Tings...
“Jangan remehkan aku, apakah kau pikir kalau aku di sini akan mengalah saat menghadapimu?”Mereka tampak seimbang untuk urusan saling mendorong, kemudian Azazel mengambil inisiatif untuk menggunakan serangan berkecepatan tinggi.Swungs! Swungs...“Apa? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, aku tahu persis kalau serangan tadi memiliki daya hancur paling hebat dari kebanyakan energi yang aku miliki...”Dari dalam kehampaan, Azazel muncul. Bukan hanya itu, dia memperlihatkan tebasan yang dipenuhi aura membunuh.Kalau sekedar hanya luka, itu tidak akan membuat Matrix mati, namun ini lebih dari sekedar serangan. Sekali tebas sabit itu akan menghentikan segala partikel yang ada di dalam tubuh, memiliki kekuatan regenerasi tingkat tinggi tidak akan ada gunanya, dengan kata lain itu langsung merobek energi kehidupan suatu makhluk.Crash...Darah menyembur keluar, melalui di dada Matrix, dengan cepat dia menggunakan kecepatan untuk mundur ke belakang.“Cih...” Tidak berhenti pendarahan yang diterimanya, setelah dilihat, tebasan itu merupakan serangan yang memiliki energi khusus. Seka
“Neh... Azazel...”Suara itu berdengung lebih kencang di dalam telinganya, perlahan Azazel membuka matanya, matanya disuguhkan wajah Nadia tampak penuh rasa penasaran.Aroma ini membawa kenangan tentang masa lalunya, di kehidupan sebelum sampai di titik ini. Perjuangan yang sudah terlalu banyak menguras kesabaran dan air mata.“Benar juga, sebelum ini kau sudah mengkhianatiku! Dengan niat buas kau terus menyerangku, apa maksudnya itu semua...”Pipi Nadia spontan menjadi merah, dia menjauhkan lirikan matanya dari Azazel. “Kalau masalah itu...”Rasanya malu kalau saat itu dia terikat dengan perintah dari seseorang, dan meski sudah menjalankan perintah, tetap saja kekalahan yang diterimanya.Cukup menjengkelkan, namun dia tidak bisa berbuat banyak. Ini merupakan hal yang seolah harus tetap ditelan meski rasanya pahit. 
Manderof berserta pasukan yang dibawanya tidak ingin mempercayai apa yang dikatakan Azazel, tapi dia melihat kalau wajah Azazel tidak mengandung unsur penipuan.“Apa memang benar kalau Guildmaster sudah tewas?” tanya Manderof sekali lagi.Tidak ada respons dari Azazel, cukup sekali saja bagi Azazel menjelaskan semua ini, tidak perlu ada ucapan lebih.“Ya, dia sudah mati!” Nadia yang melihat sikap Azazel merasa harus segera bertindak, dengan lantang dia mengatakan ini semua.Semua orang yang mendengar ini masih saja tidak mampu mempercayai hal tersebut, ini terasa seperti omong kosong di telinga mereka.“Kalau begitu, apakah kami boleh memeriksa kondisinya?” Manderof masih bersikap tegas.Dan, Azazel pun juga dengan santainya melangkah ke samping, mempersilahkan semua orang yang ada di hadapannya pergi masuk ke dalam ruangan G
Suasana di dalam istana menjadi hening, masih menunggu jawaban yang akan diberikan Azazel.Manderof mulai memberikan pandangan tegas, itu perintah untuk segera menjawab ucapan Ares sebelum tindakan keduanya dianggap telah mengabaikan perintah.Dengan enggannya Azazel memalingkan wajah, kemudian mengangkat wajah dan berkata, “Namaku Azazel, aku sudah diutus oleh suatu Guild untuk membantu menyelesaikan permasalahan mengenai hal ini!”Tidak mereka tahu dan mengerti, kenapa saat suara yang digunakan Azazel ini menggema dengan jelas, memiliki intonasi yang mengintimidasi, dan itu terus saja terngiang di dalam kepala.Ares tidak menyangka, kekuatan dari nada suara yang digunakan Azazel jauh lebih berwibawa daripada suaranya.“Diutus oleh suatu Guild? Memangnya hal ini sudah disetujui?” tanya Ares.“Entah, aku tidak tahu kalau untuk masalah itu, namun aku s
“Untuk sekilas, aku dapat merasakan hawa menakutkan dari orang itu, tidak hanya dari sorotan matanya, tapi...”Ares terdiam dengan wajah yang dipegangi tangan kirinya, aura mencengkam yang diberikan Azazel masih menghantuinya. Wujud makhluk berkepala tengkorak, memegang sabit sembari menyeringai menatap ke arahnya.“Tidak salah lagi, dia kemungkinan orang yang disebutkan oleh legenda! Azazel sang Malaikat Maut...”Di sisi lain, Azazel dan Nadia sudah keluar dari dalam ruangan istana, mereka kembali berada di jalanan kota yang jauh lebih nyaman daripada di lingkungan istana yang megah.“Akhirnya bisa bernapas lega...” Nadia memulai obrolan dengan nada penuh kebahagiaan.Azazel tidak terlalu peduli dengan hal itu, wajahnya selalu saja datar, matanya melirik ke arah Nadia yang sedang tersenyum padanya.“Kenapa kau tidak memberikan respons apa
Dua gejolak kekuatan mereka menodai udara di sekitar, hewan dan tumbuhan di sana merasa tercekik hingga membuat kematian masal.“Jadi, apa itu alasanmu untuk datang kemari?”“Heh... jangan berlagak seperti orang yang tidak peduli...”Solium satu dari tujuh kaisar dunia, dia sosok tangguh dan punya kecerdikan yang melebihi banyak orang. Dan, lawan bicaranya Zygan, pria berotot yang dikatakan selalu bertapa di gunung tertinggi untuk menunggu lawan yang sepadan.Masing-masing dari mereka punya kekuatan dan keistimewaan tersendiri, tidak banyak orang yang tahu bagaimana cara para kaisar untuk berpikir, mereka hanya akan menemukan sebuah fakta mengerikan bahwa orang-orang semacam ini akan selalu memiliki cara untuk bersenang-senang meski itu artinya membunuh ribuan nyawa.Zygan yang pertama menurunkan eksistensi tekanan di dalam tubuhnya, dan itu membuat
Meski sudah menganggap kalau ini sebagai tujuan, Azazel nyatanya tidak begitu paham apa yang harus dilakukannya.Semenjak kekuatan kegelapan menyelubungi tubuhnya, dia jadi tahu bagaimana masa hidup suatu makhluk. Dapat terlihat dari dalam tubuh makhluk hidup, begitu beragam warnanya, ini seolah mewakili sifat-sifat dari makhluk itu sendiri.Azazel tidak terlalu peduli dengan hal semacam ini, namun sering kali dia dihujani oleh ingatannya mengenai sosok makhluk putih itu.Dirinya tahu kalau makhluk itu kemungkinan sengaja untuk melakukan hal ini hanya demi membuatnya menjalani hidup sebagai penghakiman dari dunia yang begitu arogan ini.Namun... Sekali lagi hal semacam itu bukan hal yang harus diurusinya, setiap makhluk hidup punya takdirnya masing-masing, keinginan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh diganggu.“Wahai semua makhluk, sembahlah Dewa Ogaro...&r
Tidak terlalu Azazel pedulikan apa yang dikatakan oleh para pemuda ini, dia kemudian memperhatikan papan pengumuman itu sekali lagi, namun di sana memang tidak ada quest yang menarik untuk dijalaninya.Azazel akhirnya pergi dari tempat tersebut.“Tunggu...” Sania mencoba menghentikan Azazel, tapi itu tidak dapat dilakukan, sosok Azazel sudah terlalu jauh melangkah pergi.“Kalian ini, sekarang dia sudah pergi! Kita bagaimana bisa menyelesaikan quest menelusuri dungeon? Apa kalian berani untuk menghadapi monster di dalam gua itu?” bentak Sania.Ketiga rekannya tidak dapat memberikan komentar, sebelumnya mereka sudah berusaha untuk menyelesaikan quest di dalam sebuah dungeon, mencari harta karun dan beberapa benda magis lainnya yang diinginkan oleh pihak Guild. Reward yang diberikan tidak main-main, mereka akan dapat hidup selama 20 tahun lebih kalau bisa mendapatkan harta karun ya
Violet menghampiri Nadena, perlahan dia menyentuh kulit tubuh wanita ini dengan halus, kemudian membawa jari-jari tangannya melewati bagian sensitif yang menyebabkan sedikit desahan.“Ada apa dengan tubuhku ini? Aku terasa panas, dia pasti sudah melakukan sesuatu dengan diriku ini...”Napas Nadena sangat sulit untuk diatur, matanya semakin membesar setelah melihat wajah Violet mendekat.Bibir wanita itu terus mendekat seakan ingin menyentuh tubuhnya, tapi sebenarnya itu tidak benar, dia hanya berdiri di samping telinga Nadena.“Kau mau tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya?”Pupil mata Nadena sekali lagi membesar, dia ingin berbicara untuk membuat Violet melepaskan tubuhnya, tapi percuma, dia tidak akan mungkin punya kesempatan seperti itu.Dengan tubuh yang sudah setengah terbuka seperti ini, dia tidak akan berharap kalau Violet akan memp
Kubah raksasa ini perlahan mulai mengecil hingga seukuran bola baseball.Zemius dan Mary mendekati kubah tersebut, masih mereka rasakan kekuatan magis dari dalam tubuh Azazel yang menyebabkan rasa enggan untuk mengambil kubah tersebut.“Apa yang akan kita lakukan dengan benda ini?” tanya Mary.“Tidak ada lagi, benda ini harus kita serahkan kepada Ratu Violet! Hanya dia yang akan mampu melakukan ini semua...”Mendadak Zemius menoleh ke arah belakang, matanya terpicing ke satu lokasi yang aneh.“Apa yang kau lakukan?”“Tidak, aku merasa kalau di sana ada musuh yang sedang mengintai...”Mary mencoba memastikan ucapan ini dengan menyebarkan energi sensor, meski dilakukan, tidak ada hal yang didapatkan olehnya, hanya sebuah keheningan di malam yang begitu dingin.Itu tidak sepenuhnya salah, memang di
“Kalau sudah sejauh ini, maka tidak akan ada waktu untukku berhenti di sini!”Whoosh...Dengan kecepatan tinggi, pedang Azazel menemaninya untuk bergerak. Menusuk targetnya saat ini dengan luka yang penuh kengerian.“Argh...”Darah menyembur keluar tanpa henti, percuma untuk John hentikan, semua itu berdasarkan energi kehampaan yang akan merusak jiwa seseorang.Crash...Ditariknya kembali pedang itu, perlahan bekas luka yang tercipta mulai mengucurkan darah tanpa henti.“S-Sial, kenapa kau mampu melakukan ini? Bukankah seharusnya kau mudah untuk kami kalahkan?”“Bagaimana mungkin makhluk rendahan seperti kalian mau mengalahkanku, seharusnya kalian lebih sadar diri dalam bertindak...”Dia menebar rasa takut terhadap tubuh John, matanya melihat wujud Azazel yang diselimuti jubah hitam
Kaboom...Hanya ledakan yang besar mengguncang lokasi itu, entah apa yang akan terjadi jika mereka tidak berada di dalam ruang dimensi yang dibuat Mary.“Jadi kekuatan yang digunakan oleh orang itu sangat berbahaya, bahkan di dalam ruang dimensi ini saja sudah memberikan dampak yang begitu besar...” John melihat ke arah Mary.Setiap kerusakan yang diterima oleh ruang dimensi akan ditransfer ke pengguna, tapi itu hanya sebesar 6 persen, itu terbilang sangat rendah, tapi jika serangan yang digunakan melampaui daya tahan ruang dimensi, maka aturan sudah tidak lagi berarti.Regar yang berhasil diselamatkan masih tidak percaya tetap bisa bernapas, dia melihat kedua rekannya yang berada di sana dengan sorot mata yang sama, mereka semua terkejut untuk mengetahui fakta mengerikan ini.Azazel sudah menatap ketiganya dari kejauhan, wajahnya tampak sangat marah atas semua ini.
Satu hal yang tidak dimengerti Jeluis, lawannya saat ini bukanlah seorang amatir, sosok yang sudah melakukan berbagai macam pertarungan berbahaya, bahkan berkali-kali menghancurkan wilayah dengan kekuatan penuh.Kalau dibandingkan dengan dirinya yang hanya menggunakan kekuatan saat ada dalam bahaya, Azazel justru jauh daripada hanya sekedar seorang kesatria dalam petarungan.Namun, dia adalah sang malaikat kematian itu sendiri.Dengan percaya diri Jeluis mengerahkan kekuatan untuk menyatukan tubuhnya kembali yang telah terpisah.Crash...Tapi, di saat itulah ada sebuah serangan yang begitu cepat, tidak sekali, melainkan...“Tidak, jangan bilang kalau dia akan melakukan serangan secara beruntun tanpa henti, bagaimana bisa aku memulihkan tubuh kalau dia tidak memberikan aku jeda...”Pola yang sama pernah Azazel gunakan, salah satu cara untuk membuat
Jeluis masih memandang dengan sorot tenang, dia seolah tidak menyimpan rasa takut terhadap sosok Azazel yang sudah menebar rasa kengerian.“Itu dia, ayo tangkap...”Sampai akhirnya keberadaan mereka sudah memancing para pengintai.Mata Azazel melirik ke arah orang-orang yang berdatangan untuk menangkapnya, tapi sebelum itu bisa dilakukan, mereka harus mengepung Azazel terlebih dahulu.“Kalian di sini tidak akan mampu mengalahkan dirinya!” Ucapan Jeluis tidak didengar oleh orang-orang tersebut, mereka masih terlalu percaya diri bahwa Azazel adalah orang yang akan mudah untuk ditangkap.Tanpa banyak pikir, mereka satu persatu mencoba menyerang Azazel.Crash...Dan, seperti itulah hal yang terjadi selanjutnya, dalam gerakan seperti cahaya, Azazel menabrak setiap orang yang ingin mendekatinya.Dari satu tubuh yang
“Bagaimana mungkin dia bisa melakukan ini...”Apa yang dilakukan oleh Jeluis sangat jauh dari dugaan Nadena, saat serangan yang hampir dilepaskannya, ternyata Jeluis memiliki kesempatan untuk mempersempit jarak dan kemudian mencekik lehernya.Tubuh Nadena diangkat oleh Jeluis, tenggorokannya benar-benar tercekik oleh cengkeraman kuat pria tersebut.“Lepaskan aku...”“Kalau kau mau lepas, kama aku akan melakukannya...”Dengan hempasan yang kasar, tubuh Nadena dilempar ke arah dinding, punggungnya terasa sakit, tapi itu sudah mengurangi mobilitasnya untuk melakukan tindakan.“Sial, kalau seperti ini, aku tidak akan mungkin mampu mempertahankan diri...”“Seharusnya kau tetap tenang, dan membiarkan aku menangkap dirimu...”Nadena tidak sudi dengan hal tersebut, walau sudah terlalu lelah dan kesulitan, dia masih tetap mencoba untuk berdiri, dengan berani bertumpu pada tongkat untuk memberikan pengertian kalau dia bukanlah gadis lemah.“Masih kau ingin menghadapiku?”Jawabannya sudah dipast
“Apa dia akan baik-baik saja, ya? Aku yakin kalau?”Mata Nadena segera menyipit tajam, dia merasakan seseorang yang sedang mendekat ke dalam kamar. Tidak, itu bukan energi dari dalam tubuh Azazel.Memang energi Azazel akan terasa jauh lebih mengerikan, tapi justru hal itulah yang membuatnya lebih mudah untuk dikenali.Dia mencoba memejamkan mata untuk mengidentifikasi lebih lanjut, wilayah ini sudah dipasang sensor khusus sehingga akan mempermudahnya untuk tahu siapa yang sengaja datang atau hanya sekedar lewat.Tentu semua akurasi ini tidak bisa seratus persen, harus ada pemikiran yang matang sebelum menganggap kalau itu memang tindakan musuh.Tap...Tapi, di sini justru orang-orang itu mendekat, lalu berhenti di depan pintu. Dirasakan ada tiga energi yang berdiri di depan pintu.“Apa yang akan mereka lakukan? Apakah sengaja untu
Pada akhirnya, Nadena tidak menemukan penjelasan apa-apa. Azazel memilih untuk tetap bungkam, selama di dalam perjalanan tidak ada perbincangan yang bisa mereka buka.Nadena juga khawatir kalau Azazel juga berpikir kalau dirinya masih bagian dari Heiran, entah itu akan menambah rumit permasalahan ini.Punggung pria yang tegap ini masih tidak menunjukkan tanda-tanda untuk roboh, matanya yang serius tetap mengarah pada hutan yang begitu luas.“Apa aku bisa bertanya sesuatu padamu...” Kata-kata ini sangat tidak bisa ditahan Nadena lagi, dan dia dengan sengaja menghentikan langkah kaki Azazel.Azazel tidak menoleh, hanya sedikit melirik ke arah belakang, namun itu tidak memberikan waktu untuk langkah kakinya berhenti.“Apa?”“Kau mempercayai orang bertopeng tadi?”“Tidak, aku tidak pernah mempercayai siapa pun, termasuk dirimu...” jawabnya dengan lugas.Merinding sekujur tubuh Nadena mendengarnya, hingga sejauh ini dia tidak percaya kalau Azazel masih menganggap dirinya sebagai orang asin