasuki gang itu.Tidak butuh waktu lama, Amber pun berhasil menemukan sekelompok orang, yang saat ini tengah berdiam tepat di depan rumah kosong.Amber mencari kedua orang yang meminta bantuan di tengah kerumunan, tetapi dia tidak dapat menemukannya setelah melirik ke sana-sini.Ditengah-tengah kebingungannya, tiba-tiba dia mendengar kalau seseorang sedang berbicara samar-samar tidak jauh dari sisi kanan rumah kosong.Menanggapinya, Amber segera menyelinap ke arah sana.Amber menemukan bahwa orang yang meminta bantuan sedang berbicara dengan pria botak beserta empat orang bawahannya."Jimmy, cepat katakan apa
Keesokan harinya, setelah mengetahui bahwa Amber menerima ajakan Chad untuk menjadi muridnya, Jack dengan suka rela mengantar Amber sampai ke alun-alun kota Ruyan."Kau yakin hanya turun disini? Aku bisa saja mengantarkanmu sampai ke pintu gerbang keluarga Swift!"Jack bertanya kepada Amber setelah menutup pintu mobil.Amber yang lebih dulu keluar segera menyapu tatapannya dengan mata bersinar dan penuh kerinduan.Lalu, dia melirik ke arah Jack dan menggelengkan kepala."Terima kasih, Master! Ini lebih dari cukup. Apa Master berencana langsung pergi kesana?""Ya! Sudah lama aku tidak menemuinya. Dan juga, tanganku sudah gatal, ingin memberinya pelajaran," ucap Jack."Memberi pelajaran?" Amber terkejut dan kemudian berkata, "Jangan terlalu keras, ya Master!""Mungkin hanya patah tulang saja," Jack menjawab dengan sedikit senyum.Sejurus kemudian, Jack mengeluarkan suatu token khusus dan menyerahkannya ke pada Amber.
Dengan mengatakan itu, Liliana mengeluarkan pedang yang tersarung di pinggangnya."Haha! Walau kau membunuhku, kau takkan mendapat apapun. Justru sebaliknya, kau akan sangat menyesal,""Tetapi, aku akan memberimu pencerahan, menurut informanku kau berhubungan baik dengannya!""Jangan sampai hubungan baikmu berujung dengan penyesalan."Sang kakek menyeringai, sepertinya dia sudah memikirkannya.Tapi tepat setelah dia selesai berbicara, pedang panjang di tangan Liliana telah menusuk jantungnya.Setelah membunuhnya, Liliana berkata kepada dua orang di belakangnya tanpa membalikan badan."Kita kembali ke sekte! Ah ... sebelum itu, bakar semuanya jangan sampai ada yang terlewat."Ketika kembali ke sekte, mereka bertiga langsung menemui tetua agung, serta melaporkan misi yang tengah diembannya."Tetua Agung, maaf! Hanya itu yang dapat saya laporkan kepada anda!"Tetua agung berkata, " bahkan sampai mati pun kakek tua it
Di luar ruang pelatihan, seorang pria muda yang sedikit lebih tua dari Amber melihat pertarungan yang kian memanas. Dibalik jendela, dia berdiri tanpa ekspresi."Hmm, seperti yang diharapkan dari seorang Amber ... Sedangkan aku?!"Bibir pria itu melengkung dalam senyum kecil mengejek diri sendiri. Dia dengan erat mengepalkan tinju.Karena kekuatan yang digunakan, kuku kukunya yang agak tajam melukai telapak tangannya, membawa kesakitan yang cukup dalam.Ketika rasa sakit di telapak tangannya berangsur-angsur hilang, pria muda tersebut pun pergi begitu saja.Namun, di wajahnya memaparkan keseriusan yang kuat, serta menegaskan dalam hatinya, "Amber ... Aku ... Bersumpah!"BUUKKK ...BUUKKK ...BUUKKK ...Di dalam hirup pikuk pertarungan, saat serangan demi serangan mencapai target, Amber berusaha menyesuaikan setiap serangan pada titik yang tepat dari daya tahan maksimum untuk tubuh manusia.Dia lumayan kesulitan me
Goerge merupakan pertarung handal, anak didik keluarga Swift yang jago dalam seni bela diri, dan Zabrina tahu tentang kehebatan Goerge.Namun sejurus kemudian, Zabrina membeku di tempat, matanya melebar.Bahkan orang-orang Swift yang awalnya bersemangat, berekspektasi bahwa Amber dihajar habis-habisan, juga terbelalak.Mereka melihat Goerge di terbangkan cukup jauh, dan ambruk ke lantai layaknya pohon tumbang.Sebelumnya, Goerge kesal dengan saran Amber. Dia pun menyerang menggunakan kaki kanan, langsung mengarah ke perut Amber.Akan tetapi Amber bergeming, dengan cepat dia bergerak ke sisi kiri Goerge sembari berkata,"Setiap serangan memiliki maksud dan tujuan!"Amber menahan serangannya, dia meraih dan mencengkeram kaki kanan Goerge, sehingga menyebabkan Goerge sedikit goyah.Lalu, pemuda itu menarik nafas dalam-dalam, yang kemudian mendorong Goerge sangat keras hingga terpental.Seolah-olah ditabrak sebuah truk, Goerge merasa seperti semua tulangnya secara bersamaan telah remuk sa
"Ting, ting, ting ... Makan ... Waktunya makan!"Amber berteriak di depan pintu masuk tempat pelatihan seraya memukul-mukul mangkuk dan sendok.Sontak, semua orang yang tengah duduk melingkar melemparkan pandangannya pada Amber.Sepertinya mereka sedang mendengarkan nasehat dari Master Jack!Mendengar seruan Amber, orang-orang yang menyandang status bangsawan seperti keluarga Swift, atau lebih tepatnya bisa dibilang antek antek Swift, menatap dengan kandungan menghina pada Amber.Mereka terdengar membisikan sarkasme, tetapi Amber terlihat acuh tak acuh, seolah-olah dia belum mendengar."Amber!"Pada saat ini, Jack berencana membuat pengaturan bagi orang-orang Swift.Ketika Amber datang, entah apa yang dilakukan mereka, Jack merasa Jika orang-orang Swift tampak membenci Amber, mencemooh menggunakan kata-kata pedas, menjelek jelek pemuda itu.Secara otomatis tentu saja Jack tak enak hati, salah satu keluarganya seperti sed