Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 400. Tiga Kali Bertarung

Share

Bab 400. Tiga Kali Bertarung

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-06 11:30:29

"Apa kamu bisa masak sendiri?" tanya Baron pada sang istri setelah menurunkannya di dapur, "Saya bangunkan Bibi saja ya," usulnya yang tidak disetujui Tari. 

Baron tidak mau kalau sang istri terjatuh saat memasak karena ia sudah kelelahan, akibat tiga kali bertarung dengannya. 

"Nggak usah!" sahut Tari, "Jangan mengganggu! Mereka sudah seharian bekerja, biarkan mereka istirahat!"

Wanita itu pun segera masak mie rebus lengkap dengan sayur dan telur. Setelah matang ia segera menyajikannya di meja makan.

Tari hanya membuatnya satu porsi karena ia pikir sang suami tidak suka makan mie instan. Wanita cantik yang sudah kelaparan itu segera memakan mie rebus selagi panas.

Sementara sang suami hanya memandangnya sambil menelan air liur. Aroma mie rebus itu benar-benar membuatnya lapar. Tapi, ia malu untuk memintanya karena tadi ia melarang sang istri untuk makan mie instan.

Tari melirik pada sang suami yang terus saja memandangnya. Ia pun

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 401. Bibirmu Gurih

    "Aku baru nyadar, ternyata suamiku sangat tampan," jawabnya sembari tersenyum, "Aku harus menjaganya supaya tidak ada pelakor yang merebutmu dariku," lanjutnya dengan serius."Pelakor itu siapa?" tanya Baron yang baru mendengar istilah seperti itu. Maklum saja, sebelum menikah, ia tidak pernah tahu urusan seorang wanita, kecuali tentang sang Nyonya dan Tuannya yang harus dia jaga.Baron benar-benar menutup hatinya untuk seorang wanita karena ia sudah berjanji akan selalu patuh dan setia kepada keluarga Mannaf.Ia tidak mau fokusnya terbagi kalau memiliki seorang istri. Namun, setelah mengenal Tari lebih dekat lagi, ia mulai tertarik dengan sekretaris CEO itu. Sehingga, ia menerima lamaran untuknya yang dilakukan oleh orang yang sangat dia hormati."Abang beneran nggak tahu pelakor?" Tari kembali bertanya kepada suaminya. 'Masa sih nggak tahu, pelakor kan ada di mana-mana,' batin Tari.Baron menggeleng pelan. "Coba jelaskan!" titahnya.Laki-l

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 402. Ciuman Hangat Pengantar Tidur

    Tari langsung meraba bibirnya, lalu menjilatinya. "Ya iyalah gurih, tadi 'kan abis makan mie rebus, belum sikat gigi," ucapnya sembari tersenyum."Ya udah ayo kita tidur, supaya besok tidak mengantuk saat kerja." Baron mencium kembali bibir sang istri dengan gemas karena lengan wanita cantik itu masih melingkar di lehernya. Ia menciumi setiap inci wajah cantik istrinya. "Sepertinya kamu ingin saya tiduri lagi," ucapnya yang langsung menindih tubuh sang istri."Abang berat!" Tari menyingkirkan tubuh tegap itu hingga terguling ke sampingnya. "Pelan-pelan ya! Serabiku masih perih," ucapnya malu-malu.Ia tidak bisa menolak permintaan sang suami, walau hanya sekedar candaan saja. Ia sudah berjanji akan patuh dan setia pada laki-laki yang telah menerangi dunianya yang gelap.Baron membelai dengan lembut pipi sang istri. "Saya hanya bercanda," ucapnya sembari tersenyum, "Ayo kita tidur!"Ciuman hangat pengantar tidur mendarat di kening sang istri. "Istira

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 403. Abang Mau Ngapain?

    "Maaf, Nyonya. Saya sudah menyiapkan sarapannya, tadi dibantu Ibu Nyonya juga," ucap Bi Omah dengan sopan, "Maafkan saya, Nyonya. Saya melakukannya atas perintah Tuan." Bi Omah menundukkan kepalanya di hadapan Nyonya rumah itu.Sang nyonya sudah berpesan sebelumnya untuk sarapan sang suami, agar ia saja yang menyiapkannya.Wanita yang sudah tidak muda lagi itu tertunduk, merasa bersalah karena tidak berbicara terlebih dulu pada sang nyonya."Syukurlah." Tari mengelus dadanya. Ia merasa lega, ia pikir tidak ada yang menyiapkan sarapan untuk suaminya karena sebelumnya ia sudah melarang Bi Omah membuat sarapan untuk suaminya."Nggak usah minta maaf, Bi! Harusnya saya yang mengucapkan terima kasih sama Bibi," ucap Tari dengan ramah kepada pelayan di rumah sang suami. "Kalau begitu saya mau siap-siap dulu, Bi.""Ibu sana mandi! Aku aja udah mandi, wangi dan cantik," kata Merry sambil menusuk kedua sisi pipinya dengan jari telunjuk."B

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 404. Pelan-pelan Dong, Sayang!

    Baron mengecup bibir ranum istrinya. Laki-laki yang baru mengenal cinta itu sudah kecanduan nikmatnya memadu kasih dengan orang yang menjadi penyemangat hidupnya."Cepat mandi sana! Saya sudah lapar," bisik Haidar di telinga sang istri.Tari langsung membuka matanya, lalu bergegas ke kamar mandi sebelum sang suami berubah pikiran.Wanita cantik itu dengan cepat membersihkan tubuhnya. Tidak sampai sepuluh menit Tari sudah keluar dari kamar mandi. Ia bergegas masuk ke ruang ganti dengan langkah setengah berlari."Tidak usah buru-buru!" kata Baron saat Tari memakai blazer sambil berjalan ke arahnya."Nanti kita kesiangan, Bang," balas Tari sembari meraih tas kerja yang tergantung di tempatnya. "Ayo!" Tari melingkarkan tangannya di lengan kekar sang suami. Menarik laki-laki itu untuk segera melangkah."Atur napas kamu yang benar!" Baron menghentikan langkahnya melihat napas Tari tersengal-sengal.Tari menghirup napas pelan-pelan, lalu men

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 405. Pengawal Keluarga Mannaf

    Baron terbatuk-batuk saat mendengar ucapan putrinya."Pelan-pelan dong, Bang," ucap Tari sambil tersenyum. "Makanya jangan ngomong apa aja di depan Merry," bisik Tari di telinga suaminya."Ayah kenapa?" Merry turun dari kursinya, lalu menghampiri sang ayah.Baron Kembali minum setelah batuknya mereda. "Ayah tidak apa-apa, Nak," jawabnya setelah meletakkan gelas kosong itu di meja makan. "Ayo kita berangkat!""Ayo, Yah," jawab Merry dengan semangat."Sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya, hari ini nggak bisa nganter kamu dulu karena kami sudah sangat terlambat," kata Tari kepada sang anak.Ia yakin suaminya tidak akan menolak jika Merry memintanya untuk mengantar ke sekolah walaupun ia sudah sangat terlambat."Iya, Bu, nggak apa-apa," jawab Merry."Merry dianter sama Nenek aja ya," sahut Bu Rumi sambil tersenyum kepada cucunya."Iya, Nek. Ayo kita berangkat." Merry berjalan menghampiri sang nenek. Mereka keluar bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 406. Wanita Begitu Rumit

    Pandangan wanita seksi itu tertuju pada empat laki-laki berbadan tegap yang memakai pakaian santai."Kenapa mereka tidak memakai baju yang sama?" Tari membandingkan pengawal yang berada di depannya dengan pengawal yang menunggunya di luar gerbang."Untuk mengelabui musuh, supaya mereka berpikir pengawalannya tidak begitu ketat," jawab Baron sembari menggenggam jemari lentik sang istri. "Maaf, karena sudah membuatmu masuk ke dalam masalah ini. Saya akan melindungi keluarga kita seperti saya melindungi keluarga Tuan Mannaf. Kalian sangat berarti bagi saya." Baron mencium jemari lentik itu sebelum istrinya masuk ke dalam mobil."Apa Tuan Haidar banyak musuhnya?" tanya Tari pelan kepada sang suami. Namun, ia tidak mendapatkan respons dari suaminya. "Maaf, Bang, saya sudah lancang," ucap Tari sambil menutup mulutnya.Baron menyingkirkan telapak tangan sang istri. "Tidak apa-apa, kamu sudah menjadi istri saya, wajar kalau kamu juga ingin tah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Pengantin Tuan Haidar   407. Istrimu Tidak Akan Kabur

    'Ini laki bawel amat ya, aku 'kan cuma pake bedak sama lipstik aja, nggak kebayang kalau lihat orang lain dandan sampai manglingi, pasti peralatan tempurnya banyak.' Tari hanya bisa menggerutu di dalam hatinya."Sayang ... kamu ng-""Ntar dulu, Bang, nanggung ini," sahut Tari memotong pembicaraan suaminya. "Nanti aku malu diledekin yang lain, kantung mataku menghitam gara-gara sering olahraga malam," ucapnya sambil mengoles lipstik di bibirnya."Kamu sudah punya saya, tidak usah berdandan yang akan membuat laki-laki lain melirik kamu," ucap Baron. Ia masih tidak rela kalau istrinya berdandan cantik."Abang, aku seorang sekretaris CEO, masa muka aku kusam dan kucel," sahut Tari, "Aku nggak dandan berlebihan, hanya sedikit menyamarkan lingkaran hitam mataku aja. Hatiku sudah digembok, nggak mungkin ada yang bisa masuk ke hati ini, 'kan kuncinya ada di Abang," ucap Tari sembari tersenyum manis pada suaminya.Baron tidak bisa berkata apa-apa lagi, yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 408. Jangan Panggil Saya Tuan

    Tari menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan menghadap sang suami. "Tuan, manggil saya?" tanya Tari dengan sopan."Jangan panggil saya Tuan! Semua orang di kantor ini sudah tahu kalau kamu istri saya." protes Baron kepada istrinya. Hari ini ia benar-benar dibuat kesal dengan sikap sang istri. "Kenapa tidak pamit kepada saya juga?"Tari melirik sang bos yang melipat kedua tangannya si depan dada sambil memerhatikan ia dan suaminya. Tari merasa malu dengan sikap sang suami."Saya kerja dulu ya, Bang." Tari meraih tangan sang suami, lalu menciumnya. Kemudian, segera berlalu dari hadapan dua laki-laki gagah itu.Sekretaris cantik itu segera duduk setelah sampai di meja kerjanya, mengatur napas yang sudah tidak teratur karena menahan amarahnya. Lalu, mengembuskannya perlahan. Ia sungguh dibuat kesal dengan sikap posesif sang suami."Es balok benar-benar menyebalkan," keluh Tari sembari membuka laci meja kerjanya. "Ternyata perawatan tempur ketin

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status