Bagian 44 Pembalasan Ibu RimaTermenung seorang diri di kamarnya tanpa mau diganggu oleh siapapun. Renata menghabiskan waktunya untuk menangisi nasibnya mempunyai seorang ayah yang tak pernah menyayanginya.“Aku selalu, menyayangi ayah. Tapi ayah, semenjak ada Derina, dia sama sekali tidak pernah menyayangiku. Dia bilang aku harus menjadi anak yang baik supaya disayang. Tapi kenyataannya?”Renata kembali mengusap air matanya yang terus saja tumpah tanpa perintah. Dia baru berhenti ketika sensasi kram dirasakan, menyerang perutnya yang tiba-tiba menegang.“Aduh... kamu kenapa Nak, kenapa sayang? Kamu melarang ibumu bersedih?” tanya Renata sambil mengusap perutnya.“Ibu sedih, bagaimana nanti kedepannya. Orang lain akan punya kakek dan kamu tidak. Orang lain bisa tertawa dan bermain bersama kakeknya, dan kamu tidak sama sekali. Itu tidak adil Nak. Maafkan ibu,” ucapnya penuh kesedihan yang mendalam.Terdengar suara ketukan pintu, Alex dan Randy yang masih membahas perlakuan tuan Hari
Bagian 45. Rena yang Kembali dari Kematian Berita tersebar di berbagai media online. Kabar tentang perceraian tuan Harisson dengan cepat mencuat, menambah tinggi pencarian netizen tentang skandal keluarga mereka.Sudah bisa dipastikan bahwa keadaan tuan Harisson akan drop karena masalah itu. Dia yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan juga gangguan jantung itu dilarikan ke rumah sakit.Keadaan yang tak begitu baik pun menimpa Renata. Kehamilannya sudah menginjak usia 8 bulan, seharusnya dia tidak boleh banyak pikiran. Namun dengan apa yang tuan Harisson lakukan, mau tidak mau Renata pun memikirkannya dan bahkan dia menyalahkan dirinya terus menerus.“Akh....” rintih Renata di jam 3 pagi.Alex yang tidur di sampingnya itu pun terusik, dia terbangun dan melihat Renata yang gelingsangan sambil memegangi perutnya.Lampu tidur dinyalakan dan Alex melihat keringat dingin membasahi wajah istrinya.“Rena, apa kamu mimpi buruk?” tanya Alex yang mengira kalau istrinya mengalami mim
Bagian 46. Ryuga LimSetiap yang sakit pasti akan sembuh, dan setiap yang sehat pasti akan sakit. Detik demi detik berlalu, Renata yang tadinya tidak bisa memberikan ASI karena keadaannya, sudah berangsur membaik dan dia bisa memberikan ASI untuk putra tercintanya.“Apa bayi kita tertukar Sayang, kenapa tadinya sewaktu USG itu dia perempuan dan sekarang berubah menjadi laki-laki?” Renata mengamati wajah putranya yang terlelap tanpa memiliki nama. “Anak tuan dan nyonya Lim,” gumamnya membaca nama dari bayi tersebut.“Kamu belum memberikannya nama?” todong Renata kepada Alex yang beberapa menit lalu baru kembali dari luar.“Ayah macam apa begitu, aku susah-susah mengandungnya 8 bulan, dan kamu memberikan nama saja tidak mau,” gerutu Renata sambil menggenggam tangan si kecil yang dengan lahap menghisap sumber penghidupannya.Alex menggaruk alisnya. Bukannya dia tidak mau, akan tetapi serangkaian kejadian dan segala urusan membuatnya mengundurkan niatnya untuk memberikan nama. Dia takut
Bagian 47 Galaknya Sama Satu bulan berlalu, nyonya Roma benar-benar memberikan kejutan super dahsyat kepada mantan suaminya. Perceraian dan pembuktian atas keterlibatannya dalam kematian tuan August membuat tuan Harisson dan putrinya mendekam di penjara. Hanya saja jatuhan hukuman untuk Derina lebih ringan. Satu bulan itu, Renata dan sudah menata hidupnya. Mereka sudah bisa menikmati hidup dengan santai. Meski dalam proses penyembuhan Renata tetap harus berada dalam pantauan Dokter. Luka sesar di perutnya membuatnya sulit bergerak.Alex dia benar-benar menjadi ayah dan suami yang baik. Dia memberikan baby sitter untuk membantu Renata menjaga Ryuga. Sementara nyonya Fransiska, dia tetap menetap di desa demi rasa tenang yang sulit dijumpainya sat di kota.“Hari ini anakmu akan imunisasi, kamu antarkan kami dulu baru setelahnya kamu boleh berangkat bekerja.” Renata memberikan keputusan yang sempat menjadi perdebatan karena Alex ada rapat penting.“Iya, tapi kalau jam 09.30 belum di
Bagian 48 Waktunya Memandikan Ibu dan AnakDuduk terdiam di belakang meja kerja, dengan kaki yang terbuka lebar dan satu tangan memegang ponsel, Alex sama sekali tidak fokus dengan pekerjaannya. Sebaliknya hanya wajah si kecil Ryuga yang terus saja diingatnya.“Frans, apa ini wajah jika aku sudah merindukan putraku?” tanya Alex kepada Frans yang baru saja datang membawakan kopi.Frans tersenyum miring menertawakan lelaki yang biasanya hanya fokus untuk urusan bekerja, kini justru hanya fokus ingin segera pulang dan menggendong putra pertamanya.“Normal, kamu sedang merasakan euforia menjadi seorang ayah. Ya begitu rasanya, sangat bersemangat dan menggebu.” Frans meletakkan kopinya.“Kamu biasanya gila sekali dengan pekerjaan sangat ingin tahu ini dan itu, sekarang lihat bacaanmu saja seputar ibu dan bayi. Hhh ... aku sepertinya belum seberani dirimu untuk memulainya,” kata Frans mengakui kelemahannya sendiri.“Mau sampai kapan kamu melajang? Usiamu saja sudah matang Frans, uang dan t
Terpampang punggung putih nan mulus, tanpa sehelai benang pun. Sepasang mata mengamatinya penuh damba, rasa takjub dan tak percaya bisa berdekatan tanpa sekat pembatas diantaranya.“Aku sama sekali tidak pernah membayangkan kita akan menjadi suami istri seperti ini Rena.” Alex berbicara setelah sebelumnya dia mengecup mesra punggung wanita tak berbusana tersebut.Renata mengulum senyumnya. Ia mengenang lagi masa di mana mereka masih menjadi majikan dan pengawal. “Iya, aku juga sama sekali tidak menyangka kalau pengawalku, akan menjadi pengawal permanen. Selamanya mengawal aku dan anak-anakku. Jangan pernah tinggalkan kami ya.”Renata, dia yang setia kini menunjukkan kesetiaannya kepada Alex semata. Bila dulu dunianya adalah Justin, maka sekarang dunianya adalah Alex dan Ryuga.“Tidak akan Sayang, aku akan selalu bersama dengan kalian. Tidak akan kubuang kesempatan emas ini. Dulu... sewaktu aku bekerja mengawalmu, kesan pertama adalah kagum dengan sosok wanita cantik, kaya, tapi rendah
“Aku tidak akan pernah melupakan hukuman itu. Karena aku menampar orang yang mencoba melecehkanku, menggodaku untuk mau berselingkuh dengannya saat Justin tidak ada. Tapi ayah, dia malah menampar dan menghukummu juga karena kamu dinilai tidak becus mengamankan ku.Renata mengusap lembut punggung tangan Alex yang telah selesai menyisir rambutnya.”Aku ingat saat itu dia memukuli tanganmu dengan pengasah pisau. Dia memang jahat, dia merasa sudah membayarmu lalu menyiksamu sampai begitu. Kalau sekarang, tidak akan kubiarkan dia melukai suamiku.”Alex tertawa. Dia merasa sangat senang mendengar pembelaan Rena. Baginya bukan pukulan dan rasa sakit itu yang dikenangnya, melainkan bentuk perhatiannya yang diberikan sampai beberapa hari kepadanya.“Aku senang ayahmu memukulku waktu itu.” Sebuah pengakuan yang membuat Rena tercengang.“Senang? Kamu senang dipukuli Lex?”Alex tertawa lalu memeluk dan memangku Renata. Punggung dan dada mereka menyatu. Saling bersandar tanpa jarak.“Senang karena
Bagian 51 Nasib Derina di Dalam Bui“Tuan! Nyonya! Makan malam sudah siap!” seru asisten rumah tangga memanggil Alex dan Renata yang sedari sore tadi hanya berdiam di kamar mengabaikan keberadaan Frans.Frans, yang masih terhipnotis dengan ketampanan dan keimutan seorang baby Ryu itu pun masih betah berada di kediaman Alexander. Dia memperhatikan bagaimana Lily merawat dan menidurkan baby Ryu.“Liliy, usiamu masih sangat muda. Kenapa kamu sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini? kamu terlatih sekali mengurus bayi,” ucap Frans yang memperhatikan Lily menidurkan baby Ryu.“Ya memang ini pekerjaan saya Tuan. Sejak saya SMA dan ikut dengan bibi saya, saya terbiasa membantunya mengasuh bayi. Sudah biasa seperti ini.” Lily menjawabnya dengan jujur sesuai dengan pengalaman hidupnya.Frans mengangguk. “Ayah dan ibu?” tanya Frans.“Saya tidak beruntung Tuan. Ayah dan ibu saya, saya bahkan tidak punya kesempatan untuk bertemu dan merasakan kasih sayang mereka. Beruntung ada bibi saya ya
“Kamu?”Pertanyaan dan sorot mata terkejut Rena pendarkan. Justin yang menariknya menarik senyuman. Pria yang jauh di dalam lubuk hatinya masih sangat mencintai Renata itu rupanya tak bisa pergi begitu saja dari bayang-bayang manisnya masa lalu mereka.“Iya, ini aku Rena. Aku ingin bicara denganmu.”“Bicara apa lagi Justin, semuanya sudah selesai di antara kita.” Renata menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Dia sama sekali tidak terlihat tegang. Dia terlihat santai menyikapi Justin.Hanya saja, pria di sebelahnya itu sedang berpacu kencang jantungnya, ingatan akan hubungan mereka yang begitu indah kembali. Seperti semuanya kompak bersorak dan membuatnya merasakan ledakan kebahagiaan.Justin mengira, Renata akan membalas cintanya. Dia mengira Renata akan kembali dalam pelukannya. Sayangnya ....“Rena, aku ingin minta maaf tentang malam itu. Seharusnya aku tidak percaya begitu saja pada Derina. Seharusnya aku mencari tahu lebih banyak kebenarannya.”Renata tersenyum, dia lalu meno
“Apa sudah mengering Dude?” tanya Alex kepada sahabatnya yang baru saja memeriksa dan melepaskan perban di perut Renata setelah 3 bulan pasca melahirkan.“Sudah, baik sekali. Hanya tinggal rajin mengoleskan salep ya. Tapi meski begitu tetap harus diperhatikan untuk gerak dan juga angkat-angkat barangnya. Jangan terlalu memaksakan Rena,” kata Dude memberikan nasehatnya.Renata mengangguk pelan, dia duduk bersandar di headboard sementara Alex yang menggendong baby Ryuga. Ayah satu anak itu begitu perhatian kepada istri dan buah hatinya.“Dengarkan itu Sayang, jangan suka memaksakan. Kamu itu suka sekali membantah kalau diperingatkan.” Alex menimpali.“Siapa yang keras kepala, aku hanya merasa aku bisa ya sudah aku kerjakan. Ke sinikan Ryu, aku rasa dia haus.” Renata mengulurkan tangannya meminta Ryuga dari sang suami.“Baiklah, ikut ibumu ya. Ayah akan bicara dengan Dokter.” Alex memberikan Ryuga setelah sebelumnya mencium hangat kening buah hatinya.Alex dan Dude keluar meninggalkan k
“Iya, kamu memang anak kandung dari tuan Andreas.” Nyonya Rima mengakui hal itu di meja makan saat dirinya dan keluarga barunya duduk di sana.Randy, dia mengatur nafasnya, berusaha untuk tidak menggebrak meja. Kepalanya terasa mendidih. Desirannya terasa sampai ke ubun-ubun.Kedua tangannya mengepal di atas meja, dengan rahang yang mengeras, dia menahan amarah. Menatap dua orang yang duduk di hadapannya sambil berpegangan tangan dan sesekali bertukar pandang dengan romantis.“Jadi aku ini anak hasil perselingkuhan?” tanya Randy dengan tatapan nyalang.“Tidak sepenuhnya seperti itu, Harrison juga berselingkuh, dia bahkan sampai mempunyai Derina Randy. Dan kita terlantar gara-gara itu. Lalu apa salah kalau ibu mencari kebahagiaan ibu?” tanya nyonya Rima tanpa rasa bersalah sama sekali.“Ibu juga manusia Randy, selama ini ibu hanya terbuka tentang sikap Harisson kepada kakakmu. Tapi, kakakmu juga tidak tahu kalau kamu adalah darah daging suamiku ini,” kata nyonya Rima sambil menatap waj
Laut yang begitu tenang adalah suatu pertanda badai besar akan datang. Begitupun dengan kehidupan, semuanya mempunyai gelombangnya, semuanya mempunyai rintangannya.Di Aulin Company.Alex terdiam membaca caption pada sebuah postingan. Dahinya mengerut berkali-kali. Otaknya menegang, seperti mencerna dengan begitu sulit setiap apa yang dibaca.Alex ingat betul bagaimana ketika dirinya mendatangi Lyra dengan tujuan ingin memperbaiki hubungan mereka. Lyra, justru sedang bersama dengan pria yang usianya lebih tua darinya. Dia menganggap Alex seperti angin lalu, bahkan setelah keributan terjadi pun matanya seolah enggan untuk melirik walau hanya sedetik.“Biarkan, dia mau mati atau apa paun itu sama sekali bukan urusanku. Aku sudah selesai dengannya. Jangan pernah kamu hadirkan lagi dia di dalam hidupku Frans!” tegas Alex memperingatkan.Dia berbalik menghadap ke jendela luar. Tatapan penuh kemarahan yang berpendar membuatnya gusar. Kedua tangannya saling bertaut namun rahangnya gemeretak.
“Kalian pulanglah, aku dan istriku akan menginap di hotel,” kata Alex kepada Lily dan Frans.Lily yang duduk di kursi dalam ruangan Frans itu terkejut. Dia sama sekali tidak berani tidur di rumah itu sendirian, Randy tidak mesti pulang ke rumah itu setelah hubungannya dengan nyonya Rima membaik. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah barunya.Sementara di rumah itu selain Lily tidak ada lagi asisten yang lain. Tidur di rumah besar itu sendirian, sama seperti uji nyali. Lily tidak berani melakukannya terlebih hanya berdua saja dengan baby Ryu.“Tuan, mana aku berani,” aku Lily dengan raut takut. Belum apa-apa dia sudah ketakutan.Rumah baru Alex memang sangatlah besar. Tiga kali lipat dari apartemennya. Pembelian rumah baru itu dilakukannya supaya tidak diungkit lagi oleh saudara tiri mendiang ayahnya, tuan Harry Fernando, orang yang selalu saja mencari celah untuk bisa menguasai peninggalan tuan August.“Frans, kamu temani dia.”Frans langsung menunjuk hidungnya dengan ekspresi
Aulin CompanyAlex membuka laci meja kerjanya, dia menggeledah satu persatu. Dia lupa tadi Renata mengatakan supaya dia mencarinya di meja kerjanya. Renata tidak menyebutkan tempat yang spesifik sementara di meja kerja itu ada beberapa laci dan juga banyak sekali tumpukan berkas.“Diselipkan di mana,” gumam Alex sambil terus mencari.Matanya tidak melihat ke sebuah kertas yang terselip di bagian bawah pot bunga di sudut mejanya. Selama mencari, jantungnya berdegup kencang karena begitu bahagia. Wanita yang dulu di dambakannya, kini secara terang-terangan membalas cintanya setelah begitu banyak badai mereka lalui bersama.“Mungkin itu hanya sebuah klu!” seru Frans dari balik lemari, dia juga ditugaskan untuk mencari hadiah yang katanya Renata sembunyikan.“Mungkin saja, tolong segera cari Frans. Ini kali pertama ulang tahunku diperingati oleh wanita yang aku sayangi setelah sekian lama.”Frans mencibik dengan garis senyuman di bibirnya yang begitu tipis. Dia bukan merendahkan, dia hany
“Ke mana dia, kenapa tidak menyusul di kamar?” gumam Renata sembari menyusuri tangga dan melihat keadaan di bawah. Tergeletak dua orang laki-laki, yang satu berseragam Dokter yang satu lagi masih rapi dengan setelan jas hitamnya. Hanya saja posisi tidurnya yang tidak enak, lehernya tertekuk karena bagian sofa yang terlalu tinggi. Renata turun, dia membawakan selimut untuk Alex. Hatinya tak tenang melihat pria yang selalu terlihat kuat di hadapannya itu malam itu terlihat begitu rapuh. Seharian Alex mengurusnya, juga mengurus tentang kasus kematian ayah kandungnya meski hanya melalui ponsel. Sejumlah pengacara diundang dan mereka sempat membicarakan segala bukti. “Kenapa Ayah mati sedangkan aku belum balas dendam? Kenapa?” racaunya dengan mulut yang bau alkohol tepat saat Renata mendekat. “Dia, dia juga mempunyai dendam kepada ayahnya. Kamu hidup terlantar bersama ibumu di tengah desa, tanpa bantuan dan perhatiannya sedangkan kamu sebenarnya adalah anak yang kaya raya. Huh! Miris m
Bingung dan canggung, suasana itu berlangsung lumayan lama. Nyonya Rima, dia yang melihat cucunya digendong oleh Alex pun segera bangkit untuk mendekatinya. Raut bahagia itu memudarkan sedikit kerutan di wajahnya.“Cucuku. Astaga, dia semakin tampan saja. Andreas, coba kamu lihat betapa tampan cucu kita,” cetus nyonya Rima tanpa sadar. Dia tak sadar sedang berbicara di hadapan siapa.“Cucu kita? Tunggu, apa ada yang kulewatkan Bu?” Renata meliukkan alisnya, dia terkejut sekaligus bingung mengapa ibunya berbicara hal yang tidak seharusnya kepada sopir pribadi.Nyonya Rima mengusap lembut pipi Renata, menatapnya penuh kasih dan berkata, “Nak, ibu sedang menjemput kebahagiaan ibu. Selama ini kamu tahu bagaimana mendiang ayah memperlakukan ibu bukan? Ibu memutuskan untuk menikah dengan tuan Andreas setelah putusan cerai.”Tercenung Renata sampai tidak bisa berkata-kata. Tapi tidak dengan Randy yang hanya duduk santai seolah dia sudah tahu dengan semua kenyataan baru tersebut.“Ran, apa ka
POV RenataTidak pernah ku impikan hidupku akan hancur seperti ini. Ayahku meninggal tanpa aku tahu apa penyebab jelasnya. Iya, semua yang hidup pasti akan mati.Namun... sikap ibu dan adikku, mereka kompak sekali membenci ayahku sedalam itu. Sebenarnya ada apa? Ada apa dengan semua ini?Kebiasaanku akhir-akhir ini adalah tentang mengurus Ryuga, putraku yang wajahnya sangat-sangat mirip dengan ayahnya. Entahlah, kemiripan wajahnya ini apakah merupakan pembuktian dari kejadian malam itu bahwa benar dia adalah anaknya?Putraku seolah sedang menunjukkan kepada dunia bahwa dia adalah putra kandung seorang Alexander Lim, pengusaha muda yang kaya secara mendadak akibat warisan ayah yang pernah membuangnya.“Rena! Sayang, ini bagaimana dasiku? Di mana kaos kakiku?” teriak seseorang yang baru saja selesai mandi.Alexander Lim, dengan rambutnya yang setengah basah, bulir air di dada bidang, dan juga... aroma sabun yang menguar memenuhi seluruh ruangan, selalu berhasil menghipnotisku, membuatku