Saat Maya membuka unitnya dengan kartunya, Kedua melihat sesosok yang sudah tidak asing berdiri keluar dari unit sebelahnya.
"Bukankah bukankah itu....," "kalimatnya mengembang. Tidak kuasa untuk sekedar menyebut nama laki-laki itu. Wajah Maya langsung memucat.
Kartu untuk membuka kamar jatuh di lantai. Adel memungutnya.
"Kamu kenapa Maya?" tanya Adel.
"Plis cepat buka pintunya Del," ujar Maya dengan gemetar.
Tanpa banyak bicara Adel langsung membuka pintu apartemen tersebut dengan kartunya. Begitu pintu dibuka, Maya langsung masuk dengan tergesa-gesa. Tidak hanya itu, dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci dari dalam.
Adel kebingungan melihat tingkah absurd sahabatnya itu. Bareng belanjaannya ditinggalkan begitu saja teronggok di depan pintu. Terpaksa Adel membawa masuk keduanya. Dengan susah payah. Setelah masuk, barulah dia kunci kembali pintunya.
"Maya, ini Adel? Kamu ada apa?" tanya Adel.
Tidak ada sahutan
"Adeeeel. Tolong buka pintunya," teriak Maya.Wajahnya menjadi pucat. Keringat bercucuran. Adel sudah paham apa yang terjadi. Dan tanpa banyak bertanya sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia menuju ke pintu masuk dan mengintip terlebih dahulu siapa yang datang.Sementara teman-teman kost yang lain masih tampak bingung melihat perubahan drastis yang terjadi pada Maya. Yang semula begitu ceria saat foto Selfi bersama. Kinimenjadi murung dan pucat pasi."Ada apa Maya? Kamu sakit?" tanya ibu kost.Maya hanya menggeleng.Tidak lama kemudian terdengar suara Adel Yeng berteriak dari depan pintu. "Maya, kamu pesan lunch box kah?" tanya Adel seraya membuka pintu."Iya," jawab Maya singkat. Dia menjadi lega karena ternyata bukan Firman yang datang. Tapi kurir yang mengantar pesanan makanannya."Ayo bantu aku," teriak Adel kepada Afi yang berdiri tidak jauh darinya.Ternyata Maya memesan 15 lunch box untu
"Bersiaplah Maya, aku akan datang. Aku sarankan kamu nikmati saja permainanku agar kamu tidak kesakitan. Okey baby. i am coming"Firman langsung naik ke atas tubuh Maya dan mengungkung tubuh gadis yang tidak berdaya itu."Braaaaaaak!"Pintu di tendang seseorang dari luar. Firman yang hendak menghujamkan senjatanya ke bagian inti tubuh Maya gagal. Dia tersentak kaget dan melihat ke arah pintu. Ternyata di sana sudah berdiri seseorang yang tidak dia kenal. Juga ada dua orang sekuriti dan manager apartemen yang menyertai."Bedeb@h! Apa yang kamu lakukan di sini Bangs@t!!"Pria yang tidak lain Jonathan segera melayangkan pukulan tepat tepak di dada Firman. Tubuh Firman langsung oleng dan terjatuh, terbanting ke lantai. Dengan sigap Jonathan menutup tubuh bagian bawah Maya yang sudah terkspose dengan selimut. Apalagi yang masuk ke kamar apartemen tersebut semua laki-laki.Sambil meringis kesakitan, Firman bangkit. Dia berusaha meraih
Jonathan menunggu Maya di ruang tamu. Sedangkan perawat yang ditunjuk dokter menunggu di kamar Maya. Karena terlalu lelah, Jonathan tertidur juga di sofa Hampir malam, barulah Jonathan bangun. Karena dia mendengar ada orang yang berbicara di kamar Maya. Dia lalu ke sana untuk melihat siapa yang sudah siuman.Betapa girangnya hati Jonathan, ternyata kekasih hatinya tersebut sudah bangun. Demikian juga dengan Adel."Maya," ujar Jonathan seraya mendekati pujaan hatinya tersebut."Lho Mas Jo kok di sini?" tanya Maya kaget."Kamu tidak apa-apa Maya?" tanya Jonathan."Memang ada apa denganku?" tanya Maya balik.Dia merasa aneh, ternyata tangannya juga diinfus. Sedangkan Adel yang juga sudah siuman hanya memandang dinding kamar dengan tatapan kosong."Memang kita kenapa Maya?" tanya Adel."Aku juga tidak tahu," jawab Maya."Mbak Maya dibius orang, kalau Mbak Adel pingsan," jawab perawat yang menjaga
"Tiba-tiba, aku kok malas pulang ya," ujar Jonathan usai makan. Adel dan Maya saling berpandangan. "Sepertinya ada yang modus," ujar Adel. Maya hanya tersenyum. Tidak menanggapi kata-kata Jonathan. Sejujurnya, Maya juga ingin agar lebih lama bersama Jonathan. Namun, mereka belum memiliki hubungan apapun sejauh ini. "Apa perlu aku antar pulangnya Mas, biar tidak malas," ujar Maya menawarkan diri. "Boleh. Usulan yang menarik," jawab Jonathan. Intinya dia tidak ingin berpisah dengan Maya secepatnya. "Terus pulangnya aku sendiri begitu?" tanya Maya balik. "Ya nanti aku antar lagi," jawab Jonathan dengan cepat. "Lha sama aja dong," kata Maya. "Ya udah biar aku tiduran di sofa dulu ya," kata Jonathan. Maya mengangguk. Adel yang menyadari bahwa Jonathan ingin berdua dengan Maya memilih masuk kamar. "Aku ke kamar dulu ya May," kata Adel. "Hei masak jam segini udah mau tidur," cegah Maya. "Banyak tugas yang belum aku kerjain. Mana dosennya killer lagi," kata Adel.
Saat Maya akan bergeser memijat paha kanan, tangannya sempat menyenggol sesuatu yang keras dan menegang. Maya kaget bukan kepalang. Mengapa ada benda sebesar buah timun yang panjang tiba-tiba ada di sana. Padahal tadi sebelumnya tidak ada."Aaaaaaaaa. Apa ini?" jerit Maya."Auuuw," Jonathan tidak kalah kagetnya.Adel yang berada di kamar bergegas keluar. Mendengar jeritan keduanya. "Aaaaaawww," teriak Adel tidak kalah kagetnya melihat posisi Maya dan Jonathan tidak lazim. Dengan bagian paha Jonathan terekspos. Sedangkan Maya duduk di sebelahnya."Kalian sedang apa? Oh mataku ternoda," teriak Adel.Jonathan mengubah posisinya dengan duduk. Dengan kaki yang masih terbuka tentunya. Karena ada sesuatu yang mengganjal di sana. Sedangkan Maya juga duduk di sofa lainnya."Ini tidak seperti yang kamu pikirkan Adel. Kaki Mas Jonathan tadi kram jadi aku urut. Ternyata ada beberapa bekas yg membiru setelah berantem dengan Firman
Maya dan Jonathan pulang dengan tidak baik-baik saja. Sepanjang perjalanan Maya lebih banyak diam. Meskipun Jonathan sudah memancingnya dengan berbagai pertanyaan. Jawaban Yeng diberikan Maya hanya sepotong sepotong."Aku jadi ingat saat kamu jadi pacar pura-pura ku dulu Maya. Kamu benar-benar menjiwai," ujar Jonathan agar Maya mau berkomentar."Hmm," Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Maya."Sebelum pulang, apa kamu ingin membeli sesuatu?" tanya Jonathan lagi.Kali ini Maya hanya menggeleng sebagai jawabannya."Kamu tambah cantik lho kalau lagi marah seperti ini," kata Jonathan."Hmm," jawab Maya."Besok aku boleh main ke kantormu?" tanya Jonathan tidak mau putus asa."Terserah," jawab Maya."Kamu kenapa sih Maya. Aku kan nggak bisa tidur kalau kamu begini terus," ujar Jonathan."Hmm," jawab Maya lagi.Akhirnya Jonathan memilih diam saja. Sampai akhirnya mereka sampai di apartem
Mobil Jonathan melaju perlahan ke arah kantor Maya. Hari masih pagi. "Kalian sudah sarapan?" tanya Jonathan."Sudah, Maya yang masak enak sekali," kata Adel."Hmm aku juga pingin dimasakkan Maya," ujar Jonathan."Hmm aku usul nih, gimana kalau Pak Jonathan yang belanja bahan mentahnya, Maya yang masak, terus kita makan bersama," usul Adel."Enak di kamu, tidak enak di aku," akhirnya Maya bersuara. Setelah sejak tadi dia diam saja."Ya udah deh, nanti aku bantu masak," ujar Adel."Masakanmu yang diragukan Adel. Nanti malah merusak cita rasa masakan Maya," gurau Jonathan."Ih Pak Jonathan jahat!" teriak Adel dari kursi belakang sambil memukul punggung laki-laki itu.Maya sebenarnya ingin tertawa melihat sahabatnya jadi sasaran bully. Namun nanti Jonathan akan mengira dia senang dan mendukung Jonathan. Akhirnya dia menahan ketawanya."Ayo mulai kapan direalisasikan?" tanya Jonathan."Ya tergantung
Sore itu Maya pulang ke apartemen seorang diri. Karena Adel ada kuliah sampai malam. Sebagaimana biasa, dia menyusuri jalan ibukota dengan jalan kaki menuju apartemennya.Setelah sampai, Maya langsung bersih diri dan ganti baju. Setelah itu dia berencana masak spaghetti untuk makan malamnya. "Ada plus minusnya juga tinggal di apartemen. Bisa lepas dari fitnah dan gunjingan julid tetangga. Tapi minusnya, ya seperti hidup sendiri tidak ada teman. Untung saja masih ada Adel yang menemani," ujar Maya pada dirinya sendiri.Tidak beberapa lama spaghetti sudah masak. Dia tata di piring saji layaknya makan di sebuah resto. Padahal ini hanyalah spaghetti yang dibikin secara instan. Cuman dia menambahi dengan toping abon dan bawang goreng."Hmm tampilannya tidak kalah dengan masakan Resto," ujar Maya.Cekrek. Cekrek.Dia ambil foto produknya itu dalam beberapa angle agar semakin menarik. Kemudian diupload di akun media sosialnya
Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik
"Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama
Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.
Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug
Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud
Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi
Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m
Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"
Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun