"Apa kamu balas dendam?" Joana tertunduk bingung mendapat pertanyaan semacam itu dari kakaknya. Dia memang merasa marah pada Erland karena membohonginya soal alasan kematian kedua orang tuanya namun, jika dikatakan untuk balas dendam dia tidak pernah memikirkan hal itu."Apa kamu akan diam saja setelah dia mempermainkanmu selama puluhan tahun ini?" Tanya Felix yang berusaha membangkitkan dendam yang terkubur dalam di hati Joana. "Joana dengar, jika kamu tidak ingin menghancurkan pria itu secara fisik maka setidaknya hancurkan dia secara mental."Mendengar ucapan kakaknya Joana lantas menoleh menatap Felix. "Apa maksudnya?" Tanya Joana yang tidak mengerti dengan rencana kakaknya."Joana aku tahu kamu sangat ingin menyingkirkan gadis biasa itu bukan? Kamu juga menginginkan Erland menjadi milikmu seutuhnya bukan?" Tanya Felix seolah dia telah memiliki sebuah cara mewujudkan keinginan Joana."Kak, maksudmu ... ?" Felix tersenyum sembari menatap Joana dengan tatapan penuh intrik rahasia.
"Sejak kapan kamu menyedarinya?"Erland yang berbaring tengkurap pun menoleh tegas menatap Angela yang berdiri disamping tempat tidurnya. Dengan santai dia merubah posisinya yang awal berbaring menjadi duduk di tepi tempat tidur sembari memakai pakaiannya."Samuel sangat takut dengan air terjun, dia tidak akan melakukan apa yang kamu lakukan." Balas Angela dengan santai seolah dia telah mengenal orang di hadapannya dengan waktu yang lama."Dia tidak akan tahu Samuel memiliki sihir atau tidak. Selain itu, lukamu akan membekas." Tambah Angela dengan santai sembari menunjuk punggung Sameul."Aku tidak akan mati hanya karena bekas luka." Balas Samuel dengan singkat."Sampai kapan kamu akan menjadi dia?""Itu bukan urusanmu. Tugasmu hanya mengawasi Emma dan mencari menyebar rumor kebaikanku," Balas Samuel palsu yang mengingatkan Angela akan tugasnya. "Dan jangan lupa, hidupmu adalah hadiah dari kebaikanku 50 tahun lalu." Tambah Erland yang sedang menyamar itu.Mendengar itu Angela hanya be
"Angela kenapa kamu membiarkan Emma keluar malam hari!" Erland yang masih dengan penyamarannya menjadi Samuel dengan marah mendatangi Angela. Namun, saat dia memasuki rumah dia sudah mendapati Angela terkapar tak sadarkan diri di lantai. "Nathan urus dia dengan baik, aku akan mencari Emma!" Ucapnya sembari berlari sesuai arahan mata-mata yang memberi informasi."Mereka ada disana tuan." Ucap salah satu mata-mata yang mengikuti pergerakan Emma.Samuel menyipitkan matanya, dia melihat Emma dengan seorang pria yang terlihat agak familiar baginya. 'Dia?' Setelah itu, dia berlari dengan cepat menghampiri Emma. Dengan sigap dia langsung menarik tangan Emma dan berdiri di depan Emma sehingga, dia langsung berhadapan dengan pria itu."Apa ada yang bisa saya bantu, rasanya tidak pantas mengajak seorang gadis keluar malam-malam." Ucap Samuel sembari terus menggenggam tangan Emma yang beerdiri di belakangnya dan terhalang oleh tubuh gagahnya.Pria misterius itu pun tersenyum tipis sembari membu
"Erland waktunya sudah tiba."Kini Erland sedang bersiap untuk menyaksikan langsung penyeleksian mata-mata baru yang akan dipekerjakan. Dia melakukan ini agar tidak ada kesalahan dalam penjagaan Emma kedepannya karena, dia tidak bisa terus berada di dekat Emma untuk mengawasi dan melindunginya.Dia berjalan menuju tempat penyeleksian menggunakan jubah hitam serta tudng yang selalu menutupi wajahnya. Dia tidak membiarkan siapapun di Kastil mengetahui wajahnya kecuali orang terdekatnya atau orang kepercayaannya."Silahkan dimulai." Ucap Erland dengan suara berat, dingin dan mendominasi miliknya. Penyeleksian pun dimulai setelah mendapat perintah dari Erland. Penyeleksian ini diatur cukup mudah oleh Erland, karena tidak suka sesuatu yang rumit. Pertama-tama dia hanya perlu mengetahui asal-usul peserta dan setelah itu dia mengumpulkan peserta dalam satu tempat."Ingatlah hanya 5 dari kalian yang dapat bertahan hiduplah yang akan terpilih!" Ucap Nathan dengan lantang memberitahu satu-satu
"Setelah itu apa yang kamu tahu?"Samuel dengan serius menatap Angela sembari menunggu jawaban dari mulut Angela. Dia sangat ingin memastikan bahwa Gagak Hitam yang di lihat Angela bukanlah Felix. "Aku pingsan dan tidak tahu apa-apa." Balas Angela sembari menggeleng.Samuel yang mendengar jawaban Angela merasa kecewa karena, wanita itu adalah satu-satunya saksi yang melihat Gagak tersebut. 'Apa mungkin benar dia? Kalau memang dia aku harus memperkuat pengawasan Emma.' Batin Erland sembari menunduk."Kalau begitu akan kembali, untuk sementara aku tidak akan kesini dulu." Ucap Samuel sembari bangkit dari duduknya dan tanpa meminta persetujuan Angela dia langsung melenggang pergi. 'Aku segera mengurus masalah ini.' Batin Samuel yang berjalan keluar dan tidak menyadari kalau dirinya berpapasan dengan Emma yang kembali.Emma hanya terdiam melihat punggung Samuel menjauh tanpa menyapanya seperti biasanya, saakan mereka tidak pernah mengenal sebelumnya. 'Samuel, apa dia yang asli?' Batin Em
Tujuh hari kemudian .... "Angela apa akhir-akhir ini ada hal mencurigakan terjadi?" Samuel bertanya sembari membantu Angela melakukan pekerjaan di Ladang. Meski dia baru beberapa kali melakukan pekerjaan di Ladang namun, Samuel sudah lumayan menguasai pekerjaan tersebut. Tangannya terus mengayunkan cangkul dengan lihai. "Tidak ada, semenjak kamu mempekerjakan dua mata-mata itu seminggu ini terasa aman." Balas Angela yang sedang memanen Kubis. "Baguslah kalau begitu." Ucap Samuel santai. "Angela, Samuel! Aku membawakan kalian makan siang." Teriak Emma yang datang seorang diri smebari menenteng keranjang yang berisi beberapa jenis makanan untuk mereka. Angela dan Samuel segera mencuci tangan mereka di saluran air yang mengairi ladang mereka. Kemudian mereka menikmati makan siang yang dbawa Emma bersama-sama dengan bahagia dan penuh tawa. Makan siang itu sudah seperti piknik keluarga yang dihiasi kegembiraan di wajah ketiganya. Sore harinya .... "Samuel aku percayakan dia padamu
Beberapa waktu sebelumnya ....BUGHHSamuel yang sedang mengumpulkan ranting kayu menoleh, dia mengerutkan keningnya dan bersikap waspada. Dia berkali-kali menoleh ke kanan dan kiri mengawasi situasi, dia berusaha berpikir positif. Setelah selesai dengan kegiatannya dia melangkah menyusuri jalan yang dia lalui sebelumnya.BUGHHDia menoleh kala kembali mendengar suara yang sama berulang kali, kakinya melangkah perlahan agar tidak membuat suara. 'Ethan?!' Batin Samuel terkejut melihat salah satu mata-mata terbaiknya tumbang dan terluka cukup parah.Samuel lantas berlari menghampiri pria itu, "Apa yang terjadi?" Tanya Samuel dengan wibawa seorang penguasa."Si-siapa kamu?" Tanya Ethan sembari memegang dadanya yang terus mengeluarkan darah. "Cepat katakan!" Perintah Samuel dengan tegas."Emma ... dia ber ... sama Le ... o." Ucap Ethan terbata-bata karena menahan rasa sakitnya.Samuel sontak menoleh dengan tatapan tajam dan bergegas menghampiri Emma. Dia sangat panik karena, ini berhubun
“Lepaskan aku! Aku tidak mau jadi pengantin persembahan!”“Ayah! Aku mohon jangan.”Gadis bernama Emma Graciella diseret paksa karena terus meronta dan menolak dibawa ke tepi sungai. Para calon pengantin persembahan harus dihanyutkan di sungai agar sampai ketempat Dewa Pelindung."Cepat jalan!"Para warga memaksa Emma karena desa mereka yang bernama Gynejas, sekarang sedang dihantam oleh bencana besar. Angin topan dan hujan deras meratakan hampir seluruh desa. Membuat para penduduk desa kocar-kacir, kebingungan harus menyelamatkan diri kemana.Bencana besar itu terjadi karena mereka lupa mempersembahkan seorang pengantin persembahan. Selain itu, alasan lainnya Emma dipaksa menjadi pengantin persembahan tahun ini adalah, karena dia satu-satunya gadis yang memiliki usia yang cocok dan pas bagi pengatin persembahan, yaitu 19 tahun. “Lepas!” Dia mengibaskan tangannya dan melepaskan tangan-tangan warga desa yang memegangnya. Dia berlari menghampiri ayahnya yang berdiri ikut menyaksikan d