Begitu tiba di apartemen, Cynthia masih tidak menyangka kalau Kurniawan segila itu. Semuanya terasa masuk akal baginya, namun sebagian dari dirinya juga masih sulit menerima fakta tersebut.“Tapi bagaimana kamu tahu kalau kurniawan dan isabella bekerja sama?” dia bertanya kepada Ardi yang sedang memeriksa kulkas.“Kamu lupa?” Ardi memulai seraya mengeluarkan dua botol kecil cola dari dalam kulkas. “Aku itu punya mata dan telinga di mana-mana. Termasuk di sekitarmu,” ucapnya. Dia berjalan mendekati Cynthia dan memberikan salah satu botol yang di ambilnya tadi. “Tapi tidak usah khawatir, aku hanya melakukan ini untuk melindungi kamu,” tambahnya lagi.“Dasar wanita ular itu. Apa belum cukup keramahan yang kita berikan saat itu?” Cynthia menggerutu setelah meneguk setengah dari isi botol yang ada di tangannya sekarang ini.Ardi tampak tersenyum melihat Cynthia yang sedang kesal sendiri. “Kamu tenang saja, kamila pasti akan mengurusnya dengan baik. Dia kan sudah termasuk veteran dalam duni
“Meninggalkan Ardi kau bilang? Jangan mimpi. Apapun yang akan kau lakukan, gue ngak akan meninggalkan dia. Camkan itu di pikiran lu.” Cynthia langsung mengata-ngatai Kurniawan setelah menamparnya.Dia kemudian berbalik dan hendak keluar dari ruangan itu setelah mengeluarkan ultimatumnya. Namun, saat sudah berjalan beberapa langkah, dia berhenti dan kembali berbalik menghadap Kurniawan.“Ah—Dan biar gua ingatkan satu hal lagi. Lu ngak sebanding dengan Ardi dalam hal apapun.” Dia tersenyum mengejek. “Jadi, jangan pernah bermimpi gua akan meninggalkan dia meski apapun yang terjadi,” tambahnya lagi. Dia lalu berbalik kembali dan berjalan pergi imeninggalkan ruangan tersebut tanpa membiarkan Kurniawan mengatakan sepatah katapun.“Sebenarnya apa yang lu pikirkan sampai bisa senekat itu hah?!” Kamila langsung mengomeli Cynthia begitu mereka kembali ke mobil. “Lu ngak tahu bagaimana sulitnya semua orang di agensi berusaha untuk menghilangkan rumor yang ada di antara lu dan Chandra sekarang in
Kurniawan tiba-tiba mendengus. Dia tersenyum tipis saat mengambil map yang di banting Ardi sebelumnya. Ekspresinya juga tidak jauh berbeda saat sedang membuka halaman demi halaman dari map tersebut.“Ardi, Ardi. Rupanya kau kurang paham soal aturan dalam menjatuhkan orang lain ya?”“Sudah gua duga lu akan mengatakan sesuatu seperti itu.” Ardi tersenyum sinis melihat reaksi Kurniawan. Dia lalu mengeluarkan beberapa lembar foto yang menunjukkan momen saat Kurniawan sedang menemui beberapa orang mencurigakan.Melihat mata Kurniawan yang sempat membelalak, Ardi langsung tersenyum dengan perasaan percaya diri. “Kau tahu kan soal skandal yang menimpa salah satu pesaing gua belakangan ini?” Ardi berjalan menuju sebuah lukisan besar yang ada di dalam ruangan tersebut. “Apa harus sampai seperti itu baru kau akan sadar?” dia berbalik sembari tersenyum pede ke arah Kurniawan.“Kau tidak akan bisa melakukannya. Karena itu akan melukai—”“Cynthia?” Ardi menyela. Dia mendengus lalu tersenyum tipis.
Ayu seketika tertawa sinis setelah mendengar apa yang Ardi katakan, Joe hanya terdiam. Sementara Pak Dwi tampak menatap Ardi dengan raut wajah serius.“ENS Construction. Otak lu korslet atau apa?” Ayu menjadi orang yang menanggapi. “Lu pikir mudah bangun perusahaan Construction yang bisa menangani pembangunan CoF? Lu ngak liat berapa banyak perusahaan yang mundur?Dan lagi, lu harus berpikir soal peletakan batu pertama yang di rencanakan setahun dari sekarang. Tidak ada waktu lagi untuk bisa menyiapkan perusahaan konstruksi yang bisa menangani CoF!”Ardi hanya tersenyum menanggapi Ayu yang mengomel begitu ekstrem barusan. Dia lalu menghela nafas sebelum mulai berbicara.“Karena itulah gua mau perusahaan lu di New York mencari perusahaan konstruksi yang cukup mumpuni untuk di akuisisi.”“Lu lupa rencana gua stay di New York?”“Sudah. Lu ikuti saja apa yang gua rencanakan. Kali ini gua yakin kita pasti akan bisa menangkap semua anggota The Collector’s keparat itu.”Ardi terdengar begitu
“Mr. Grigoryv dan Mr. Sebastian. Untuk sementara dua orang ini yang sudah terbongkar identitasnya.” Ayu berbicara sembari layar komputer di depan Ardi sedang menunjukkan foto dua orang pria,Satunya memiliki wajah yang sedikit gemuk dengan tampang garang dan juga kumis yang cukup tebal di sekitar mulutnya. Sedangkan satunya lagi mempunyai tipikal wajah asia; melihat orang ini memakai kacamata, dia menduga kalau orang ini pasti mempunyai otak yang cukup jenius.“Mr. Grigoryv sendiri terkenal sebagai mantan tentara yang sudah veteran dalam segala medan. Dia sekarang ini sudah beralih profesi menjadi pedagang senjata di black market. Dan jujur saja, dia orang yang sangat sulit di lacak. Informasi terakhir yang gua punya pun sebatas keberadaannya 3 tahun yang lalu di Filipina. Sekarang? Nihil.Berikutnya, Mr. Sebastian Cho. Entah itu nama asli atau bukan. Tapi yang harus kalian tahu, dia termasuk orang yang berbahaya di dunia maya. Punya beberapa riwayat kriminal dalam hal peretasan data
Mereka berdua saling bertatapan. Tidak ada kata yang terucap dari keduanya, namun suasana di sekitar mereka tampak begitu tegang. Semua orang tampak terdiam, karena Ardi secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak senangnya kepada Kurniawan.Keheningan di meja itu baru pecah ketika salah seorang tamu undangan mulai berbicara dan menawarkan Kurniawan untuk bergabung. Akan tetapi, Kurniawan malah menolak dan memilih untuk duduk di meja lain; tentunya, senyuman licik di wajahnya tersebut masih di pertahankannya.Setelah Kurniawan pergi, Cynthia mendekatkan dirinya ke Ardi dan berbisik. “Tahan sedikit emosimu,” dia tidak lupa untuk tetap mempertahankan senyuman di wajahnya.Ardi tetap tidak menghilangkan kerutan di keningnya saat ini. Walau sudah tidak segamblang tadi, wajahnya masih saja menunjukkan perasaan tidak senang.Untungnya, orang lain yang semeja dengan mereka tampak tidak terlalu peduli dengan kejadian barusan.Namun momen damai tersebut tidak berlangsung lama, sebab saat mer
Berulang kali Cynthia menyalakan dan menghidupkan layar handphonenya, menunggu pesan atau panggilan dari Ardi. Sudah sekitar 3 hari lamanya semenjak mereka bertengkar di atas pesawat waktu itu. Ardi belum juga menghubunginya semenjak saat itu. “Hebat juga lu, padahal seingat gua lu baru baca itu naskah 2 hari yang lalu kan?” Kamila yang baru saja kembali untuk membeli makanan, langsung bertanya kepada Cynthia yang sedang beristirahat di dalam mobilnya di sela-sela jeda pembacaan naskah pertama. “Im-pro-vi-sa-si!” Cynthia berusaha menjawab tanpa menunjukkan kegalauannya.“Tapi lu tetap harus waspada, penulisnya dikenal cukup galak dalam pemilihan pemeran. Kalau ada yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, lu bisa diganti di tengah jalan,” ujar Kamila. “Ah, yang cewek kacamata dengan rambut di kuncir kebalakng itu ya?” Cynthia teringat dengan salah satu perempuan yang duduk di kursi penulis saat sesi pembacaan naskah. “Tapi kok ngak kelihatan galak sama sekali ya?” “Yup.” Kamila k
Cynthia langsung menjatuhkan handphonenya. Dia berlari menuju mobilnya.“Ke Polres xxxx sekarang!” dia langsung memerintahkan sopirnya begitu kakinya menginjak lantai mobil.“Kenapa? Ada apa?” Kamila tampak kebingungan.Namun Cynthia tidak menjawab sama sekali. Dia dengan segera langsung menghubungi Pak Dwi terlebih dahulu; sebab pikirannya langsung teringat dengan chip canggih yang pernah di ceritakan Ardi.“Halo pak, tolong lacak keberadaan Ardi sekarang juga!”“Tapi..”“Ini Darurat!” Cynthia berseru dengan suara yang cukup keras dan membuat Kamila semakin kebingungan.“Sebenarnya ada apa?” Kamila kembali bertanya begitu Cynthia mengakhiri panggilan singkatnya dengan Pak Dwi dan lanjut untuk menghubungi Joe.Tapi sekali lagi, Cynthia tetap tidak menjawab dan terus fokus dengan usahanya untuk mengatur cara untuk menemukan Ardi secepat mungkin.&ldqu
Setelah mendengar perkataan salah satu staf agensinya tadi, Cynthia langsung berlari menuju tempat parkir; yang mana sudah banyak orang yang berkumpul di sana.“MINGGIR!!” Cynthia berteriak, menghardik semua orang di situ untuk membukakan jalan baginya. Air matanya langsung mengucur keluar dari matanya saat melihat kondisi Kamila yang kepalanya bersimbah darah.Ardi yang baru saja sampai, memegang kedua lengan Cynthia yang saat ini seperti sedang linglung dan mulai hilang keseimbangan. “Bagaimana keadaannya pak?” sambil menjaga Cynthia agar tidak jatuh, dia bertanya kepada petugas medis yang tampak sedang memberikan pertolongan pertama.“Beliau baik-baik saja. Untung saja kami sampai cukup cepat. Walau pendarahannya cukup banyak, nyawanya masih bisa tertolong,” jelas petugas medis tersebut.Ardi dan Cynthia terus berdiri di situ sampai Kamila di naikkan ke atas ambulans. Awalnya Cynthia ingin ikut naik ke dalam ambulans. Akan tetapi, Ardi mencegatnya—karena khawatir dengan kondisi Cyn
“Bagaimana?” Joe yang dari tadi diam semenjak Ardi keluar dari ruangan Niel, langsung bertanya begitu mereka kembali masuk ke dalam mobil.“Entahlah, orang itu hanya terdiam meski gua mengajukan sesuatu yang cukup sulit di tolak perusahaan seperti mereka,” jawab Ardi.Dia sendiri juga bingung dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Niel tadi. Walau untuk sesaat dia bisa melihat keraguan dari mata orang itu, namun ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya.“Tapi kenapa lu ngak langsung menghancurkan Kurniawan dan mereka saja sekalian? Kan lebih mudah, dan pastinya akan lebih efektif dari pada melalui jalan negosiasi seperti ini?” Joe kembali bertanya.“Untuk sementara ini, ada baiknya kalau kita mengurangi hal-hal yang bersinggungan dengan The Collector’s... Setidaknya sampai semuanya jelas tentang siapa yang kita hadapi, dan seberapa besar pengaruhnya di dalam negeri ini.Dan kali ini, kita harus bermain bijak dan bertahan dari pada terus bersifat agresif... Lagipula, kita punya apa yang
ARK IVCH 99Merasa kalau Joe cukup bisa di percaya untuk masalah seperti ini—karena pekerjaan Joe yang selalu berurusan dengan hidup dan mati—dia mengajak Joe ke ruangannya dan menceritakan semua mimpi buruk yang menghantuinya semenjak kematian ibunya.“Lu sudah ke psikiater yang kartu namanya gua kasih waktu itu?” Joe bertanya.“Nope. Sudah banyak psikiater yang gua hadapi. Tapi semuanya percuma saja,” jawab Ardi.“Lu coba saja dulu ke tempat yang gua kasih. Terlebih lagi dia memang kerap berurusan dengan kasus kaya lu, apalagi kliennya kebanyakan adalah orang-orang kaya gue,” jelas Joe.“Akan gua pertimbangkan... Lu ada urusan apa ke sini?” Ardi bertanya.Sebab kedatangan Joe ke kantornya mungkin bisa dihitung dengan jari semenjak orang ini kembali ke Indonesia. Kalau bukan berurusan dengan keamanan atau Ayu, penyelidikan The Collector’s lah yang menjadi penyebabnya.“Ah...” ucap Joe. Dia lalu mengeluarkan benda hitam kecil yang tampaknya sebuah flashdisk dari dalam saku jas yang d
ARK IVLicik... Tapi BijakPart II“Sudah dari awal kan gua bilang, jangan terlalu bombastis dalam mempromosikan proyek ini. Apalagi soal teknologi yang belum betul-betul bisa digunakan dalam waktu dekat…”Begitu Ayu mulai mengomel. Ardi menghela nafas panjang. Dia pergi ke kursi di belakang meja kerjanya dan duduk di sana sembari mendengarkan omelan yang terlontar dari mulut kawan sekaligus asistennya tersebut.“Wah, lu lama-lama persis seperti dosen kita yang super duper cerewet waktu itu deh,” ucap Ardi setelah Ayu berhenti berbicara; dan tampak lebih santai.“Ngak usah mengalihkan perhatian. Bagaimana cara lu untuk memperbaiki keadaan sekarang?”“Santai sedikit lah,” ujar Ardi dibarengi dengan senyuman tipis. “Jadwalkan rapat dengan bagian Marketing, Humas, dan Keuangan… Ah, jangan lupa hubungi bank yang kita jajaki kerja sama untuk menstabilkan harga saham kita. Sebagai langkah darurat, beli sebanyak mungkin saham yang ada di pasaran saat ini,”“Goreng saham? Itu plan darurat lu?
ARK IVLicik, Tapi Bijak...PART I Begitu kembali ke Indonesia, Ardi langsung di hadapkan kembali dengan pekerjaan yang menumpuk. “Lain kali, kalau lu liburan sama besti gua, lu harus ajak-ajak gua lah,” ujar Ayu sembari menaruh beberapa map di atas meja kerja Ardi dengan cukup keras; cukup untuk membuat Ardi yang sedang memejamkan mata untuk beristirahat sejenak terkejut.“Maklumlah, namanya gua siap-siap untuk menikah. Dan kebetulan, di sana ada designer yang cukup bagus dan terkenal. Dan kalau lu ikut, betis gua bisa meledak karena nungguin kalian berlama-lama,” ucap Ardi. Kenangan buruk di mana dia sampai harus duduk hingga bosan karena menunggu duo tukang belanja—Cynthia dan Ayu—di spanyol masih tidak bisa lepas dari benaknya hingga sekarang. Walau begitu, di satu sisi dia cukup lega karena Ayu tampaknya tidak tahu soal apa yang sebenarnya terjadi di Singapura. Dia sebenarnya cukup was-was kalau Joe akan menceritakan semuanya kepada Ayu. Apalagi di tengah-tengah hubungan kedua
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSFINAL“Kau tidak akan pernah bisa menangkap bayangan, hanya bisa di lenyapkan,” Ardi mengutip perkataan Xin Luan di pesta tadi yang cukup menganggunya sedari tadi. “Dan bagaiaman cara untuk membuat bayangan itu menghilang?”“Dengan mematikan cahayanya,” jawab Alona tanpa berpikir terlalu lama. “Tapi kenapa? Kenapa dia meninggalkan petunjuk seperti itu?” Alona bertanya.Ardi masih tetap bungkam meski semua orang sedang menatapnya saat itu. Belajar dari kesalahan yang sudah-sudah, dia tidak ingin jika nantinya apa yang dia ucapkan ternyata adalah sebuah kekeliruan.“Wait,” Joe memecah keheningan. “Itu tidak seperti apa yang gua pikirkan?” Dia melempar tatapan penuh curiga ke arah Ardi.“Apa?” Alona bertanya.Ardi tampak menghela nafas. Dia sebenarnya sedikit kesal dengan Joe yang terlalu peka dan to the point dalam saat seperti ini.“Ada kemungkinan kalau Xin Luan adalah…”Sebelum dia selesai mengatakan kesimpulan awal yang ada di dalam kepalany
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSPART IIIDi saat yang sama, Ardi dan Cynthia langsung berjalan mendekati orang yang teridentifikasi sebagai Xin Luan. Dadanya mengembang dan mengempis ketika dia menarik nafas panjang untuk sejenak saat dia berusaha menenangkan dirinya; menahan emosi untuk tidak melakukan tindakan sembrono di kesempatan yang sangat langka ini.“Hi,” dia menyapa dengan singkat sebagak pendekatan pertama. Tapi sedikit berikutnya, dia bisa mendengar kalau Xin Luan mendengus.“Tidak usah banyak basa basi, Pak Ardi. Anda pasti mendekati saya karena tahu identitas saya kan?” perkataan Xin Luan tersebut membuat Ardi mengatupkan rahangnya cukup kuat hingga otot-otot rahangnya sempat menonjol; tangannya bahkan saat ini di kepal kuat-kuat hingga urat-urat nadinya terlihat.“Biar saya kasitahu anda satu hal,” Xin Luan kembali berbicara. Tapi kali ini, dia sedikit mendekat ke Ardi dan menyerahkan sebuah flashdisk secara diam-diam tanpa terlihat oleh orang lain. “Kau tidak
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIR FORGIVENESS PART II “Bagaimana dengan perilisan film barumu? Semua berjalan dengan lancar?” Ardi bertanya saat dia dan Cynthia sedang dalam perjalanan menuju tempat acara. “Ya begitu lah. Tahap post productionnya sudah selesai, tanggal perilisan filmnya sudah di set, kemarin juga sudah mulai pembicaraan soal strategi untuk marketingnya. Mereka kayanya ingin mendompleng perusahaan kamu lagi, tapi agak malu-malu untuk mengungkapkannya secara langsung.” “Jadi... mau aku bantu secara diam-diam... atau tidak usah?” sambil mengucapkannya, Ardi sudah standby dengan memegang handphonenya. “Terserah kamu. Kan kamu yang paling tahu soal perhitungan bisnisnya. Kalau menguntungkan ya silahkan, kalau tidak ya terserah kamu,” Ardi mendengus mendengar perkataan Cynthia—yang baginya terdengar seperti menyuruhnya secara halus untuk berinvestasi lagi. Tanpa banyak berpikir, dia mengirimkan pesan singkat ke Diana untuk langsung menghubungi pihak production house film
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSPART I“Bukannya seharusnya kamu mengajak Diana atau Ayu juga ya?” Cynthia bertanya. “Memangnya kamu hafal semua tamu penting yang akan hadir di sana?”Ardi menghela nafas. Dia kemudian mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar uang 100 dollar dari dalamnya. “Aku sangat kecewa sama kamu sayang,” ucapnya sambil menatap Cynthia.“Liat kan?” Alona tersenyum lebar. “Sudah aku bilang kalau Kak Cynthia sendiri akan meragukan kemampuan IQ kakak,” ledek Alona.“Ada sesuatu yang aku lewatkan ya?”“Tidak ada kok kak. Hanya permainan sederhana soal bagaimana yakinnya kakak dengan kecerdasan orang yang ada di samping kakak itu,”“Awas kau ya begitu kita kembali ke Indonesia lagi,” ucap Ardi lagi. Dia lalu menjetikkan jarinya; membuat lampu di ruangan mereka sekarang duduk menjadi redup. Dan tidak lama setelahnya, sebuah layar hologram yang ibarat tablet tanpa bentuk fisik, melayang di depan mereka bertiga. “Bisa kita kembali membahas rencana kita?”“O