Fatur mematung. Darahnya berdesir deras, tubuhnya terasa panas. Jantungnya berdegup tidak beraturan, bak pencuri yang tertangkap basah oleh masa. Pelan, ia meraih tumpukan prosal yang sudah di gabung menjadi satu itu, lalu membuka secara perlahan. Di bacanya setiap lembar kertas tersebut, di sana tertera nama dirinya sebagai pengaju proposal yang mana sebenarnya proyek tersebut tidak ada. Tujuan Fatur membuat proposal tersebut tak lain dan tak bukan ialah untuk mendapatkan dana dari perusahaan. Setelah dana tersebut cair, Fatur langsung memindahkannya ke rekening pribadi. Demi keuntungan pribadi, Fatur nekat berbuat seperti itu. Tentu saja, ada yang membantunya. Jika tidak, bagaimana mungkin dia melakukan itu dan berulang kali. "Setelah melihat bukti itu, apa anda akan menyangkalnya lagi?" Tanya Kaila ketika sudah berada di dekat kursi Fatur.Fatur tidak bisa berkata apa-apa. Bukti yang Kaila tunjukkan membuatnya tidak bisa berkutik. "Coba anda hitung, ada berapa banyak proposal pal
"Apa-apan kamu, Mas! Ternyata begini kelakuan kamu selama ini? Tega sekali, kamu mencurangi istri sendiri! Apa kamu masih kekurangan uang, sampai-sampai harus mengkorupusi uang perusahaan?" Teriak Kaila di hadapan suaminya. "Seberapa banyak kebohongan yang kamu simpan, Mas? Mau seperti apa lagi kamu menyakiti, ku! Jawab, Mas!" "Sayang, A-aku tidak melakukan itu. Mereka semua memfitnah ku!" "Fitnah! Fitnah! Selalu kata itu yang kamu ucapkan ketika kebohongan kamu terungkap. Itu hanya alibi kamu! Apa masih belum cukup bukti dan saksi yang menyatakan bahwa kamu memang bersalah, kamu dalang semuanya, Mas!" Ujar Kaila menunjuk dada Andika. "Kamu pikir di saat mereka terpojok, mereka asal menyebut nama kamu? Jangan gila kamu, Mas! Mereka mana mungkin berani menyebut nama kamu kalau memang kamu tidak terlibat.""Sayang, dengarkan aku,....""Cukup! Aku sudah tidak mau mendengar alasan apapun lagi dari kamu." Kaila mengangkat tangannya keatas mengisyaratkan bahwa dirinya sudah tidak mau mend
Andika terheran-heran dengan perkataan sang istri. "Apa maksudmu, sayang?" Andika balik bertanya. Andika bingung, kenapa Kaila malah bertanya seperti itu. Apa kepalanya terbentur sesuatu hingga di lupa pada suaminya sendiri. "Aku ini suami, kamu!""Suami siapa?" Tanya Kaila lagi dengan tampang serius nya, bukan seperti ekspresi di buat-buat."Hei, sayang!" Andika meraih bahu sang istri. "Apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa kamu tidak mengenali suami mu sendiri? Aku Andika! Suami yang sudah menemani kamu selama dua tahun. Bagaimana, kamu bisa lupa dengan ku? Jangan bercanda," ujarnya yang masih terheran-heran. "Aku tidak punya suami seorang penghianat, pencuri, dan tukang korupsi seperti kamu! Segera angkat kaki dari rumah ku sekarang juga! Jangan jadi orang yang nggak tahu malu!" Teriak Kaila nyaring. "Sayang, sayang! Tolong jaga emosi kamu. Jangan berteriak seperti itu, tidak baik jika di dengar oleh yang lain." Kata Andika sembari mengusap bahu Kaila. "Aku tidak perduli! Mau se
Pagi-pagi sekali, Andika dan Luna sudah terlihat sangat sibuk. Keduanya mengemasi barang-barang mereka. Sesuai janji Andika tadi malam, hari ini mereka akan keluar dari rumah Kaila. Jujur saja, Andika merasa berat meninggalkan Kaila apalagi saat ini dirinya tidak punya apa-apa. Bersama Kaila, dirinya tidak perlu pusing memikirkan uang. Semuanya sudah terpenuhi dan terjamin. Selain itu, Andika juga masih mencintai Kaila ketika berpisah seperti ini hatinya sedikit sakit. Namun, apalah daya semua ini terjadi akibat keserakahan dan tidak bersyukurnya dirinya. Sudah di beri yang terbaik oleh sang maha pencipta, Andika malah menciptakan keadaan yang tidak baik. Betul-betul tidak bersyukur! Andika juga berharap beberapa hari, minggu atau beberapa bulan kedapan Kaila mau memaafkan dan menerima dirinya lagi. Laki-laki itu bertekad untuk tidak pantang menyerah meminta maaf pada sang istri pertama. Dia akan mengerahkan segala tenaga dan segala acara agar bisa di terima lagi oleh sang istri. B
"Apa, Mas?" Teriak Luna. "Talak dia, atau kamu nggak akan pernah ketemu sama anak kamu!" Ancamnya bersungguh-sungguh. Kalimat yang baru saja Luna lontarkan semakin menambah kekacauan hati Andika. Laki-laki itu menarik-narik rambutnya sambil menangis terisak-isak. Dia tidak bisa memilih antara Kaila dan anaknya. Bagi Andika, keduanya sangat berarti. "Kamu beneran mau berpisah sama anak kamu, Mas?" Desak Luna lagi. "Apa yang kamu pertahankan dari perempuan itu, Mas? Dia sudah mengambil semuanya dari kamu, dia perempuan serakah. Dia juga nggak bisa ngasih kamu anak. Lantas, apa yang membuat kamu ragu? " tanya Luna. "Oh, kamu masih menginginkan hartanya? Iya, Mas? Bukannya kamu bilang, kalau aku dan anak kita adalah segalanya di banding dia ataupun hartanya?"Dada Kaila naik turun, ucapan adik madunya itu sudah keterlaluan. Demi berhasil mendapat talak dari sang suami, Kaila memilih mengunci mulutnya rapat-rapat tanpa mau menyahut. "Talak dia sekarang juga atau aku bunuh diri bersama b
Kaila tertawa mendengar ucapan dari mantan mertuanya itu. Sebenarnya, perempuan paruh baya itu tahu atau tidak sih, perbuatan anak-anaknya? Kenapa selantang dan seberani itu mengungkit hak-hak mereka yang katanya sudah Kaila ambil. Anak dan Ibu nggak ada yang beres, sama-sama Zalim."Apa Ibu, sudah mencari tahu kebenarannya sebelum datang kesini? Jika, Ibu belum tahu kenapa Mobil dan Rekening putra ibu aku ambil, silahkan pulang dan tanyakan pada mereka!" "Cih, dasar sombong! Belagu banget jadi orang, sok-sokan!" Umpat Bu Diana. "Terserah Ibu, mau menilai aku bagaimana. Aku nggak perduli!""Kamu jangan macam-macam, ya! Mama bisa laporin kamu kepolisi atas tuduhan perampasan aset, mau masuk penjara kamu?" Ancam Bu Diana dengan mata mendelik."Laporin aja, Bu! Aku nggak takut. Aku tinggal lapor balik, dan kita lihat siapa yang bakal masuk penjara." Balas Kaila tak takut, baginya ancaman Bu Diana itu tidak ada apa-apanya. "Kamu itu kenapa jadi manusia serakah banget! Ngerasa nggak cuk
Seminggu berlalu, Kaila mulai terbiasa tanpa ada kehadiran Andika di sisinya. Bohong jika dia tidak merindukan laki-laki itu, laki-laki yang sudah menemani hari-harinya selama dua tahun terakhir. Laki-laki yang dulunya memberi kebahagian dan senyuman. Namun, Begitu mengingat perbuatan Andika, dengan cepat Kaila menapik rasa rindu itu dan menyadarkan dirinya bahwa laki-laki itu sudah menyakiti hatinya berkali-kali. Demi mengusir rasa gundah dan kesedihannya, ia menghabiskan waktu dengan bekerja dengan begitu kesedihannya akan sedikit terlupakan walaupun tidak semuanya hilang paling tidak Kaila tidak terpaku dalam kesedihan tersebut. Pagi ini, Kaila tidak masuk kerja. Perempuan cantik itu berniat mengahadiri acara syukuran Pak RT yang akan pergi haji ke tanah suci seminggu lagi. Rasanya tidak enak, jika terus-terusan tidak menghadiri acara yang ada di kompleknya itu. Bisa-bisa nanti dirinya di sebut tidak mau bergaul dengan warga di sana. Padahal, sewaktu Pak RT mengadakan Tasyakuran a
Semua Ibu-ibu yang sedari tadi menyimak pertengkaran antara Bu Diana dan Ibu-ibu lainnya itu, tercengan mendengar penjelasan Kaila. Bukan tanpa sebab mereka begitu, apa yang di jelaskan oleh Kaila berbanding terbalik dengan apa yang Bu Diana katakan selama ini. Sekarang mereka mengerti, rupanya Bu Diana selama ini cuma mengatakan omong kosong! "Wah, nggak benar ini! Berarti, selama ini Bu Diana cuma ngaku-ngaku. Jangan-jangan perihal Mbak Kaila yang mandul, suka ngelawan suami dan kasar sama orang tua itu, cuma alasan Bu Diana aja Supaya bisa membenarkan anaknya menikah lagi dengan pelakor ini?" Timpal seseorang di tengah kerumunan orang banyak itu. "Enggak nyangka ternyata Bu Diana pembohong dan pro pelakor!" "Ibu-ibu!" Teriak Ibu yang sedari tadi merekam. "Musnahkan pelakor dari muka bumi ini! Jaga baik-baik suami kita, jangan sampai di goda oleh perempuan murahan ini!" Serunya pada yang lain. "Emang dasar perempuan gatel! Tukang rebut suami orang! Perempuan murahan!" Cemooh ses
"Eh, Bu Sinta Bu Ratna! Ngapain kalian kesini, hah? kalian jangan ikut campur masalah keluarga saya!" Seru Bu Diana yang tidak terima kedua Ibu-ibu itu membantu Kaila. "Siapa yang ikut campur sih, Bu? Kami ini cuma lagi membantu tetangga kami yang di zolimi oleh mantan mertuanya! Masa iya, sebagai tetangga yang rukun, kami diam aja! Nggak bisa lah!" Balas Bu Ratna. "Terima kasih, Bu-ibu! Tapi, saya bisa kok, menyelesaikannya sendiri." Ucap Kaila tak enak jika tetangganya ikut-ikutan terserat dalam masalah pribadinya. "Tidak apa-apa, Mbak Kaila. Kita bantuin aja! Mantan mertua seperti Bu Diana ini emang pantas di serang sama warga supaya mulut nyinyirnya itu diam. Tidak ada malunya sama sekali, merasa paling benar dan paling segalanya. Rasanya pengen Ibu kasih sambal tu mulut," celetuk Bu Sinta. "Berani ya kamu sama saya, Bu Sinta!" Tantang Bu Diana."Loh, emangnya selama ini saya takut sama situ? Sama tukang nyinyir kok takut, aneh! Takut itu sama Allah, Bu!" Balas Bu Sinta. "Ibu
Pagi ini, wajah ceria Kaila kembali terlihat setelah dua bulan terakhir terlihat muram. Perempuan itu merasa lega perceraiannya dengan Andika berjalan mulus, kini saatnya dia menyambut hidup baru dan menatanya sebaik mungkin jangan sampai kesalahan yang dulu terulang kembali. Baru saja keluar pintu rumah, Andika sudah berdiri di samping mobilnya menunggu kedatangannya. Pagi-pagi sekali laki-laki itu sudah menyambangi rumah perempuan yang sudah menjadi istrinya tersebut. "Pagi, Kai!" Sapa Andika tersenyum manis."Mau ngapain kamu kesini?" "Jangan galak-galak, nanti ujung-ujungnya cinta. Kan, ribet! Kamu yang minta cerai, kamu juga yang minta balikan." Seringai Andika meledek. "Jangan halu!" "Siapa yang halu? Mas kan cuma bilang, memangnya kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Enggak, kan? Bisa aja kita bersatu lagi, nggak ada yang tahu, Kai! Jika memang kita sudah di takdirkan untuk selalu bersama, sekuat apapun kita mencoba untuk berpisah pasti akan bersatu lagi.""Tidak
"Mama!" Pekik Andika dan Luna berbarengan. Keduanya tidak menyangka jika Bu Diana nekat mendorong Bu Nia sampai tersungkur ke lantai. "Kenapa?" Tantang Bu Diana. "Jangan kalian pikir, saya bakal diam aja di tuduh seperti itu! Terlebih kamu! Bu Besan! Hati-hati kalau ngomong!"Luna gegas membantu sang Ibu untuk berdiri. Dia menatap Bu Diana dengan tatapan tidak suka, begitu juga dengan Bu Nia. Terpancar kemarahan di sorot matanya, rahangnya sudah mulai mengeras. Harga dirinya jatuh seketika di perlakukan tidak hormat oleh besannya itu. Mau membalas, Bu Nia takut. "Kamu jangan keterlaluan, Bu Besan! Ini tu sudah termasuk kekerasan, saya bisa laporkan kamu kepolisi!" Bu Nia mengancam balik. "Eh, Bu Nia! Jangan kamu pikir saya tidak bisa melaporkan kamu juga. Siapa yang menuduh saya duluan tanpa bukti, hah? Siapa?" Tantang Bu Diana sambil berkacak pinggang. "Kalau situ mau lapor polisi, saya juga bisa melaporkan kalian berdua!""Dasar mertua gila!" Hardik Luna. Perempuan itu kesal sete
"Sudah seminggu Dika nggak kesini ya, Pa?" Seru Bu Diana pada suaminya. "Mungkin dia sibuk mengurusi Luna, Ma. Maklum saja, Luna kan habis keguguran pasti dia sangat membutuhkan Dika di saat-saat seperti itu.""Alah, emang anaknya aja yang manja pengennya di perhatiin terus. Seharusnya dia mikir juga dong, kalau Kakak kandungnya Dika juga di rawat di rumah sakit. Sudah sepatutnya sebagai Adik, Dika juga ikut menjaganya di sini, bukan malah mengurusi perempuan manja itu. Lagian Pa, Luna kan sudah di urus sama orang tuanya, pastinya Dika nggak ngapa-ngapain di sana. Selama Fatur di rawat Dika cuma pernah jengukin satu kali, Pa!" Omel Bu Diana. "Sudahlah, Ma. Bukannya, Sudah ada kita berdua yang menjaga Fatur di sini? Biarkan Dika dengan istrinya. Toh, kalau Dika di sini juga mau ngpain? Nggak ada, kan?" "Emang susah ngomong sama Papa!" Gerutu Bu Diana. "Benar kata Mama, Pa!" Timpal Fatur yang sudah mulai membaik. "Mama sama anak sama saja," ujar Pak Dani. Pak Dani hanya menggelen
PLAK!!!Andika mendapatkan sebuah tamparan di pipi kanannya ketika baru saja bertemu dengan Pak Jaya orang tua Kaila. Setelah Andika memberi kabar pada orang tua Luna, perempuan itu juga segera mengirim pesan pada orang tuanya. Dia menceritakan secara singkat apa yang sudah terjadi padanya, bagaimana dia bisa keguguran. Luna berharap orang tuanya dapat memberi pelajaran pada sang suami, karena biar bagaimana pun Luna saat ini membenci Andika. Manusia yang menyebabkan janinnya keguguran!"Apa yang sudah kamu perbuat pada anak saya, hah?" Bentak Pak Jaya pada menantunya itu. "Maaf, Pa! Dika nggak sengaja.""Tidak sengaja katamu? Tidak sengaja saja anak saya keguguran, itu artinya kalau kamu sengaja Luna bisa mati di tangan kamu, begitu?""B-bukan begitu, Pa! Dika benar-benar tidak sengaja. Saat itu, Dika dan Luna sedang berdebat. Entah bagaimana ceritanya Dika tidak sadar lalu mendorong Luna kesofa," jelas Andika. PLAK!"Kurang ajar! Berani sekali kamu mendorong anak saya, bahkan saya
"Mama jangan menuduh orang lain sembarangan," tegur Pak Dani pada sang istri setelah Dokter yang memeriksa Fatur pergi dari sana. "Siapa yang menuduh, Pa! Emang bener kok, Fatur sama Kaila lagi ada masalah. Fatur di pecat dari kerjaan dan mobilnya juga di sita, itu semua ulah siapa? Ulah mantan menantu kesayangan Papa itu, kan?" "Bukan berarti Kaila yang melakukan penganiayaan itu, Ma!" "Mama yakin 100 persen kalau itu ulah dia, Pa!" Ujar Bu Diana penuh keyakinan. "Jika memang benar, coba kasih tau Papa, apa alasan Kaila melakukan itu semua?" Tanya Pak Dani pada istrinya. "Ya,.... mana Mama tau alasannya apa!""Tuh, kan! Mama aja nggak bisa jawab. Itu berarti memang bukan dia pelakunya. Coba Mama fikir, buat apa Kaila membayar orang buat mukulin anak kita? Toh, kedudukannya lebih tinggi ketimbang anak kita. Dia pemilik perusahaan ternama, punya kehidupan yang berkecukupan, selama ini Papa juga mengenal dia sebagai anak yang baik budi pekertinya. Buat apa dia menganiaya Fatur? Ti
Tiba di Rumah sakit, Luna langsung di bawa keruang UGD untuk di periksa."Maaf, Pak! Yang boleh menemani hanya satu orang. Di harapkan selama dokter melakukan tindakan, pihak keluarga segera mengurus administrasi guna memperlancar semuanya." Ucap salah satu petugas rumah sakit di sana. "Baik, Sus! Tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya." Pinta Andika."Tentu saja, Pak! Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu istri, Bapak." Ujar petugas itu lagi, kemudia dia masuk kedalam ruangan. Andika dan Bu Diana masih tertinggal di luar. "Ma, Mama punya uang?" Tanya Dika. "Mama mana punya uang, Dika!" "Tabungan ada, Ma?" "Boro-boro punya tabungan, untuk kebutuhan sehari-hari aja kurang!" Jawab Bu Diana. "Kok nggak ada tabungan, Ma? Bukannya selama ini Dika selalu kasih uang lebih ke, Mama? Mama kemanain uangnya?" "Ya elah, Dika! Jangan sok polos begitu, uang yang selama ini kamu kasih ya buat kebutuhan Mama lah! Bayar arisan, ngumpul sama teman-teman, perawatan d
"Ibu sama Luna duduk dulu," kata Andika sambil membantu Bu Diana duduk di sofa ruang tamu. "Cepetan kasih tau Mama, apa maksud kamu ngomong begitu sama mantan istri kamu itu?" Tanya Bu Diana tak sabaran.Andika menghela napasnya. sungguh! Mamanya tidak sabaran. "Ma, Dika cuma mau mengambil hati Kaila, biar bagaimana pun Dika masih cinta sama dia. Dika butuh Kaila, Ma! Butuh sosoknya yang lemah lembut, selalu memberi suport jika Dika ada masalah, dan cuma dia perempuan yang bisa menerima keadaan keluarga kita yang sederhana ini, Ma!" Jelas Dika tanpa menoleh ke arah sang istri. "Cinta? cinta terus yang kamu omongin. Kalau kamu beneran cinta kenapa kamu selingkuh, Dika!" geram Bu Diana. "itu kan, Mama yang maksa supaya aku deketin anaknya Mama Nia." jawab Andika. "Kenapa kamu jadi nyalahin, Mama?""Loh, emang benar Mama yang salah, kan?" balas Andika tak mau kalah. "Ya sudah, kita lupain itu! sekarang coba jelasin, kenapa kamu mau mulangin Mama ke kampung? tega kamu sama orang tua
"Seperti yang Pak Wisnu dengar tadi, mantan ibu mertua saya ngotot agar anaknya mendapatkan harta gono-gini. Bagaimana menurut, Bapak?" Tanya Kaila ketika mereka sudah sampai di rumah. "Harta gono-gini wajib di bagi setelah kalian bercerai, baik yang sifatnya piutang maupun hutang. Dengan catatan, harta tersebut adalah harta bersama. Harta benda yang di kumpulkan atau di peroleh selama perkawinan," Jelas Pak Wisnu. "Nona, bisa memberitahu saya berapa jumlah atau dalam bentuk apa saja harta bersama yang kalian miliki selama dua tahun menikah. Nanti, akan saya hitung lebih dulu, kemudian baru di bagi dua." Imbuhnya lagi. Di tanya harta bersama oleh pengacaranya, Kaila malah tersenyum sungging. Apanya yang mau di bagi, sehelai baju pun Andika tak pernah membelikan apalagi yang lainnya. Meski memiliki suami, Kaila memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri tanpa ada bantuan dari Andika. Saat itu, Kaila tidak mempermasalahkannya biar bagaimana pun Andika memiliki latar belakang keluarga biasa