Berkali Yasna mencoba bertanya pada Athalia apa yang telah Mahesa lakukan hingga membuatnya menangis, tapi Athalia enggan menjawabnya.
Athalia hanya menghapus air matanya dan meminta Yasna keluar dari kamarnya untuk membiarkannya istirahat.“Kakak lelah, tolong kau pergi ke kamarmu!” pinta Athalia, sembari mendorong pelan Yasna menuju pintu keluar.Yasna menggeleng tegas. “Tidak mau. Kakak harus mengatakannya dulu padaku! Kakak tidak akan mungkin menangis jika Tuan Mahesa tidak menyakiti hati Kakak.”Meskipun Yasna terus mendesaknya untuk menjawab, Athalia tetap menggelengkan kepala.“Tidak ada, Yasna. Dia tak mengatakan apa pun. Sudahlah, tidak usah khawatirkan Kakak. Cepatlah tidur! Besok kau harus berangkat sekolah!” setelah mengatakan itu, Athalia lantas menutup rapat pintu kamarnya di depan Yasna dan membuat Yasna menghembuskan napas pelan.Menatap pada pintu kamar kakaknya yang menutup, Yasna berdecak kesa“Bayiku?” ulang Mahesa, makin mengerutkan keningnya.Yasna mengangguk tanpa ragu. “Ya, sayangnya kenyataannya begitu. Aku tidak suka kau membuat kakakku menangis. Dengar, Tuan Mahesa. Mungkin kau memiliki segalanya. Tapi kau tidak memiliki hati. Kak Athalia telah memberikan banyak cinta untukmu. Aku selalu menyayangkan kenapa dia masih saja memikirkanmu sementara kau sudah tak peduli padanya. Kau sama sekali tidak pantas untuk kakakku. Kak Athalia terlalu tulus untuk lelaki berengsek sepertimu!” Yasna berteriak, sementara Mahesa tiba-tiba memejamkan mata dengan tubuhnya yang mendadak sedikit limbung.Hampir saja Mahesa jatuh ke lantai andai dia tak segera bertumpu pada meja kerjanya.“Tuan Mahesa, mulai sekarang aku peringatkan padamu! Jangan pernah ganggu kakakku lagi! Biarkan dia hidup bahagia tanpamu! Jangan pernah membuat Kak Athalia menangis lagi!” Yasna seakan tak merasa takut pada Mahesa yang jelas umurnya saja beda ja
Bukan hal mudah untuk tetap bertahan mencintai seseorang yang kata-katanya kerap menyakiti hati.Athalia merenungi perasaannya. Bertanya pada dirinya sendiri. Lelahkah ia mengharapkan sosok Mahesa yang selalu melukai perasaannya?Duduk di kursi depan rumahnya, Athalia melamun sendirian, bertemankan oleh senyap yang setia mendekapnya.“Mahesa, apakah tidak tersisa sedikit pun kenangan tentang kita di dalam memorimu? Aku selalu menanti setiap detiknya, saat dimana kau ingat semuanya dan kembali padaku. Tapi sepertinya itu tak mungkin. Semakin aku bertahan, aku akan semakin merasa sakit. Apakah ini saatnya aku harus melupakanmu?” lirih Athalia yang tanpa sadar menitikan air mata.“Athalia.” mendengar suara maskulin seorang lelaki yang tak asing di telinga, segera Athalia mengusap pipinya yang basah dan mengangkat wajah untuk menoleh pada lelaki itu yang kini berdiri di sampingnya.“Dean?” pekik Athalia berdiri, entah ka
“Dirly, habiskan makananmu! Nanti Papamu bisa marah kalau kau tidak makan dengan benar,: perintah Damar pada Dirly yang duduk di meja makan bersamanya dan Rita.“Aku sudah kenyang, Kek.” Dirly mendorong piringnya dengan tangan. Lalu kembali menundukan wajahnya dengan murung.Sikap yang ditunjukkan oleh Dirly membuat Rita dan Damar menghela napas.Bahkan tadi Dirly hanya menyentuh sedikit makanannya.“Tidak, kau belum makan dengan benar. Kakek ingin melihatmu menghabiskan makanan ini. Dirly, kau tahu ‘kan kalau menyia-nyiakan makanan itu tidak baik. Jadi sekarang habiskanlah makananmu.” Rita kembali meletakan piring itu di depan Dirly, meminta Dirly untuk menghabiskannya.Namun, Dirly menggelengkan kepala. “Aku sudah kenyang, Nek. Aku tidak mau makan lagi.”Dirly turun dari kursinya dan hendak meninggalkan ruang makan itu. Akan tetapi langkahnya terhenti saat ia melihat siapa yang baru saja datang.
“Kau ingin bertemu dengan kakakku?” ulang Yasna, lalu ia tersenyum kecut. Kepalanya menggeleng tegas. Raut wajah Yasna menatap Mahesa dengan tatapan tak suka.“Kak Athalia tidak ada! Sebaiknya kau pulang saja dan berlindung di balik ketiak ayahmu. Kalian keluarga Anderson memang tak memiliki hati. Biarkan Kak Athalia hidup tenang dengan menjalani kehidupan barunya. Kau nikmati saja hidupmu sendiri dengan kekasihmu yang bernama Kiran itu. Jangan pernah mengganggu kakakku lagi!” Yasna mendorong dada Mahesa dengan kuat.Namun karena tubuh Mahesa yang tinggi kekar, tentu saja dorongan tangan mungil Yasna tak membuatnya mundur sedikit pun.Mahesa hanya merasa bersalah dan meresapi ucapan Yasna.“Aku minta maaf, Yasna. Sungguh, aku sangat menyesali apa yang telah kulakukan. Aku baru mengingat semuanya sekarang. Aku ingin siapa Athalia bagiku, aku ingat kau juga ingat Bu Narsih. Mohon berikan aku kesempatan untuk bertemu dengan kakakm
“Mungkin kau mudah datang dan kembali dengan kata maaf. Tapi tidak mudah bagiku melupakan setiap kata-katamu, Mahesa,” ucap Athalia.Mahesa yang matanya sudah memerah, kini hendak berjongkok dan meraih kedua tangan Athalia. Ia berlutut di depan Athalia.Athalia terkejut melihat Mahesa yang berlutut memohon maafnya. Tapi Dean hanya mendengkus masam sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.“Aku janji akan memperbaiki semua kesalahnku, Athalia. Tolong jangan hukum aku seberat ini. Aku sangat berharap kau mau kembali padaku. Jika kau mau, pukul aku Athalia! Lakukan apa pun sesukamu padaku! Tapi tolong, berikan aku kesempatan kedua. Aku tidak mau pisah denganmu juga bayi kita.” Mahesa tak bisa menahan tangisnya, ia menenggelamkan wajah di punggung tangan Athalia.Sesaat Athalia memejamkan mata, menahan sesak yang berkumpul di dalam dada, tapi kemudian Athalia membuang napasnya kasar dan menarik tangannya dari genggaman Mahesa.“Tid
Untuk pertama kalinya Athalia datang ke makam Alma seorang diri.Bukan apa, Athalia ingin mengunjungi makam dari mendiang istri Dean yang katanya sangat mirip dengannya.Sembari melangkah pelan menyusuri makam, mata Athalia berpendar menatap pada sekelilingnya, lalu pusat perhatiannya tertuju pada sebuah makan di depan sana.Sebelum ini, Athalia pernah datang bersama dengan Dean ke makam Alma. Namun kali ini Athalia benar-benar datang sendirian.Ada begitu banyak yang ingin dia utarakan di depan makam Alma. Terutama isi hatinya.“Hai, Alma. Aku datang lagi, kali ini aku tak bersama suamimu.” Athalia berkata sembari berjongkok di samping makam Alma dan menaruh buket bunga di atas makam.“Entah mengapa aku ingin pergi berziarah ke makammu. Alma, Dean telah melamarku dan sebentar lagi kami akan menikah. Sebenarnya … ada banyak sekali sesuatu yang kupendam dalam hati dan tak bisa kuutarakan di depan Dean,” ucap At
“Aku tidak bisa menerima penghinaan ini. Kau tak bisa membujuk Mahesa untuk kembali padaku, jadi ayahku akan berhenti menanamkan modalnya di perusahaanmu!” Kiran berkata dengan tegas pada Leuwis yang berdiri di depannya.Hari ini Leuwis datang menemui Tuan Gwen karena ia mendapat kabar kalau ayah kandung Kiran itu sudah membatalkan kerja samanya dengan perusahaan milik Leuwis.Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap perusahaan milik Leuwis karena perusahaannya yang baru saja bangkit dari kebangkrutan, sekarang malah kembali terancam karam.“Biarkan aku bicara sebentar dengan ayahmu. Aku yakin dia mau mendengarkannya.” Leuwis membujuk Kiran yang menahannya di ambang pintu utama.Kiran memang tak membiarkan Leuwis masuk ke dalam rumahnya. “Siapa bilang aku mau mendengarkanmu, Leuwis? Simpan saja omong kosongmu itu. Buktinya kau tak bisa menepati janji untuk menyatukan Kiran dan Mahesa. Sekarang pergilah! Jangan
Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s