Keesokan harinya, Ardi langsung pergi ke salah satu dari beberapa alamat yang di berikan oleh Alona. Tempat pertama yang dia datangi adalah sebuah perumahan; yang dari rumah-rumah di lewatinya sedari tadi, tampaknya tidak sembarangan orang bisa tingga di sini.Saat melewati rumah nomor 26, dia menghentikan mobilnya, mundur sedikit dan parkir tepat di jalan yang merupakan bagian dari rumah tersebut.“Permisi,” ucapnya setelah dia menekan bel yang ada di samping kusen pintu.Tidak berapa lama kemudian, pintu di depannya terbuka. Tampak seorang perempuan memakai daster sedang menatapnya.“Cari siapa ya?”Ardi kemudian menunjukkan foto yang ada di dalam handphonenya, “Saya lagi cari orang ini, mbak kenal atau ngak ya?”Perempuan tersebut membelalakkan mata, sembari menatapnya dengan tatapan curiga. “Kenapa anda cari orang ini ya?” Tanya perempuan itu kembali.“Ah, ayah saya kebetulan kenal dengan beliau. Dan ada beberapa hal yang mau saya tanyakan. Dan—” dia lalu mengeluarkan kartu namany
“Itu akan membutuhkan waktu lama kak, apalagi foto itu sedikit buram. Jadi proses matchingnya akan sedikit lebih susah,” ucap Alona.“Tidak apa. Lebih baik menyelidikinya dengan perlahan, agar semuanya tidak ada satupun petunjuk yang terlewatkan—bagaimana dengan file itu? Masih belum bisa dibuka juga?”“Well. Kabar baiknya, sandinya bisa di temukan. Tapi kabar buruknya, itu akan membutuhkan waktu hampir setahun lamanya meskipun dengan menggunakan semua computing power yang fasilitas kakak punya,”“Setahun?”“Yup. Memecahkan sandinya tidak mudah kali, harus di temukan satu persatu secara urut dari jutaan kombinasi yang ada,” jelas Alona.“Ya sudah, lakukan saja yang terbaik,” ucapnya.Kalo Alona saja sudah mengatakan seperti itu, maka dia tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi selain menunggu atau menemukan orang dalam foto tersebut; dengan harapan bisa mendapatkan password dari dokumen itu.Teringat kalau dirinya ada rapat untuk pengembangan proyek CoF hari ini. Dia melepaskan headset
“Honey, kamu ngak merasa kalau ini hal yang berlebihan?” Cynthia menatapnya dengan wajah cemas.“Don’t worry. Anggap saja sebagai sogokan supaya mereka sedikit lebih memperhatikan kenyamanan dan keselamatanmu,” jawabnya. Dia menumpuk punggung tangan Cynthia yang sedang di genggamnya; untuk membuatnya tenang.“Ya tapi ngak dengan mentraktir mereka dengan pesawat pribadimu juga kali. Biayanya mungkin sudah 50% dari dana untuk pembuatan film ini,”“Ngak mungkin lah. Dan lagi pula, anggap saja ini perjalanan bisnismu, karena kita juga harus singgah ke Jerman untuk menemui ibuku,”“Iya juga sih,” ujar Cynthia lagi. Tampaknya sudah menyerah dengan perdebatan di antara mereka berdua.Sekitar 10 menitan mereka menunggu di dalam mobil, rombongan mobil SUV warna hitam terlihat dari kejauhan sedang berjalan ke arah mereka.Dia keluar terlebih dahulu untuk menyambut mereka, sedangkan Cynthia masih tinggal di dalam mobil untuk mengecek barang bawaannya dan juga merapikan riasannya.“Selamat siang P
“Jadi selama ini—setelah kecelakaan waktu itu. Mereka selama ini bersembunyi di sana?” Dia mendengus dan tertawa karena merasa seperti orang yang sudah di bodohi selama ini.“Tapi bukannya itu lebih mencurigakan lagi?”“Mencurigakan apanya? Sudah jelas para kampret itu cuma ingin mempermainkan kita. Mereka sedang mengejek kita sekarang ini!” Dia meluapkan emosinya kepada Joe yang tampak seperti orang yang sedang ragu akan sesuatu.“Just think!” Joe akhirnya berseru dan memelototinya. “Lu pikir mereka ada di sana hanya demi mengolok-ngolok lu? C’mon—mereka pasti tidak akan sebodoh itu sampai harus mencoba membunuh lu karena cuma ingin mempermainkan kita bego!”“Lalu apa rencanamu? Melakukan survei dan membiarkan mereka lolos?”“Tentu saja tidak, kita harus memancing mereka keluar dari kandang mereka sendiri. Memaksa mereka untuk mengikuti permainan kita.”Ardi mendengus lalu tersenyum sinis. Dia kemudian bangkit berdiri, berjalan menuju jendela besar yang ada di dalam ruangan mereka da
Seperti apa yang dikatakan oleh Ardi, sekitar jam 1 siang, ENS Group memposting agenda perusahaan—yang selalu di update setiap minggu—di website mereka dengan menambahkan kata conference pers dengan tagline ‘Life about to change’ esok harinya.Tapi tidak seperti apa yang di perkirakan olehnya, reaksi pasar ternyata cukup positif walau hanya dengan berita gorengan seperti itu. Nilai sahamnya bahkan sampai menyentuh batas ARB 20% di hari itu.“Gila juga mereka ternyata,” ujarnya sembari mendengus. Meski begitu, otaknya saat ini sudah mulai memperhitungkan semua keuntungan yang mungkin dia dapatkan jika seandainya dirinya nekat merealisasikan proyek FNS tersebut.“Inilah yang membuat banyak investor muda di Indonesia cepat bangkrut. Terlalu gampang di goreng dengan rumor,” ujar Alona.“Bagaimana menurutmu kalau kita mencoba mewujudkan rencana itu?” Ardi tiba-tiba bertanya. Akan tetapi
Ardi membelalakkan matanya. Dengan tergesa-gesa dan wajah yang tampak gugup, dia mengeluarkan handphone dari dalam saku jasnya dan berusaha menghubungi Cynthia; berharap kalau apa yang dikatakan oleh Mr. Sebastian hanyalah gertakan semata.“Lacak keberadaan Cynthia sekarang!”Di tengah kepanikan tersebut, Ardi yang masih bisa berpikir dengan waras, meminta Alona untuk melacak Cynthia menggunakan satelit yang mengikuti chip yang ada dalam badannya saat ini.“Mark, can you help us too?—We need to find her as fast as we can,” Alona meminta bantuan dari temannya tersebut.Mark menggigit bibirnya, tampak ragu-ragu untuk membantu Ardi. “Give me her profile,”Sambil terus menatap jam di tangannya, dia terus menerus mondar-mandir di dalam ruangan tempat mereka berdiri sekarang ini. Rasa letih di kakinya, semua tertutupi oleh perasaan cemas dan khawatir.“Halo?”Setelah berulang kali—hampir lebih dari setengah jam lamanya—mencoba menghubungi nomor milik Cynthia. Seseorang akhirnya menjawab pa
“Nice!” ucap Alona setelah berhasil mendapatkan tempat di mana mobil yang di naikI Cynthia di video sebelumnya berhenti dan sekarang ini masih terparkir.“Oke, terus lacak posisi mobil itu,” Ardi mulai sedikit tersenyum walau sampai saat ini dia masih mengerutkan keningnya. “Now—” dia lalu menatap Joe. “Kau pasti punya beberapa anggota yang bisa membantu kita di sana kan?”“Not too much—tapi mungkin masih bisa berguna,” jawab Joe; sebelum dia kemudian menjauh dari Ardi dan Alona untuk menelepon seseorang.***Begitu mendarat di Istanbul, tidak peduli saat itu sudah menjelang malam, Ardi memutuskan untuk langsung mencari Cynthia.Oleh karena itu, mereka kemudian di bagi menjadi 2 tim. Beberapa orang suruhan Joe mengikuti Joe dan Ardi untuk mencari Cynthia, sedangkan Alona di temani oleh 2 orang suruhan Joe untuk kembali ke hotel dan menjadi penunjuk mereka di lapangan nantinya.“Wow, pelan-pelan sedikit kali cuy,” Joe sempat mengomel saat melihat spedometer mobil yang dia naiki—dan di
Tanpa mengurangi kecepatan sedikit pun—malah menambahnya—Ardi menabrak sebuah pagar kawat hingga roboh dan berhenti di salah satu bagian yang menurutnya aman dan terlindungi jika ada yang hendak menembaki mereka.“Alona?” Ardi bertanya lewat alat komunikasinya yang tersambung ke Alona.“A moment please,” jawab Alona; yang sekarang ini terdengar seperti sedang kesal. “Sending real time report—and done!”Begitu Alona selesai berbicara, Ardi—lewat kacamata yang dia pakai—bisa melihat di mana semua orang bersembunyi dan di mana Cynthia berada saat ini; karena sebelumnya sudah di tandai oleh Alona.“Joe, giliranmu,” perintah Ardi.“Lu yakin mau ikut?” Joe sempat bertanya terlebih dahulu. “Lu bisa kehilangan nyawa lu kalau tidak hati-hati loh.”“Hei, lu lupa siapa yang jago main CS di antara kita berdua?” Ardi tersenyum tipis. “Dan lagi pula, gua sudah banyak belajar banyak latihan menembak dengan tentara karena bosan.”Joe mendengus, sebab dia paham betul bagaimana keras kepalanya Ardi. Ap
Setelah mendengar perkataan salah satu staf agensinya tadi, Cynthia langsung berlari menuju tempat parkir; yang mana sudah banyak orang yang berkumpul di sana.“MINGGIR!!” Cynthia berteriak, menghardik semua orang di situ untuk membukakan jalan baginya. Air matanya langsung mengucur keluar dari matanya saat melihat kondisi Kamila yang kepalanya bersimbah darah.Ardi yang baru saja sampai, memegang kedua lengan Cynthia yang saat ini seperti sedang linglung dan mulai hilang keseimbangan. “Bagaimana keadaannya pak?” sambil menjaga Cynthia agar tidak jatuh, dia bertanya kepada petugas medis yang tampak sedang memberikan pertolongan pertama.“Beliau baik-baik saja. Untung saja kami sampai cukup cepat. Walau pendarahannya cukup banyak, nyawanya masih bisa tertolong,” jelas petugas medis tersebut.Ardi dan Cynthia terus berdiri di situ sampai Kamila di naikkan ke atas ambulans. Awalnya Cynthia ingin ikut naik ke dalam ambulans. Akan tetapi, Ardi mencegatnya—karena khawatir dengan kondisi Cyn
“Bagaimana?” Joe yang dari tadi diam semenjak Ardi keluar dari ruangan Niel, langsung bertanya begitu mereka kembali masuk ke dalam mobil.“Entahlah, orang itu hanya terdiam meski gua mengajukan sesuatu yang cukup sulit di tolak perusahaan seperti mereka,” jawab Ardi.Dia sendiri juga bingung dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Niel tadi. Walau untuk sesaat dia bisa melihat keraguan dari mata orang itu, namun ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya.“Tapi kenapa lu ngak langsung menghancurkan Kurniawan dan mereka saja sekalian? Kan lebih mudah, dan pastinya akan lebih efektif dari pada melalui jalan negosiasi seperti ini?” Joe kembali bertanya.“Untuk sementara ini, ada baiknya kalau kita mengurangi hal-hal yang bersinggungan dengan The Collector’s... Setidaknya sampai semuanya jelas tentang siapa yang kita hadapi, dan seberapa besar pengaruhnya di dalam negeri ini.Dan kali ini, kita harus bermain bijak dan bertahan dari pada terus bersifat agresif... Lagipula, kita punya apa yang
ARK IVCH 99Merasa kalau Joe cukup bisa di percaya untuk masalah seperti ini—karena pekerjaan Joe yang selalu berurusan dengan hidup dan mati—dia mengajak Joe ke ruangannya dan menceritakan semua mimpi buruk yang menghantuinya semenjak kematian ibunya.“Lu sudah ke psikiater yang kartu namanya gua kasih waktu itu?” Joe bertanya.“Nope. Sudah banyak psikiater yang gua hadapi. Tapi semuanya percuma saja,” jawab Ardi.“Lu coba saja dulu ke tempat yang gua kasih. Terlebih lagi dia memang kerap berurusan dengan kasus kaya lu, apalagi kliennya kebanyakan adalah orang-orang kaya gue,” jelas Joe.“Akan gua pertimbangkan... Lu ada urusan apa ke sini?” Ardi bertanya.Sebab kedatangan Joe ke kantornya mungkin bisa dihitung dengan jari semenjak orang ini kembali ke Indonesia. Kalau bukan berurusan dengan keamanan atau Ayu, penyelidikan The Collector’s lah yang menjadi penyebabnya.“Ah...” ucap Joe. Dia lalu mengeluarkan benda hitam kecil yang tampaknya sebuah flashdisk dari dalam saku jas yang d
ARK IVLicik... Tapi BijakPart II“Sudah dari awal kan gua bilang, jangan terlalu bombastis dalam mempromosikan proyek ini. Apalagi soal teknologi yang belum betul-betul bisa digunakan dalam waktu dekat…”Begitu Ayu mulai mengomel. Ardi menghela nafas panjang. Dia pergi ke kursi di belakang meja kerjanya dan duduk di sana sembari mendengarkan omelan yang terlontar dari mulut kawan sekaligus asistennya tersebut.“Wah, lu lama-lama persis seperti dosen kita yang super duper cerewet waktu itu deh,” ucap Ardi setelah Ayu berhenti berbicara; dan tampak lebih santai.“Ngak usah mengalihkan perhatian. Bagaimana cara lu untuk memperbaiki keadaan sekarang?”“Santai sedikit lah,” ujar Ardi dibarengi dengan senyuman tipis. “Jadwalkan rapat dengan bagian Marketing, Humas, dan Keuangan… Ah, jangan lupa hubungi bank yang kita jajaki kerja sama untuk menstabilkan harga saham kita. Sebagai langkah darurat, beli sebanyak mungkin saham yang ada di pasaran saat ini,”“Goreng saham? Itu plan darurat lu?
ARK IVLicik, Tapi Bijak...PART I Begitu kembali ke Indonesia, Ardi langsung di hadapkan kembali dengan pekerjaan yang menumpuk. “Lain kali, kalau lu liburan sama besti gua, lu harus ajak-ajak gua lah,” ujar Ayu sembari menaruh beberapa map di atas meja kerja Ardi dengan cukup keras; cukup untuk membuat Ardi yang sedang memejamkan mata untuk beristirahat sejenak terkejut.“Maklumlah, namanya gua siap-siap untuk menikah. Dan kebetulan, di sana ada designer yang cukup bagus dan terkenal. Dan kalau lu ikut, betis gua bisa meledak karena nungguin kalian berlama-lama,” ucap Ardi. Kenangan buruk di mana dia sampai harus duduk hingga bosan karena menunggu duo tukang belanja—Cynthia dan Ayu—di spanyol masih tidak bisa lepas dari benaknya hingga sekarang. Walau begitu, di satu sisi dia cukup lega karena Ayu tampaknya tidak tahu soal apa yang sebenarnya terjadi di Singapura. Dia sebenarnya cukup was-was kalau Joe akan menceritakan semuanya kepada Ayu. Apalagi di tengah-tengah hubungan kedua
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSFINAL“Kau tidak akan pernah bisa menangkap bayangan, hanya bisa di lenyapkan,” Ardi mengutip perkataan Xin Luan di pesta tadi yang cukup menganggunya sedari tadi. “Dan bagaiaman cara untuk membuat bayangan itu menghilang?”“Dengan mematikan cahayanya,” jawab Alona tanpa berpikir terlalu lama. “Tapi kenapa? Kenapa dia meninggalkan petunjuk seperti itu?” Alona bertanya.Ardi masih tetap bungkam meski semua orang sedang menatapnya saat itu. Belajar dari kesalahan yang sudah-sudah, dia tidak ingin jika nantinya apa yang dia ucapkan ternyata adalah sebuah kekeliruan.“Wait,” Joe memecah keheningan. “Itu tidak seperti apa yang gua pikirkan?” Dia melempar tatapan penuh curiga ke arah Ardi.“Apa?” Alona bertanya.Ardi tampak menghela nafas. Dia sebenarnya sedikit kesal dengan Joe yang terlalu peka dan to the point dalam saat seperti ini.“Ada kemungkinan kalau Xin Luan adalah…”Sebelum dia selesai mengatakan kesimpulan awal yang ada di dalam kepalany
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSPART IIIDi saat yang sama, Ardi dan Cynthia langsung berjalan mendekati orang yang teridentifikasi sebagai Xin Luan. Dadanya mengembang dan mengempis ketika dia menarik nafas panjang untuk sejenak saat dia berusaha menenangkan dirinya; menahan emosi untuk tidak melakukan tindakan sembrono di kesempatan yang sangat langka ini.“Hi,” dia menyapa dengan singkat sebagak pendekatan pertama. Tapi sedikit berikutnya, dia bisa mendengar kalau Xin Luan mendengus.“Tidak usah banyak basa basi, Pak Ardi. Anda pasti mendekati saya karena tahu identitas saya kan?” perkataan Xin Luan tersebut membuat Ardi mengatupkan rahangnya cukup kuat hingga otot-otot rahangnya sempat menonjol; tangannya bahkan saat ini di kepal kuat-kuat hingga urat-urat nadinya terlihat.“Biar saya kasitahu anda satu hal,” Xin Luan kembali berbicara. Tapi kali ini, dia sedikit mendekat ke Ardi dan menyerahkan sebuah flashdisk secara diam-diam tanpa terlihat oleh orang lain. “Kau tidak
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIR FORGIVENESS PART II “Bagaimana dengan perilisan film barumu? Semua berjalan dengan lancar?” Ardi bertanya saat dia dan Cynthia sedang dalam perjalanan menuju tempat acara. “Ya begitu lah. Tahap post productionnya sudah selesai, tanggal perilisan filmnya sudah di set, kemarin juga sudah mulai pembicaraan soal strategi untuk marketingnya. Mereka kayanya ingin mendompleng perusahaan kamu lagi, tapi agak malu-malu untuk mengungkapkannya secara langsung.” “Jadi... mau aku bantu secara diam-diam... atau tidak usah?” sambil mengucapkannya, Ardi sudah standby dengan memegang handphonenya. “Terserah kamu. Kan kamu yang paling tahu soal perhitungan bisnisnya. Kalau menguntungkan ya silahkan, kalau tidak ya terserah kamu,” Ardi mendengus mendengar perkataan Cynthia—yang baginya terdengar seperti menyuruhnya secara halus untuk berinvestasi lagi. Tanpa banyak berpikir, dia mengirimkan pesan singkat ke Diana untuk langsung menghubungi pihak production house film
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSPART I“Bukannya seharusnya kamu mengajak Diana atau Ayu juga ya?” Cynthia bertanya. “Memangnya kamu hafal semua tamu penting yang akan hadir di sana?”Ardi menghela nafas. Dia kemudian mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar uang 100 dollar dari dalamnya. “Aku sangat kecewa sama kamu sayang,” ucapnya sambil menatap Cynthia.“Liat kan?” Alona tersenyum lebar. “Sudah aku bilang kalau Kak Cynthia sendiri akan meragukan kemampuan IQ kakak,” ledek Alona.“Ada sesuatu yang aku lewatkan ya?”“Tidak ada kok kak. Hanya permainan sederhana soal bagaimana yakinnya kakak dengan kecerdasan orang yang ada di samping kakak itu,”“Awas kau ya begitu kita kembali ke Indonesia lagi,” ucap Ardi lagi. Dia lalu menjetikkan jarinya; membuat lampu di ruangan mereka sekarang duduk menjadi redup. Dan tidak lama setelahnya, sebuah layar hologram yang ibarat tablet tanpa bentuk fisik, melayang di depan mereka bertiga. “Bisa kita kembali membahas rencana kita?”“O