Deven menimpali dengan serius, "Dia bersalah, jadi memang seharusnya minta maaf padamu. Kamu sudah sangat baik hati karena cuma butuh permintaan maaf."Sebenarnya Deven juga tidak ingin Kyra meminta maaf. Bagaimanapun, Kyra adalah istrinya. Namun karena Kyra melakukan hal ini, dia pasti akan sulit terhindar dari hukuman apabila Irish menuntutnya. Mungkin saja dia akan dipenjara. Meminta maaf bisa menyelesaikan masalah ini dan menenangkan Irish, jadi kenapa tidak?Itu sebabnya Deven hanya bisa berakting. Dia berpura-pura marah pada Kyra di depan Irish dengan tujuan untuk meredakan amarah wanita itu."Kenapa kamu masih diam saja? Nggak bisa minta maaf? Perlu diajari juga?" ucap Deven dengan tidak sabar kepada Kyra.Kyra mengedipkan mata keringnya dan mengerucutkan bibirnya. Suaminya bisa-bisanya membentaknya demi Irish, bahkan begitu tidak sabar. Berdasarkan temperamennya, Kyra benar-benar ingin maju dan menampar pria berengsek ini beberapa kali, lalu berbalik dan pergi. Namun dalam situ
Setelah menangis hingga lelah, Kyra mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa jam. Sudah 10 menit berlalu, tetapi Deven belum keluar.Kyra bangkit dan berjalan ke pintu bangsal. Dari jendela kaca di pintu, dia bisa melihat Irish yang memeluk Deven. Kyra khawatir ada kesalahpahaman sehingga mengamati selama beberapa detik.Namun, Irish malah menangis dengan makin sedih dan tampak menggumamkan sesuatu. Di sisi lain, ekspresi Deven tampak rumit. Pria ini juga tidak mendorong Irish.Kyra tersenyum getir. Dia akhirnya mengerti semuanya. Pantas saja begitu lama, ternyata karena berpelukan dengan Irish. Mungkin saja, Deven baru akan keluar setelah bercinta dengan Irish.Kyra merasa dirinya benar-benar bodoh. Kenapa dia menuruti perkataan Deven begitu saja? Di mana letak harga dirinya? Deven sudah melukainya separah ini, tetapi Kyra masih memercayainya?Kyra merasa sedih sekaligus murka. Kemudian, dia langsung meninggalkan koridor rumah sakit dan menaiki lift.Di dalam bangsal, Deven menyingkirka
Karena Irish sudah berkata demikian, Deven pun tidak berlama-lama lagi. Deven juga bisa menilai betapa enggannya Kyra saat meminta maaf tadi. Dia harus mengejar Kyra!Deven bergegas meninggalkan bangsal tanpa melirik Irish sedetik pun. Sementara itu, Irish menatap sosok belakang Deven yang menjauh dan akhirnya hilang. Dia membatin, 'Deven, mana mungkin aku mau berteman saja denganmu?''Aku mencuri dana yang diberikan oleh Kyra dan datang ke sisimu jelas bukan hanya untuk berteman denganmu. Aku telah bersandiwara begitu lama, jadi mana mungkin menyerah begitu saja?'Irish menyunggingkan senyuman kejam. Yang dia inginkan bukan hanya Deven, melainkan seluruh kekayaan Keluarga Scott.Pada awalnya, tujuan Irish adalah membalas dendam pada Kyra. Asalkan Kyra menderita, Irish akan senang. Itu sebabnya, dia membantu Deven. Irish merasa iri terhadap Kyra dan ingin melihatnya sengsara!Kini, hal yang paling tidak diinginkannya pun terjadi, yaitu Deven jatuh cinta pada Kyra. Namun, Irish tidak te
Kyra mengejapkan mata dan terbengong untuk sesaat. Angin dingin berembus. Hal pertama yang muncul di pikiran Kyra adalah masuk ke mobil karena cuaca terlalu dingin.Kyra menggerakkan kakinya yang kebas untuk berjalan ke depan mobil. Ketika tangannya hampir menyentuh pintu mobil, dia tiba-tiba teringat pada tatapan Irish yang dipenuhi provokasi dan Deven yang tampak sangat menikmati pelukan Irish. Apa mereka sudah selesai bercinta?Kyra menggigit bibirnya dan segera menarik tangannya kembali. Kemudian, dia berbalik dan hendak pergi. Bagaimanapun, dia punya harga diri.Bentley hitam itu segera mengejar. Jendela mobil diturunkan. Lagi-lagi terdengar bunyi klakson yang memekakkan telinga. Kemudian, Deven bertanya dengan tidak sabar, "Aku menyuruhmu tunggu di luar bangsal, kenapa malah pergi? Cuaca sangat dingin. Kamu nggak mau masuk mobil?"Kyra tidak meladeni Deven dan terus mempercepat langkah kakinya. Sungguh ironis. Bagaimana bisa Kyra mengira Deven peduli padanya? Pasti otaknya tidak
Deven mengemudikan mobil dengan tenang. Ketika melihat Kyra kedinginan, dia menyalakan pemanas dan mengarahkannya kepada Kyra. Kyra akhirnya merasa jauh lebih baik.Setibanya di apartemen, Kyra langsung bertanya, "Apa pengobatan ayahku sudah bisa dilanjutkan?"Ekspresi Deven menjadi dingin lagi. Apa di antara mereka tidak ada topik pembicaraan lain selain Nelson? Mereka jelas-jelas punya banyak topik pembicaraan dulu, tetapi sekarang terus bertengkar setiap kali bertemu.Kyra mengira Deven tidak bersedia, jadi meneruskan dengan cemas, "Pak Okto bilang ayahku akan mati kalau pengobatannya nggak dilanjutkan malam ini. Aku sudah minta maaf dan naik mobilmu. Kamu masih belum puas?"Kyra meraih jaket Deven dan menatapnya sambil menggertakkan gigi. Penampilan Kyra yang seperti ini seolah-olah sedang berhadapan dengan musuh bebuyutan.Amarah mulai berkecamuk dalam hati Deven. Deven memang menyuruhnya minta maaf, tapi tidak menyuruhnya tinggal dengan pria lain ataupun menyuruhnya menyerahkan p
Penampilannya yang culas itu seperti sedang memanggil binatang peliharaan. Kyra tentu ingin menolak, tetapi dia butuh bantuan Deven.Pada akhirnya, Kyra menghampiri sambil menggenggam erat pengering rambut di tangannya. Dia merasa enggan, tetapi tidak punya pilihan lain.Setibanya di depan Deven, Deven mengambil pengering rambut itu dan mencolokkannya ke soket listrik. Kyra tahu apa yang ingin dilakukan Deven. Ketika Deven hendak menyentuh rambutnya, Kyra sontak menghindar."Ngapain kamu menghindar?" tanya Deven dengan murung dan mengernyit. Tindakan Kyra ini tentu membuat hati Deven terluka.Kyra menggigit bibirnya dan berbohong, "Aku nggak menghindar.""Kalau begitu, cepat mendekat," perintah Deven dengan tegas."Aku nggak ingin merepotkanmu," ujar Kyra."Kamu sudah sering merepotkanku. Kemari." Deven langsung menarik Kyra.Pengering rambut dinyalakan. Deven memegang rambut Kyra, membantunya mengeringkan setiap helai rambut.Sentuhan hangat ini membuat hati Kyra bergetar. Jika itu du
Apa mereka harus membahas betapa tidak tahu malu dan tidak tahu berterima kasihnya Deven? Atau membahas tentang perbedaan sikap Deven terhadap Kyra dan Irish?Kyra tidak ingin membahas semua itu. Fokus utamanya hanya terletak pada keluarganya. Dia ingin mengatur semuanya dengan baik sebelum ajal menjemputnya.Kemudian, Kyra akan meninggalkan dunia ini dengan membawa semua dendam dan kebencian. Dia merasa semua ini sudah sangat cukup."Sudahlah, Deven. Jangan keterlaluan," ujar Kyra."Keterlaluan? Bukannya aku yang seharusnya bicara begitu?" tanya Deven yang menekan dagu Kyra.Wajah Deven dan wajah Kyra sangat dekat, sampai-sampai hidung mereka hampir bersentuhan. Kyra tanpa sadar ingin menghindar.Melihat ini, amarah kembali berkecamuk dalam hati Deven. Kyra begitu membencinya? Bukankah wanita ini sangat ingin dekat dengannya dulu?Dulu Kyra selalu mengambil inisiatif untuk menempel padanya, bahkan memberinya ciuman. Lantas, mengapa perubahannya bisa sedrastis ini? Apa karena Kyra dan
Kyra murka hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Setiap kali kalah dalam perdebatan, Deven pasti akan mengancamnya dengan menggunakan orang-orang yang tidak bersalah.Ketika melihat Kyra mengepalkan tangan dengan erat, Deven memerintahkan, "Lepaskan tanganmu itu."Kyra jelas-jelas diliputi amarah, bahkan ingin sekali menampar Deven. Akan tetapi, dia masih bisa berpikir dengan jernih. Justin sudah berkali-kali menolongnya. Bagaimana mungkin Kyra membiarkan iblis seperti Deven mencelakainya?Setelah memikirkan ini, Kyra menyingkirkan tangannya dan membiarkan Deven mendekat. Aroma parfum Irish menjadi makin kuat. Kyra ingin menghindar, tetapi tidak bisa.Bibir Deven terasa lembut dan dingin. Kyra tidak ingin mencium aroma parfum Irish, jadi menahan napas hingga wajahnya memerah.Melihat ini, Deven mengira Kyra malu sehingga bersikap makin lembut padanya. Kyra masih mundur tanpa disadarinya. Tidak berselang lama, Deven menyentuh cairan panas di bawah.Deven melepaskan Kyra dan menatap wajah d
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K