Kontraksi yang kerap muncul meski sebentar di usia kehamilan 7 bulan membuat Alex panik. Dia panik sebab mengetahui hal itu belum semestinya terjadi. "Kita harus ke rumah sakit besok. Apa ada cairan yang keluar? Apakah ada bercak darah juga?" tanya Alex yang begitu cemas. Dia terus saja mengusap perut Renata. "Tidak ada Lex, tenanglah. Ini hanya karena aku kaget tadi. Sudahlah, tidak perlu sepanik itu," sergahnya berusaha untuk menenangkan suaminya. Alex melepaskan dasi dan jasnya. Dia menghempaskan tubuhnya di ranjang sambil menatap nanar Renata. "Rena, apa tidak bisa kau itu menyadari kalau kau sedang hamil?" "Apa maksudnya?" Renata duduk perlahan. "Ya kau tadi, bergerak secepat itu. Hati-hatilah, aku takut kalau terjadi sesuatu dengan kalian." Alex menatap cemas perut Renata. Renata duduk dan menempatkan tangan Alex di atas perutnya. "Jangan cemas ayah, dia hanya berlatih untuk melakukan kontraksi. Ini seperti kontraksi palsu. Jangan terlalu cemas ya." Alex mengulum senyumn
Stelan jas hitam, dasi biru Dongker dan rambut klimis, sepatu mengkilap. Pria yang bertinggi badan 170cm dengan kulit kuning langsat berjalan menuju ke meja makan menghampiri istri dan adik iparnya. "Siapa yang memasak semua ini?" tanya Alex kepada Randy dan Renata. "Randy Sayang, dia yang memasak semua ini. Aku bangun dan sudah selesai semuanya. Hemh... menyenangkan sekali rasanya seperti ini, ada orang yang membantuku, ada teman juga bagiku untuk mengobrol," ucap Renata sambil mengambilkan nasi goreng untuk Alex. Saat itu mereka seperti keluarga kecil yang bahagia. Keluarga yang utuh dan hangat. Sama sekali tidak terlihat keretakan di dalamnya. Ada kerinduan di hati Renata dengan suasana yang hangat seperti itu. Jika diingat, jarang sekali dia bisa berkumpul dengan sang adik di meja makan, terlebih sejak adiknya-Randy, yang sedari SMP sudah secara terang-terangan menolak dan menyatakan ketidaksukaan terhadap Derina. "Apa ibu menghubungimu?" Renata menatap adiknya yang sedang ma
Berada di dalam ruangan yang bernuansa putih, dengan beberapa tanaman hias dan juga akuarium kecil dengan ikan-ikan hias sebagai pengurai kejenuhan membuat Renata tersenyum senang sedari tadi dia memasuki ruangan kerja sang suami.“Mana ini, dari tadi aku menunggu mereka mengajukan surat pengunduran diri kenapa tidak ada?” gumam Alex yang langsung disahuti oleh Frans.“Mana mungkin mereka berani, mencari pekerjaan di jaman sekarang ini sangat sulit.”“Alex, sebenarnya kamu juga tidak perlu melakukan hal itu. Aku sudah bisa menerima kalau mereka terbagi menjadi dua kubu. Ada yang menyukai sudah pasti ada yang membenci. Apa masalahnya?” kata Renata dengan ekspresi wajah yang datar seolah tak mempermasalahkan gunjingan para karyawan yang ada di perusahaan suaminya.Alex menatap Renata penuh makna. Dia memperhatikan bagaimana wanita itu bisa tersenyum bebas hanya karena melihat ikan-ikan cantik berenang.“Kamu suka ikan?” tanya Alex.“Suka, aku senang melihat mereka. Kenapa di rumah kita
Bagian 40. Dia Harus dipenjara "Aku berjanji padamu ibu, aku tidak akan membiarkan keluarga itu tenang." Kalimat penuh dendam itu terlontar dari mulut seorang wanita yang berusia 25 tahun dibawah guyuran hujan. Derina, setelah berhasil menghancurkan masa depan Renata dan membuatnya terusir dari rumah tak lantas membuatnya puas. Derina masih saja menggencarkan aksinya, termasuk mempengaruhi ibu Rima melalui jalur mistis. Selain ingin membuat keluarga itu hancur, dia juga ingin menguasai seluruh hartanya lalu menyingkirkan semuanya satu per satu. "Sekarang juga kamu harus menemui kakakmu dan meminta maaf. Aku sama sekali tidak menyangka jika otakmu akan sedangkan itu Rina!" berang tuan Harisson yang memarahi Derina sampai kedua bola matanya nyaris menggelinding. "Ayah, kenapa ayah tega sekali kepadaku? Aku kehabisan waktu untuk belajar. Aku tidak mengenal cinta dari pria lain, selama ini yang sering kulihat adalah Justin. Apa salah jika aku juga menginginkannya Ayah? Apakah itu s
Renata, dia sudah menemukan posisi yang sebenarnya di keluarga Harisson. Dirinya dan Randy tak lain hanyalah seperti anak kandung yang di anak tirikan. Tuan Harrison yang tadinya hanya membicarakan semua tindakan hukum melalui sambungan telepon seluler, kini beralih mengajak Renata bertatap muka. Tuan Harrison bahkan hatinya tak tersentuh sama sekali meskipun melihat Renata yang sedang hamil besar mengandung cucunya. Seharusnya dia tersentuh akan kehamilan putrinya sebab itu adalah cucu pertama bagi keluarga mereka. Akan tetapi, kerasnya hati tuan Harrison sama sekali tak tertandingi. Dia benar-benar lebih mencintai mendiang istri keduanya daripada ibu Rima yang telah banyak berkorban demi keutuhan keluarga mereka. Lelah terus bersembunyi, setelah mendapatkan kejelasan tentang keterlibatan Derina, Renata mulai sedikit mendapatkan kepercayaan diri. Dia yang semula terus saja berdiam diri di rumah itu pun sore itu mau keluar rumah dan menikmati waktu luangnya bersama sang suami. Ha
Bagian 42. Rahasia Ibu Rima dan Tangan Kanan Tuan Harisson“Apa masih sakit?” tanya Rena kepada suaminya yang sedang menikmati sarapan paginya.Alex, dia menikmati bubur dengan perlahan. Rahang dan bibirnya masih tidak bisa terbuka lebar. Pukulan perlawanan yang diberikan oleh sopir ayah mertuanya itu membuatnya lumayan menderita.Pagi itu Frans dan kuasa hukumnya datang ke rumah untuk membahas tentang pengajuan laporan terkait kasus pemukulan kemarin.“Lumayan sakit. Aku masih tidak menyangka dia tega menamparmu demi membela Derina. Kalian sama-sama anak kandung dan ibu sudah banyak berkorban melawan suara hatinya sendiri demi bisa mempertahankan rumah tangganya. Sial sekali,” gerutu Alex sambil memegangi sudut bibirnya.“Itulah cinta ibu dan pengorbanannya yang sama sekali tidak pernah dihargai oleh ayah. Entah sudah berapa kali aku mengatakan kepada ibu agar mau bercerai dan melepaskan ikatan pernikahan itu. Tapi ibu ....”Alex melihat raut sedih di wajah istrinya. Dia menyadari b
Bagian 43. Hari KehancuranIbu Rima, dia benar-benar menepati ucapannya. Di hari di mana setelah semalaman dia sama sekali tak pulang, setelah kekacauan yang Derina ciptakan, dia yang selama ini hanya menahan amarah pada akhirnya meledak juga.Ibu Rima, dia mengajukan gugatan cerai. Secara terang-terangan dia menunjukkan keberpihakannya kepada Renata dan Randy, anak-anaknya.“Apa-apaan ini?” sentak tuan Harisson sambil melemparkan surat gugatan cerai dan pemberitahuan sidang yang diterimanya.“Kamu bisa membacanya dengan sangat jelas. Aku ingin kita berpisah. Aku sudah tidak tahan lagi dengan drama yang ada dalam keluarga kita. Bertahun-tahun kita bersama dan rasa cintamu hanya untuk Derina dan Diana. Sama sekali tidak pernah ada aku dan anak-anakmu meski aku sudah banyak berkorban.”Tuan Harisson mendekat dan hendak menampar wajah ibu Rima. Pak Andreas yang juga ada di ruangan itu dengan cepat menghadangnya. Dia menjadi tameng bagi wanita yang dicintainya tanpa menunjukkan ekspres
Bagian 44 Pembalasan Ibu RimaTermenung seorang diri di kamarnya tanpa mau diganggu oleh siapapun. Renata menghabiskan waktunya untuk menangisi nasibnya mempunyai seorang ayah yang tak pernah menyayanginya.“Aku selalu, menyayangi ayah. Tapi ayah, semenjak ada Derina, dia sama sekali tidak pernah menyayangiku. Dia bilang aku harus menjadi anak yang baik supaya disayang. Tapi kenyataannya?”Renata kembali mengusap air matanya yang terus saja tumpah tanpa perintah. Dia baru berhenti ketika sensasi kram dirasakan, menyerang perutnya yang tiba-tiba menegang.“Aduh... kamu kenapa Nak, kenapa sayang? Kamu melarang ibumu bersedih?” tanya Renata sambil mengusap perutnya.“Ibu sedih, bagaimana nanti kedepannya. Orang lain akan punya kakek dan kamu tidak. Orang lain bisa tertawa dan bermain bersama kakeknya, dan kamu tidak sama sekali. Itu tidak adil Nak. Maafkan ibu,” ucapnya penuh kesedihan yang mendalam.Terdengar suara ketukan pintu, Alex dan Randy yang masih membahas perlakuan tuan Hari
“Kamu?”Pertanyaan dan sorot mata terkejut Rena pendarkan. Justin yang menariknya menarik senyuman. Pria yang jauh di dalam lubuk hatinya masih sangat mencintai Renata itu rupanya tak bisa pergi begitu saja dari bayang-bayang manisnya masa lalu mereka.“Iya, ini aku Rena. Aku ingin bicara denganmu.”“Bicara apa lagi Justin, semuanya sudah selesai di antara kita.” Renata menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Dia sama sekali tidak terlihat tegang. Dia terlihat santai menyikapi Justin.Hanya saja, pria di sebelahnya itu sedang berpacu kencang jantungnya, ingatan akan hubungan mereka yang begitu indah kembali. Seperti semuanya kompak bersorak dan membuatnya merasakan ledakan kebahagiaan.Justin mengira, Renata akan membalas cintanya. Dia mengira Renata akan kembali dalam pelukannya. Sayangnya ....“Rena, aku ingin minta maaf tentang malam itu. Seharusnya aku tidak percaya begitu saja pada Derina. Seharusnya aku mencari tahu lebih banyak kebenarannya.”Renata tersenyum, dia lalu meno
“Apa sudah mengering Dude?” tanya Alex kepada sahabatnya yang baru saja memeriksa dan melepaskan perban di perut Renata setelah 3 bulan pasca melahirkan.“Sudah, baik sekali. Hanya tinggal rajin mengoleskan salep ya. Tapi meski begitu tetap harus diperhatikan untuk gerak dan juga angkat-angkat barangnya. Jangan terlalu memaksakan Rena,” kata Dude memberikan nasehatnya.Renata mengangguk pelan, dia duduk bersandar di headboard sementara Alex yang menggendong baby Ryuga. Ayah satu anak itu begitu perhatian kepada istri dan buah hatinya.“Dengarkan itu Sayang, jangan suka memaksakan. Kamu itu suka sekali membantah kalau diperingatkan.” Alex menimpali.“Siapa yang keras kepala, aku hanya merasa aku bisa ya sudah aku kerjakan. Ke sinikan Ryu, aku rasa dia haus.” Renata mengulurkan tangannya meminta Ryuga dari sang suami.“Baiklah, ikut ibumu ya. Ayah akan bicara dengan Dokter.” Alex memberikan Ryuga setelah sebelumnya mencium hangat kening buah hatinya.Alex dan Dude keluar meninggalkan k
“Iya, kamu memang anak kandung dari tuan Andreas.” Nyonya Rima mengakui hal itu di meja makan saat dirinya dan keluarga barunya duduk di sana.Randy, dia mengatur nafasnya, berusaha untuk tidak menggebrak meja. Kepalanya terasa mendidih. Desirannya terasa sampai ke ubun-ubun.Kedua tangannya mengepal di atas meja, dengan rahang yang mengeras, dia menahan amarah. Menatap dua orang yang duduk di hadapannya sambil berpegangan tangan dan sesekali bertukar pandang dengan romantis.“Jadi aku ini anak hasil perselingkuhan?” tanya Randy dengan tatapan nyalang.“Tidak sepenuhnya seperti itu, Harrison juga berselingkuh, dia bahkan sampai mempunyai Derina Randy. Dan kita terlantar gara-gara itu. Lalu apa salah kalau ibu mencari kebahagiaan ibu?” tanya nyonya Rima tanpa rasa bersalah sama sekali.“Ibu juga manusia Randy, selama ini ibu hanya terbuka tentang sikap Harisson kepada kakakmu. Tapi, kakakmu juga tidak tahu kalau kamu adalah darah daging suamiku ini,” kata nyonya Rima sambil menatap waj
Laut yang begitu tenang adalah suatu pertanda badai besar akan datang. Begitupun dengan kehidupan, semuanya mempunyai gelombangnya, semuanya mempunyai rintangannya.Di Aulin Company.Alex terdiam membaca caption pada sebuah postingan. Dahinya mengerut berkali-kali. Otaknya menegang, seperti mencerna dengan begitu sulit setiap apa yang dibaca.Alex ingat betul bagaimana ketika dirinya mendatangi Lyra dengan tujuan ingin memperbaiki hubungan mereka. Lyra, justru sedang bersama dengan pria yang usianya lebih tua darinya. Dia menganggap Alex seperti angin lalu, bahkan setelah keributan terjadi pun matanya seolah enggan untuk melirik walau hanya sedetik.“Biarkan, dia mau mati atau apa paun itu sama sekali bukan urusanku. Aku sudah selesai dengannya. Jangan pernah kamu hadirkan lagi dia di dalam hidupku Frans!” tegas Alex memperingatkan.Dia berbalik menghadap ke jendela luar. Tatapan penuh kemarahan yang berpendar membuatnya gusar. Kedua tangannya saling bertaut namun rahangnya gemeretak.
“Kalian pulanglah, aku dan istriku akan menginap di hotel,” kata Alex kepada Lily dan Frans.Lily yang duduk di kursi dalam ruangan Frans itu terkejut. Dia sama sekali tidak berani tidur di rumah itu sendirian, Randy tidak mesti pulang ke rumah itu setelah hubungannya dengan nyonya Rima membaik. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah barunya.Sementara di rumah itu selain Lily tidak ada lagi asisten yang lain. Tidur di rumah besar itu sendirian, sama seperti uji nyali. Lily tidak berani melakukannya terlebih hanya berdua saja dengan baby Ryu.“Tuan, mana aku berani,” aku Lily dengan raut takut. Belum apa-apa dia sudah ketakutan.Rumah baru Alex memang sangatlah besar. Tiga kali lipat dari apartemennya. Pembelian rumah baru itu dilakukannya supaya tidak diungkit lagi oleh saudara tiri mendiang ayahnya, tuan Harry Fernando, orang yang selalu saja mencari celah untuk bisa menguasai peninggalan tuan August.“Frans, kamu temani dia.”Frans langsung menunjuk hidungnya dengan ekspresi
Aulin CompanyAlex membuka laci meja kerjanya, dia menggeledah satu persatu. Dia lupa tadi Renata mengatakan supaya dia mencarinya di meja kerjanya. Renata tidak menyebutkan tempat yang spesifik sementara di meja kerja itu ada beberapa laci dan juga banyak sekali tumpukan berkas.“Diselipkan di mana,” gumam Alex sambil terus mencari.Matanya tidak melihat ke sebuah kertas yang terselip di bagian bawah pot bunga di sudut mejanya. Selama mencari, jantungnya berdegup kencang karena begitu bahagia. Wanita yang dulu di dambakannya, kini secara terang-terangan membalas cintanya setelah begitu banyak badai mereka lalui bersama.“Mungkin itu hanya sebuah klu!” seru Frans dari balik lemari, dia juga ditugaskan untuk mencari hadiah yang katanya Renata sembunyikan.“Mungkin saja, tolong segera cari Frans. Ini kali pertama ulang tahunku diperingati oleh wanita yang aku sayangi setelah sekian lama.”Frans mencibik dengan garis senyuman di bibirnya yang begitu tipis. Dia bukan merendahkan, dia hany
“Ke mana dia, kenapa tidak menyusul di kamar?” gumam Renata sembari menyusuri tangga dan melihat keadaan di bawah. Tergeletak dua orang laki-laki, yang satu berseragam Dokter yang satu lagi masih rapi dengan setelan jas hitamnya. Hanya saja posisi tidurnya yang tidak enak, lehernya tertekuk karena bagian sofa yang terlalu tinggi. Renata turun, dia membawakan selimut untuk Alex. Hatinya tak tenang melihat pria yang selalu terlihat kuat di hadapannya itu malam itu terlihat begitu rapuh. Seharian Alex mengurusnya, juga mengurus tentang kasus kematian ayah kandungnya meski hanya melalui ponsel. Sejumlah pengacara diundang dan mereka sempat membicarakan segala bukti. “Kenapa Ayah mati sedangkan aku belum balas dendam? Kenapa?” racaunya dengan mulut yang bau alkohol tepat saat Renata mendekat. “Dia, dia juga mempunyai dendam kepada ayahnya. Kamu hidup terlantar bersama ibumu di tengah desa, tanpa bantuan dan perhatiannya sedangkan kamu sebenarnya adalah anak yang kaya raya. Huh! Miris m
Bingung dan canggung, suasana itu berlangsung lumayan lama. Nyonya Rima, dia yang melihat cucunya digendong oleh Alex pun segera bangkit untuk mendekatinya. Raut bahagia itu memudarkan sedikit kerutan di wajahnya.“Cucuku. Astaga, dia semakin tampan saja. Andreas, coba kamu lihat betapa tampan cucu kita,” cetus nyonya Rima tanpa sadar. Dia tak sadar sedang berbicara di hadapan siapa.“Cucu kita? Tunggu, apa ada yang kulewatkan Bu?” Renata meliukkan alisnya, dia terkejut sekaligus bingung mengapa ibunya berbicara hal yang tidak seharusnya kepada sopir pribadi.Nyonya Rima mengusap lembut pipi Renata, menatapnya penuh kasih dan berkata, “Nak, ibu sedang menjemput kebahagiaan ibu. Selama ini kamu tahu bagaimana mendiang ayah memperlakukan ibu bukan? Ibu memutuskan untuk menikah dengan tuan Andreas setelah putusan cerai.”Tercenung Renata sampai tidak bisa berkata-kata. Tapi tidak dengan Randy yang hanya duduk santai seolah dia sudah tahu dengan semua kenyataan baru tersebut.“Ran, apa ka
POV RenataTidak pernah ku impikan hidupku akan hancur seperti ini. Ayahku meninggal tanpa aku tahu apa penyebab jelasnya. Iya, semua yang hidup pasti akan mati.Namun... sikap ibu dan adikku, mereka kompak sekali membenci ayahku sedalam itu. Sebenarnya ada apa? Ada apa dengan semua ini?Kebiasaanku akhir-akhir ini adalah tentang mengurus Ryuga, putraku yang wajahnya sangat-sangat mirip dengan ayahnya. Entahlah, kemiripan wajahnya ini apakah merupakan pembuktian dari kejadian malam itu bahwa benar dia adalah anaknya?Putraku seolah sedang menunjukkan kepada dunia bahwa dia adalah putra kandung seorang Alexander Lim, pengusaha muda yang kaya secara mendadak akibat warisan ayah yang pernah membuangnya.“Rena! Sayang, ini bagaimana dasiku? Di mana kaos kakiku?” teriak seseorang yang baru saja selesai mandi.Alexander Lim, dengan rambutnya yang setengah basah, bulir air di dada bidang, dan juga... aroma sabun yang menguar memenuhi seluruh ruangan, selalu berhasil menghipnotisku, membuatku