Jane sekali lagi keluar dari ruang rapat. Callen menyuruhnya pergi kali ini. Mereka sepertinya mengobrol dengan baik.Vivienne yang pertama kali melihat sosok Jane dan hendak bertanya, "Apakah Anda sudah mencapai kesepakatan?"Sesosok tinggi kemudian muncul di depan semua orang."Ini ...."Jane ke samping. "Aku akan memperkenalkan pada kalian. Ini Callen Feroch, perwakilan dari perusahaan pihak kedua."Vivienne, yang bertanggung jawab atas proyek tersebut, melangkah maju dan mengulurkan tangannya. "Halo, Tuan Feroch, aku adalah ....""Vivienne, aku yang akan meneruskan proyek ini."Jane dengan tenang menyela Vivienne.Vivienne terlihat bingung."Kita akan bicara begitu kita kembali," bisik Jane di telinga Vivienne.Callen Feroch secara pribadi mengantar mereka turun ke pintu masuk utama.Sekretaris wanita di sampingnya terlihat terkejut. Dia menatap Jane sekali lagi ... CEO misterius itu tidak sering terlihat di Kota S. Kabarnya dia memiliki banyak rantai industri, dan perus
"Kau yang melakukan ini?” Jane menekan amarahnya. Matanya melihat ke arah kekacauan yang ada di lantai. Dia jelas-jelas bertanya apakah lelaki yang ada di seberangnya ini yang membuat kekacauan. “Maaf.” Lelaki ini minta maaf dengan suara sangat pelan, seperti berbisik, matanya penuh dengan rasa bersalah. Jane hampir saja tertawa sambil marah. Dia melihat ke arah lelaki yang berada di belakang wastafel. Dia dulu begitu sombong untuk mengakui kesalahannya, namun sekarang dia begitu cepat untuk mengakuinya. Akan tetapi, dalam sorot mata Jane, ada jenis kemarahan lain yang datang dari kedalaman hatinya. Tidak hanya kemarahan, akan tetapi gelombang kemarahan samar yang datang dari hatinya. Jane tidak sadar, tentu saja, kalau kemarahannya kali ini tidak diarahkan pada lelaki yang telah membuat banyak kekacauan di rumahnya. Jane melihat ke arah Sean dengan tatapan mata dinginnya dan dengan muka cemberut dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas ranselnya tanpa mengatakan sepatah
Ruangan ini begitu sunyi. Ada dua orang yang duduk di atas sofa. Jane menghubungi si pengurus rumah. Si pengurus rumah belum sampai. Jane dan Sean duduk di atas sofa sambil menunggu. Sean diam, dia melihat lurus ke arah Jane dengan kedua matanya .… Dia sudah melihatnya nyaris hingga satu jam. Akan tetapi, tidak. Tidak ya tidak. Jane tidak akan mengalah. Semuanya akan baik-baik saja selama Jane tidak melihat ke arah mata Sean yang memohon. Tak peduli apa yang Sean lakukan sekarang, sikap dingin dan kejamnya dari masa lalu telah terukir di dalam pikiran Jane. Begitu Jane melihat ke arah wajah yang sama ini, dia tidak merasa akan langsung amnesia dan kemudian melupakan apa yang terjadi di masa lalu. Jane sudah memutuskan kalau dia akan mengirim Sean ke tempat yang jauh. Dia hanya perlu menunggu Elior untuk membawanya. Jane tidak akan menyimpan perasaan yang tidak bisa dia ungkapkan dalam hatinya. Waktu berjalan, Jane mengangkat tangannya untuk ketiga kalinya dan meliha
Saat mereka menuruni lift, Jane memandang pria di belakangnya. Sesaat, dia berpikir pasti ada yang salah dengan kepalanya.Dengan cara seperti inilah, Sean mendesak Jane agar setuju untuk membawanya keluar. Sean memakai pakaian yang dia pakai dari kemarin. Saat dia mengeringkan pakaian dan sepatunya kemudian memakainya, Jane sedikit khawatir kalau Sean akan dikenali orang. "Turunkan kepalamu."Ketika pria itu mendapati gilirannya untuk keluar, dia dengan patuh menjulurkan kepalanya di depannya, memperlihatkan bagian belakang kepalanya. Tetap saja, Jane harus berjinjit sedikit untuk menarik tudung jaket Sean. "Ketika kita sampai di supermarket nanti, jangan berlarian dan jangan melepas tudungmu." "Baiklah." Jane merasa sedikit lega ketika pria itu mengangguk dengan berat. Dia mengikuti Jane dan membuka pintu kursi penumpang sebelum masuk mobil. Dia juga mengikuti apa yang dilakukan Jane ketika Sean melihatnya sedang memasang sabuk pengaman.Jane memasang wajah datar sepanjang ja
Ketika Sean dan Jane kembali dari rumah sakit, sepanjang jalan, wajah Jane terlihat datar. Mobilnya berhenti di parkiran bawah tanah. Sean mau membawa barang-barang belanjaan keperluan sehari-hari begitu dia keluar dari mobil. Awalnya, Jane mengira perjalanan ke supermarket ini akan menjadi sebuah perjalanan yang mudah, tapi setelah membawa Sean ke sana, dia menjadi ....Jane melihat ke arah tumpukan barang dengan wajah datarnya. Dia merasa kalau anggukan kepalanya sebagai tanda persetujuan untuk membawanya ke supermarket merupakan sebuah keputusan yang salah. Sean berdiri di depan Jane dengan kedua tangan penuh dengan barang belanjaan. Dia tersenyum dan bilang pada Jane dengan binar di kedua matanya kalau suasana hatinya sedang baik. Berbeda dengan Sean, suasana hati Jane begitu buruk. Keduanya memasuki lift bergantian. Sean mencondongkan badannya dengan malu-malu ke arah Jane. Jane mundur beberapa langkah karena merasa jijik. Orang normal pasti akan melangkah lebih ke be
Jane melihat Sean menghabiskan satu mangkuk mienya dengan tatapan pahit di wajahnya. Dia bahkan menghabiskan kuahnya dan mencuri pandang khawatir pada Jane. Dia berpikir kalau Jane tidak akan tahu. Berdiri perlahan, Jane mengambil piring di atas meja."Jangan bergerak, Janey.""Aku akan mencuci piring.""Jangan Janey, Sean yang akan melakukannya," ucapnya sambil bergegas mencuci piring.Jane memandang dengan ngeri. Bukan ide yang baik untuk membiarkan Sean mencuci piring. Namun, untungnya, kali ini mereka tidak menjungkirbalikkan tempat itu. Setidaknya mereka tidak membanjiri dan mengacaukan tempat itu.Jane berbalik dan menuju kamar mandi. Air hangat mengalir di kepalanya, membasuhnya berulang kali. Pada saat itu, dia melihat banyak adegan kacau di depan matanya.Adegan saat Kakek masih hidup dan saat dia dengan percaya diri menempel pada pria itu. Dia masih muda dan energik saat itu. Dia selalu berpikir dia adalah pekerja keras dan cukup baik. Siapa yang akan disukai Sean Ste
Jane telah di infus selama tiga hari berturut-turut dan kondisinya tampak membaik. Secara perlahan, suhu tubuhnya mulai turun ke suhu tubuh normal.Malam itu, dia melihat ke kasur di bawah tempat tidurnya dan kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan. Orang itu tidak akan pergi dalam waktu dekat. Dia penasaran apakah itu karena Sean menjadi tak tahu malu setelah amnesia, atau karena dia tahu Jane tidak akan mengusirnya. Orang itu telah menguji batasannya, bertindak semakin tidak masuk akal dengan mencoba segala macam metode untuk membuat dirinya tetap di kamar Jane setiap malam. Meskipun dia harus tidur di kasur di lantai, Sean merasa senang."Janey, waktunya menghangatkan kakimu."Orang itu, seperti setiap malam sebelumnya, berlari ke tempat tidurnya untuk membantunya menghangatkan kakinya.Tidak peduli seberapa dinginnya Jane menolak atau menunjukkan ekspresi tidak senang di wajahnya, Sean sepertinya tidak pernah mengerti.Dengan cemberut, Jane membiarkan orang di ujung ranjang
Kali itu, dia datang dengan persiapan.Setelah Ray memberitahunya tentang situasinya, dia membawa semua obat yang dapat dia pikirkan secepat mungkin.Wajah Dokter Walsh yang biasanya ramah berubah menjadi sangat serius pada saat itu. Ray tidak mengatakan sepatah kata pun dan segera berbalik untuk mengambil kotak obat.Dia mempercayai Dokter Walsh. Jika Dokter Walsh seserius itu, itu berarti kondisi Sean juga sangat kritis."Untung saja tubuhnya tidak mengalami shock." Setelah Dokter Walsh menyelesaikan semuanya, dia menyeka keringat dingin dari keningnya.Ray melirik selimut di lantai, menatap Jane sebentar, tapi tidak mengatakan apa-apa.Meskipun Jane tidak dimarahi, dia memalingkan muka seolah-olah dia yang salah.Setelah lama mengurusi Sean, Ray dan Dokter Walsh akhirnya harus pergi. Sesudah mereka berdua pergi, suhu tubuh Sean menurun. Dokter Walsh bilang jika suhu tubuhnya tidak kembali normal, maka Sean harus dibawa ke rumah sakit.Ray dan Jane panik.Saat itu, bukan saa
Namaku Luka Stewart. Itu nama yang aneh, bukan? Seperti, 'look! A stew.'Kakek yang menamai aku. Selama bertahun-tahun aku sebagai seorang anak kecil, kakekku bukanlah orang yang baik.Selain itu, lihat saja nama yang dia berikan padaku. Dia memiliki nama yang sangat bagus, tapi dia memberiku nama yang aneh.Namun, setiap kali aku memprotesnya, dia selalu bilang jika itu adalah kesalahan Ayahku. Jika Ayah adalah seorang gadis, itu akan menjadi namanya. Lihat kan, Kakeklah yang memberiku nama begitu buruk, tapi dia terus menyalahkan Ayahku.Oh, aku lupa memperkenalkannya dengan benar. Nama kakekku adalah Sean Stewart. Rupanya, dia cukup memukau di masa mudanya. Nenekku adalah Jane Dunn. Kadang-kadang aku penasaran kenapa mereka berdua bisa bersama. Mereka benar-benar orang yang berbeda. Kakek dan nenekku bercerai sebelum ayahku lahir. Setelah bercerai, keduanya tidak pernah menikah lagi. Mereka mungkin seharusnya berpisah dengan damai, tetapi Kakek sama sekali tidak
Di rumah sakit, pintu bangsal terbuka tanpa suara. Kali ini, Dos tidak melaporkan kedatangannya di depan. Ketika Elior tiba dengan tergesa-gesa, dia langsung melihat wanita itu.Sebelum dia mengatakan apapun, Alora menariknya kembali ke koridor. Pintu terbuka dan tertutup lagi.Pria di tempat tidur berbaring miring, tertidur lelap.Tidak ada yang tahu apa yang dia mimpikan, namun kerutan di wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak memiliki mimpi yang menyenangkan.Tangannya bertumpu pada selimut, cincin kawinnya masih melingkari jarinya.Wanita itu mendekatinya perlahan, akhirnya berhenti di depan ranjang rumah sakitnya.Matanya cerah dan jernih, tatapannya tertuju pada cincin di tangannya.Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan juga.Jane hanya menatap cincin itu untuk waktu yang sangat lama, sampai dia dalam keadaan linglung.Setelah beberapa waktu, mata pria itu terbuka. Hal pertama yang dia lihat adalah orang dalam mimpinya.Sean tersenyum pucat. "Oh, aku bermimpi lagi."
"Jane, Erhai bukanlah surga. Yang kau sebut sebagai kedamaian hanyalah pelarian," kata Alora dengan sungguh-sungguh.Alora seharusnya tidak mengatakan semua ini, tetapi dia melihat beberapa hal yang tidak dapat dilihat oleh orang-orang yang terlibat dalam sebuah masalah.Mungkin gambarnya selalu terlihat lebih jelas dari luar. Mungkin tidak.Meski begitu, Alora bisa melihat dengan jelas bahwa Jane ragu-ragu.Tiga tahun lalu, dia telah membantu Jane melarikan diri karena dia dengan tulus ingin Jane menjalani kehidupan yang damai sejak saat itu.Banyak hal berubah dalam tiga tahun.Alora juga sudah dewasa.Karena kedewasaan barunya inilah dia tidak pernah berhenti memikirkan pelarian Jane ini. Apakah dia benar membantu Jane melarikan diri tiga tahun lalu? Atau apakah itu sebuah kesalahan?Samar-samar, Alora mulai berpikir bahwa dia salah.Alora benar-benar ketakutan. Dia tidak mungkin berhenti melihat sekelilingnya. Dia menyaksikan orang-orang dan fakta-fakta yang ada.Selama t
“Jadi, hari ini kau datang ke sini untuk mendiskusikan lelaki tua itu denganku?" Pria di tempat tidur itu terkekeh, jelas terlihat ketidakpercayaan di sorot matanya. "Michael Luther, orang tua itu tidak takut meski aku sekarat. Dia memiliki cucu lain untuk mewarisi tahtanya."Ironisnya Michael tertawa.“Apa kau pikir aku harus kembali ke rumah Stewarts? Tempat kotor itu.”"Kau tidak menginginkan Stewart Industries?" Kata Sean dingin. "Kalau begitu, aku khawatir kau akan kecewa." "Stewart Industries, huh." Michael menyapu pandangannya ke arah Sean dan melihat ke luar jendela. "Stewart Industries adalah panci yang cukup manis, jadi kurasa aku menginginkannya. Maukah kamu memberikannya padaku?”"Jika tidak, apa kau akan mengambilnya dengan paksa?"“Jika kau yang memegangnya, pasti aku akan melakukannya.” Michael tidak berusaha menyembunyikan ambisinya. “Tapi jika kau mati, aku tidak akan mengambilnya darinya.”Sean menyipitkan matanya. “Yah, kau benar-benar setia pada perasaa
Michael Luther menerobos masuk ke Rumah Tuan Besar Stewart."Kau dalang dibalik ini semua kan?" Tanpa peringatan atau konteks apa pun, dia berteriak pada Tuan Besar Stewart, yang dengan diam menyesap tehnya."Kau datang entah dari mana dan kau hanya di sini untuk menunjukkan rasa tidak hormat pada kakekmu ini?" Tuan Besar Stewart meletakkan cangkir tehnya, wajah tuanya berubah menjadi kaku. "Kau yang menempatkan kepala pelayan Summers ke sana, bukan?""Kalau tidak, dia tidak akan pernah berani." "Apa maksudmu? Apa yang aku lakukan pada Summers?""Kau ada di balik kecelakaan Jane. Itulah yang ingin kuketahui. Benar atau tidak?" Michael berada di samping dirinya sendiri.Saat Tuan Besar Stewart mendengar nama Jane, ekspresinya langsung berubah menjadi masam. "Apa ini? Apa kau berani menentang kakekmu demi dia?" "Itu artinya ... kau mengakuinya."Michael mengepalkan tangannya, seluruh tubuhnya gemetar karena marah. "Apa yang Jane lakukan hingga menyinggung perasaanmu?""S
Selama tiga hari berikutnya, orang itu tidak mengambil satu langkah pun ke dalam rumah.Tres dan Cuatro berdiri di depan pintu seperti sepasang dewa pelindung tanpa ekspresi.Tempat tinggal sebelumnya sedikit banyak hancur, jadi Jane kembali ke Stewart Manor. Jauh di dalam Manor, dia tidak bisa mendengar burung atau mencium bau bunga. Kepala pelayan itu juga sangat profesional, dan segalanya telah diatur untuk Jane. Selain Tres dan Cuatro, tidak ada siapa-siapa yang Jane bisa dia ajak bicara. Tidak, bahkan Tres dan Cuatro tidak berbicara dengannya.Adapun kepala pelayan keluarga, dia selalu bersikap sangat sopan dengan Jane setiap kali mereka bertemu.Telinganya sekarang praktis tidak berguna, mulutnya hanyalah hiasan.Beberapa pelayan di sekitar rumah tampak familier, sementara yang lain tampak baru. Tidak masalah. Tidak peduli siapa yang melihatnya, mereka hanya akan mengangguk dengan hormat dan kemudian berjalan mengelilinginya.Satu-satunya orang yang tidak keberatan dia
Hari pengoperasian transplantasi sumsum tulang Jason sudah dekat.Jason sudah ganti baju dengan baju bedah. Nyonya Dunn menemaninya."Jangan gugup, Jason. Semuanya akan baik-baik saja." Nyonya Dunn menghibur. Meski begitu, putranya tetap diam.Saat dia menatap pipi kurus putranya, dia mengutuk Jane di dalam hatinya lagi."Jika bukan karena orang baik hati yang cocok denganmu, si bocah Jane hampir membuatmu terbunuh."Jason tampak tersinggung."Bu! Hentikan!""Hah? Ada apa denganmu?"Ibu merasa kasihan padamu. Kenapa kamu membentakku?""Bu, jangan bicara tentang Jane seperti itu.""Kenapa tidak boleh? Dia bahkan tidak peduli dengan anggota keluarganya sendiri."Nyonya Dunn membenci putrinya ini dari lubuk hatinya.Meskipun telah diklarifikasi jika dia memang salah mengira kalau Jane bukan anaknya, Nyonya Dunn tetap bersikap bias terhadap putrinya. Bagaimanapun, dia telah membesarkan putranya dan berada di sisinya sejak dia masih kecil, jadi dia lebih dekat dengan putranya.
Hari-hari berlalu. Pria itu hendak memasak semua makanannya. Ketika Sean pergi bekerja, dia akan membawa wanita itu, menjaga dia dalam garis pandangannya sepanjang waktu. Mereka tampak seperti pasangan yang manis dan penuh kasih.Tatapan orang lain terlihat iri saat mereka melihat Jane.Seiring waktu, semua orang di sekitar tahu.Seseorang menghela nafas. 'Jane Dunn dari keluarga Dunn akhirnya berhasil. Dulu ketika dia mengejar Sean, dia adalah orang yang sangat gigih.'Yang lainnya menyerocos. Jane akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya.Suatu akhir pekan."Aku ingin melihatnya.""Siapa?""... Kakakku."Sean mengedipkan matanya. Meski begitu, dia tetap menjaga raut mukanya."Kamu tak perlu mengkhawatirkan Jason."Sikapnya santai sekali.Jane mengepalkan tangannya. Setelah beberapa saat .… "Kondisinya tidak terlalu bagus. Aku ingin bertemu dengannya.""Apakah aku tidak memperlakukanmu dengan cukup baik?" Pria itu sangat yakin jika Jane mencoba melarikan diri darinya
Jane akhirnya terbangun. Saat dia sadar, ruangan itu redup. Dia bangkit dan berjalan ke ruang tamu. Jane tidak terkejut melihat pria yang sedang duduk di sofa di bawah cahaya hangat menonton TV.Di ruang tamu, volume TV disetel paling rendah seolah Sean khawatir akan membangunkan Jane jika terlalu berisik.Langkah kaki ringan terdengar dari koridor. Pria itu berbalik untuk melihat.Mereka bertemu pandang.Emosi keduanya tidak meningkat secara drastis. Mereka seakan sudah lama menjadi suami istri. Sepertinya mereka juga saling mengerti tanpa perlu berkata-kata. Tak satupun dari mereka merusak kedamaian yang aneh ini.Seolah-olah ... mereka hidup tenang bersama.Pria itu berdiri, berjalan ke konter bar, menghangatkan kembali piringnya, dan meletakkannya di konter bar.Wanita itu berjalan dalam diam, lalu duduk untuk makan.Seakan tidak pernah ada ikatan benci dan cinta di antara mereka, seperti tidak ada kenangan yang menyakitkan di antara mereka.Siapapun pasti mengira suasanan