Sudah tidak ada lagi harapan, mereka pasti yang akan mendapat giliran untuk disantap oleh para monster ini.Wajah para monster semakin mendekat, memberikan tanda menyeringai dari rasa haus yang tidak sabar lagi.“Bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?” tanya kembali si gadis penyihir.Rekannya pun tidak bisa memberikan jawaban apa-apa, bagaimana mungkin dia mampu memberikan ucapan di dalam situasi seperti ini?Kedua kakinya saja sudah dalam keadaan gemetar parah, melangkah saja mustahil dari sana.Waktu sudah tiba, salah satu dari monster memacu kakinya untuk menerjang ke arah mereka.Dengan jantung yang berdebar, pikiran sudah meninggalkan tubuh. Satu hal yang terngiang di dalam pikiran, yaitu kematian. Mereka harus pasrah dengan apa yang akan terjadi ini.Crash...Mata mereka menutup rapat dalam ketakutan, tapi suara ini bukan dari tubuh mereka. Perlahan rasa penasaran mendorong untuk membuka mata mereka.Sangat mengejutkan, sosok monster yang tadi begitu bersemangat sudah tidak l
Rezail mencoba memahami perkataan itu, sama sekali hal tersebut tidak memberikannya jawaban yang diinginkan.“Huh... aku pikir kita memang hanya dapat berharap kebaikan, demi dirinya dan demi semua penduduk yang ada di sini...”“Ya, itu yang memang mungkin dapat kita lakukan! Sekarang hanya berharap dengan sebuah keadaan yang nyata...”Kembali terjadi ledakan yang membuat segenap jantung di sana bergetar, mereka menoleh secara bersamaan. Asap hitam pekat muncul dari kejauhan, itu tampaknya bukan pertanda baik.Mereka tidak bisa memastikan keadaannya, terjebak di sini mungkin bukan sesuatu yang terlalu baik, tapi di saat seperti ini juga mereka harus bersabar.“Apa yang terjadi di sana?” tanya seorang petualang.Tidak ada jawaban yang dapat diberikan, kecuali mereka berada di lokasi kejadian.Bisa dibilang kalau Azazel sudah bera
“Guild Master, apa ini memang sudah berakhir?” tanya Rezail yang menginginkan penjelasan.Barrier masih belum diturunkan untuk berjaga-jaga akan terjadinya penyerangan berikutnya.Jawaban pasti belum bisa diberikan, Henrien sudah menyuruh beberapa orang untuk memeriksa keadaan sekitar.Dan, kabar yang diinginkan masih belum sampai.“Untuk sekarang kita sebaiknya tetap bersiaga, ini masih belum tentu aman...” balas Henrien.Sorotan matanya menggambarkan kekhawatiran yang bahkan tidak dapat untuk ditolak Rezail.Di saat ini juga Rezail menyadari kelemahannya sebagai petualang, gelar yang didapatkannya masih belum cukup untuk menjadi bukti kehebatan.“Apa ini memang perbuatan pria itu? Dia mampu melakukan ini sendirian, bahkan kami di sini seperti anak ayam yang hanya bisa pasrah akan kondisi yang terjadi...”
Momen yang sungguh tidak dapat Azazel percayai, dia menjadi pusat perhatian semua orang.Wajah mereka tampak menerima kehadirannya sebagai seorang pahlawan, di sisi lain mereka tidak peduli kalau Azazel akan marah.Dan, memang marah untuk hal kecil seperti ini tidaklah etis. Helaan napas panjang yang hanya diberikannya, tanda pasrah yang terus saja mengganggu pikirannya.“Apa hal ini penting untuk dilakukan?” tanyanya ketika semua orang sudah bersenang-senang dengan waktu.Pandangan Henrien jauh lebih cerah, bahkan kali ini senyuman murah hati diberikan.“Jangan berkata seperti itu, kau merupakan pahlawan dari kota ini! Akan sangat wajar kalau kami memberikan penghormatan atas yang telah dirimu lakukan...”Bagi sebagian orang mungkin hal semacam ini merupakan prestasi gemilang, akan tetapi tidak demikian dengan Azazel.S
Mendengar solusi semacam ini tidak memicu semangat di dalam hati Henrien, justru bibirnya dibuat melengkung dengan penuh kesukaran.“Pahlawan ya, tidak akan mungkin mereka mau menyelamatkan kami dari ancaman skala kecil seperti ini!”Benar, ada banyak alasan yang harus menjadi landasan untuk berkorban dari semua ini. Di setiap permasalahan yang tercipta akan memicu tindakan tersendiri, dan kelas seperti seorang pahlawan tidak perlu mengurus permasalahan kecil.“Ada satu hal yang tidak aku mengerti, jika kekuatan ini memiliki kengerian, apa skala yang tercipta begitu luas?”“Kalau masalah itu, aku tidak tahu! Berdasarkan catatan kalau insiden ini terjadi di berbagai daerah, dan itu sudah dilaporkan sejak dulu...”Kesimpulan Azazel jelas kalau sejarah tentang insiden ini ada di mana-mana, dia tidak akan heran kalau di tempat lain akan menceritakan hal seperti ini.
Seperti yang dikatakan Henrien, Azazel menuju ke wilayah barat. Ternyata perjalanannya lumayan memakan waktu, dia sudah mengunjungi beberapa kota, dan bahkan melaksanakan quest untuk mendapatkan informasi.Namun, informasi yang diterimanya tidak lebih hanya mengenai permasalahan dari insiden sebelumnya, dikatakan banyak wilayah yang tidak beruntung.Wilayah yang sudah diserang akan menjadi kota mati, bahkan penduduk yang selamat lebih memilih mengungsi daripada kejadian seperti itu menimpa diri mereka lagi.Sebagai orang yang berpartisipasi, Azazel tidak dapat berbuat banyak. Dia bukan sosok superior yang akan menggiring semua orang untuk bersemangat dalam menghadapi permasalahan semacam ini.Dulu dia pernah melakukannya, tapi akhirnya banyak yang tewas. Ajaibnya, hanya dia yang selamat hingga saat ini, semua kemudian menjelma menjadi kenangan pahit yang bahkan tidak ingin dikenang lagi.Tidak ban
Tampak lebih lama dari dugaan sebelumnya, butuh waktu lebih 3 hari sampai ke lokasi tujuan.Dan, baru saat ini dia dapat menyaksikan aura mistis dari hutan di depan mata. Jaraknya masih lumayan jauh, mungkin kalau berjalan santai akan memakan waktu 1 hari. Ditambah, hari sudah memasuki senja.“Malam ini tampaknya aku harus bermalam di sini...”Angin sejuk menggoyangkan pepohonan bersiap menyambutnya dengan penuh keramahan.Tidak perlu sungkan, Azazel tentu akan memilih untuk tetap berada di sana malam ini.Di keheningan malam ini, tidak bisa Azazel melepaskan kewaspadaannya. Ada banyak energi misterius yang mengawasinya, sudah sering hal ini terjadi. Pemangsa mengintai di balik kegelapan malam, menunggu ketika dia lemah untuk menerkamnya.Itu biasa untuknya, dia telah berkali-kali diberi sensasi semacam ini. Tapi, malam itu sensasi aneh mendadak mun
“Tidak aku sangka, kalau kau sudah sampai sejauh ini, maka aku juga harus lebih serius!”Sesuai ungkapan tersebut, Azazel mengencangkan otot tubuhnya untuk menghempaskan kekuatan besar yang kemudian mendorong tubuh undead tersebut.Tidak terima atas perbuatan Azazel, udead mencoba melancarkan serangan kembali. Meluncur dengan kecepatan tinggi yang kemudian mengangkat pedangnya untuk mempersembahkan kematian terhadap Azazel.Swungs...Tings...Terjadi kekuatan yang beradu saling melintas.Telah diprediksi Azazel kalau sosok ini akan melakukan serangan semacam itu, maka dia hanya perlu mengikuti arah keinginan dari sosok tersebut.Keduanya sudah saling melewati dalam gejolak yang cukup berbahaya.“Kirisamu...”Dan, akhirnya telah jelas, tebasan pedang Azazel telah melewati tubuh undead. Membuatnya terbelah me
Violet menghampiri Nadena, perlahan dia menyentuh kulit tubuh wanita ini dengan halus, kemudian membawa jari-jari tangannya melewati bagian sensitif yang menyebabkan sedikit desahan.“Ada apa dengan tubuhku ini? Aku terasa panas, dia pasti sudah melakukan sesuatu dengan diriku ini...”Napas Nadena sangat sulit untuk diatur, matanya semakin membesar setelah melihat wajah Violet mendekat.Bibir wanita itu terus mendekat seakan ingin menyentuh tubuhnya, tapi sebenarnya itu tidak benar, dia hanya berdiri di samping telinga Nadena.“Kau mau tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya?”Pupil mata Nadena sekali lagi membesar, dia ingin berbicara untuk membuat Violet melepaskan tubuhnya, tapi percuma, dia tidak akan mungkin punya kesempatan seperti itu.Dengan tubuh yang sudah setengah terbuka seperti ini, dia tidak akan berharap kalau Violet akan memp
Kubah raksasa ini perlahan mulai mengecil hingga seukuran bola baseball.Zemius dan Mary mendekati kubah tersebut, masih mereka rasakan kekuatan magis dari dalam tubuh Azazel yang menyebabkan rasa enggan untuk mengambil kubah tersebut.“Apa yang akan kita lakukan dengan benda ini?” tanya Mary.“Tidak ada lagi, benda ini harus kita serahkan kepada Ratu Violet! Hanya dia yang akan mampu melakukan ini semua...”Mendadak Zemius menoleh ke arah belakang, matanya terpicing ke satu lokasi yang aneh.“Apa yang kau lakukan?”“Tidak, aku merasa kalau di sana ada musuh yang sedang mengintai...”Mary mencoba memastikan ucapan ini dengan menyebarkan energi sensor, meski dilakukan, tidak ada hal yang didapatkan olehnya, hanya sebuah keheningan di malam yang begitu dingin.Itu tidak sepenuhnya salah, memang di
“Kalau sudah sejauh ini, maka tidak akan ada waktu untukku berhenti di sini!”Whoosh...Dengan kecepatan tinggi, pedang Azazel menemaninya untuk bergerak. Menusuk targetnya saat ini dengan luka yang penuh kengerian.“Argh...”Darah menyembur keluar tanpa henti, percuma untuk John hentikan, semua itu berdasarkan energi kehampaan yang akan merusak jiwa seseorang.Crash...Ditariknya kembali pedang itu, perlahan bekas luka yang tercipta mulai mengucurkan darah tanpa henti.“S-Sial, kenapa kau mampu melakukan ini? Bukankah seharusnya kau mudah untuk kami kalahkan?”“Bagaimana mungkin makhluk rendahan seperti kalian mau mengalahkanku, seharusnya kalian lebih sadar diri dalam bertindak...”Dia menebar rasa takut terhadap tubuh John, matanya melihat wujud Azazel yang diselimuti jubah hitam
Kaboom...Hanya ledakan yang besar mengguncang lokasi itu, entah apa yang akan terjadi jika mereka tidak berada di dalam ruang dimensi yang dibuat Mary.“Jadi kekuatan yang digunakan oleh orang itu sangat berbahaya, bahkan di dalam ruang dimensi ini saja sudah memberikan dampak yang begitu besar...” John melihat ke arah Mary.Setiap kerusakan yang diterima oleh ruang dimensi akan ditransfer ke pengguna, tapi itu hanya sebesar 6 persen, itu terbilang sangat rendah, tapi jika serangan yang digunakan melampaui daya tahan ruang dimensi, maka aturan sudah tidak lagi berarti.Regar yang berhasil diselamatkan masih tidak percaya tetap bisa bernapas, dia melihat kedua rekannya yang berada di sana dengan sorot mata yang sama, mereka semua terkejut untuk mengetahui fakta mengerikan ini.Azazel sudah menatap ketiganya dari kejauhan, wajahnya tampak sangat marah atas semua ini.
Satu hal yang tidak dimengerti Jeluis, lawannya saat ini bukanlah seorang amatir, sosok yang sudah melakukan berbagai macam pertarungan berbahaya, bahkan berkali-kali menghancurkan wilayah dengan kekuatan penuh.Kalau dibandingkan dengan dirinya yang hanya menggunakan kekuatan saat ada dalam bahaya, Azazel justru jauh daripada hanya sekedar seorang kesatria dalam petarungan.Namun, dia adalah sang malaikat kematian itu sendiri.Dengan percaya diri Jeluis mengerahkan kekuatan untuk menyatukan tubuhnya kembali yang telah terpisah.Crash...Tapi, di saat itulah ada sebuah serangan yang begitu cepat, tidak sekali, melainkan...“Tidak, jangan bilang kalau dia akan melakukan serangan secara beruntun tanpa henti, bagaimana bisa aku memulihkan tubuh kalau dia tidak memberikan aku jeda...”Pola yang sama pernah Azazel gunakan, salah satu cara untuk membuat
Jeluis masih memandang dengan sorot tenang, dia seolah tidak menyimpan rasa takut terhadap sosok Azazel yang sudah menebar rasa kengerian.“Itu dia, ayo tangkap...”Sampai akhirnya keberadaan mereka sudah memancing para pengintai.Mata Azazel melirik ke arah orang-orang yang berdatangan untuk menangkapnya, tapi sebelum itu bisa dilakukan, mereka harus mengepung Azazel terlebih dahulu.“Kalian di sini tidak akan mampu mengalahkan dirinya!” Ucapan Jeluis tidak didengar oleh orang-orang tersebut, mereka masih terlalu percaya diri bahwa Azazel adalah orang yang akan mudah untuk ditangkap.Tanpa banyak pikir, mereka satu persatu mencoba menyerang Azazel.Crash...Dan, seperti itulah hal yang terjadi selanjutnya, dalam gerakan seperti cahaya, Azazel menabrak setiap orang yang ingin mendekatinya.Dari satu tubuh yang
“Bagaimana mungkin dia bisa melakukan ini...”Apa yang dilakukan oleh Jeluis sangat jauh dari dugaan Nadena, saat serangan yang hampir dilepaskannya, ternyata Jeluis memiliki kesempatan untuk mempersempit jarak dan kemudian mencekik lehernya.Tubuh Nadena diangkat oleh Jeluis, tenggorokannya benar-benar tercekik oleh cengkeraman kuat pria tersebut.“Lepaskan aku...”“Kalau kau mau lepas, kama aku akan melakukannya...”Dengan hempasan yang kasar, tubuh Nadena dilempar ke arah dinding, punggungnya terasa sakit, tapi itu sudah mengurangi mobilitasnya untuk melakukan tindakan.“Sial, kalau seperti ini, aku tidak akan mungkin mampu mempertahankan diri...”“Seharusnya kau tetap tenang, dan membiarkan aku menangkap dirimu...”Nadena tidak sudi dengan hal tersebut, walau sudah terlalu lelah dan kesulitan, dia masih tetap mencoba untuk berdiri, dengan berani bertumpu pada tongkat untuk memberikan pengertian kalau dia bukanlah gadis lemah.“Masih kau ingin menghadapiku?”Jawabannya sudah dipast
“Apa dia akan baik-baik saja, ya? Aku yakin kalau?”Mata Nadena segera menyipit tajam, dia merasakan seseorang yang sedang mendekat ke dalam kamar. Tidak, itu bukan energi dari dalam tubuh Azazel.Memang energi Azazel akan terasa jauh lebih mengerikan, tapi justru hal itulah yang membuatnya lebih mudah untuk dikenali.Dia mencoba memejamkan mata untuk mengidentifikasi lebih lanjut, wilayah ini sudah dipasang sensor khusus sehingga akan mempermudahnya untuk tahu siapa yang sengaja datang atau hanya sekedar lewat.Tentu semua akurasi ini tidak bisa seratus persen, harus ada pemikiran yang matang sebelum menganggap kalau itu memang tindakan musuh.Tap...Tapi, di sini justru orang-orang itu mendekat, lalu berhenti di depan pintu. Dirasakan ada tiga energi yang berdiri di depan pintu.“Apa yang akan mereka lakukan? Apakah sengaja untu
Pada akhirnya, Nadena tidak menemukan penjelasan apa-apa. Azazel memilih untuk tetap bungkam, selama di dalam perjalanan tidak ada perbincangan yang bisa mereka buka.Nadena juga khawatir kalau Azazel juga berpikir kalau dirinya masih bagian dari Heiran, entah itu akan menambah rumit permasalahan ini.Punggung pria yang tegap ini masih tidak menunjukkan tanda-tanda untuk roboh, matanya yang serius tetap mengarah pada hutan yang begitu luas.“Apa aku bisa bertanya sesuatu padamu...” Kata-kata ini sangat tidak bisa ditahan Nadena lagi, dan dia dengan sengaja menghentikan langkah kaki Azazel.Azazel tidak menoleh, hanya sedikit melirik ke arah belakang, namun itu tidak memberikan waktu untuk langkah kakinya berhenti.“Apa?”“Kau mempercayai orang bertopeng tadi?”“Tidak, aku tidak pernah mempercayai siapa pun, termasuk dirimu...” jawabnya dengan lugas.Merinding sekujur tubuh Nadena mendengarnya, hingga sejauh ini dia tidak percaya kalau Azazel masih menganggap dirinya sebagai orang asin