Tubuh ini masih berasa dalam pelukan pria bertubuh kokoh. Rasa hangat mulai kurasakan. Darah mendidih berdesir hebat saat dia masih mendekap dan membopong tubuhku. Mata tak bisa menatap mata kebiruan dengan rahang yang begitu tegasnya.Kualihkan pandangan dan menatap apapun asal jangan matanya! Mata itu tajam banget bagai silet. Terus bulu mata itu lentik bagai dipasangi maskara.Seharusnya kejadian tadi tidaklah menimpaku. Yang jatuh harusnya Diana perusak rumah tangga orang itu alias pelakor.Kubenamkan wajah ini didada bidangnya. Seakan tak kuasa menahan gejolak hati saat Pak Kunang mulai menatapku.Aku digendong layaknya bayi mungil saja."Sudah sampai!" Suara berat itu menyadarkanku. Betapa malunya aku saat tadi membenamkan wajah didada kokoh itu. Bahkan suara degup jantungnya bisa kurasakan dengan jelas."Kamu kenapa lari-larian ditangga?" tanyanya dingin datar seakan tak berdosa sama sekali. Benar-benar pria tidak peka, tidak punya hati, tidak punya perasaan, tidak bisa mengha
Tak tahu apa yang harus kulakukan sebagai pria yang kini menyandang sudah menjadi suami Bening. Diana wanita yang rela mengorbankan sebagian ginjalnya untukku dan benar saja firasatku tentang Tiara, kalau bukan dia yang mendonorkan ginjalnya untukku.Aku tidak mau kejadian masalalu terjadi kepada Diana. Dia amat tersiksa dengan tunangannya. Apakah aku salah sudah menolongnya dan menjadikannya istri?Di resepsi aku tersadar akan kesalahanku karena sudah membayangkan seseorang yang aku cinta dulu. Diana menaruh kepalanya di tanganku. Aku malah membayangkan sosok yang aku cinta. Saat menyadari bahwa dia bukanlah sosok yang kucintai. Segera aku melepas tanganku yang sedari tadi dia gengam.Aku tersentak saat Bening menghilang. Benarkah dia cemburu? Seketika aku menyesal sudah memarahinya kemarin-kemarin. Aku juga ngambek kenapa dia gegabah langsung meninggalkan acara resepsi.Kulihat akhir-akhir ini istriku murung. Apakah aku bersalah sudah meninggalkannya dan malah ingin menjaga gadis la
Jika memang dua insan ditakdirkan bersama, apakah memang sesakit ini? Harus berbagi dan merasakan kepahitan madu. Ya, madu biasa memang manis, tapi madu yang aku dapatkan tidak manis.Kalau menikah dengan Pak Kunang sama saja membuat luka. Maka lebih baik aku tetap menikah dengan Dion, walau akhirnya dia tetap meninggalkanku dengan kematiannya. Namun setidaknya dia tetap melekat dihati dan tidak terbagi dengan yang lain.Astagfirullah kenapa aku malah mengingat lelaki lain. Sebagaimana perempuan yang sudah menikah. Tidak pantas membayangkan hidup bersama lelaki lain.Kami bertiga. Mama jessi, aku suamiku, dan pastinya pelakor bernama Diana juga berada dalam satu meja makan. Setelah sekian lama membisu dan berjanji tidak akan bersuara. Ternyata tidak enak hidup dalam kebisuan seperti ini.Aku bukanlah orang yang pandai berpura-pura bahkan dalam hal membisu. Tapi demi menyadarkan suami, apa salahnya?Sialnya Diana terus saja memperhatikan setiap gerak-gerikku. Apa maksud dia? Apakah tid
Sesak rasanya jika mengkhayalkan bagaimana suami kalau sampai kecelakaan dan terkapar? Beruntungnya aku tidak punyah benih jadi kalau dia terkapar itu tidak masalah tapi dia suamiku. Bisa-bisanya berkhayal hal buruk.Ingin bertanya dimana Diana berada pada dosen kutub ini karena didalam mobil tidak ada Diana. Melainkan hanya aku dan Kunang. Ya aku kali ini terpaksa ikut dengannya. Takut saja nanti dia berbuat nekat bunuh diri lagi.Tidak mungkin bertanya keberadaan Diana. Toh aku lagi drama membisu."Apakah kamu akan tetap membisu?" tanyanya tanpa kuhiraukan. Anggaplah pertanyaannya hanya angin."Bening? Sebenarnya saya malas menjelaskan ini sama kamu! Tapi melihat kamu membisu, akan saya coba jelaskan."Sebenarnya aku juga malas mendengarkan omongannya dan apa yang dia mau jelaskan. Akan tetapi aku juga penasaran apa yang ingin dia jelaskan padaku kali ini."Memang saya sudah jelaskan hal ini pada mama, tapi mengingat kau istri pertama saya. Jadi, mau tidak mau saya harus jelaskan le
Kunang menurunkan kaca mobil. Diana seakan tak terima kalau tadi melihat suamiku menyapu pipiku atau menowel idungku. Apa bahkan Diana melihat kami berpelukan? Oh tidak!Lah kenapa aku malah tidak mau Diana melihat semua itu? Bagus dong dia cemburu."Ada apa?" tanya Kunang menatap selirku."Emmm gapapa, ayo Bening kita bareng," ucapnya menjulurkan tangan.Dih gak sudi aku menerima uluran tangannya. Tadi dia sepertinya marah? Cepat sekali dia berubah. Apa mungkin dia tahan rasa cemburunya agar Kunang tidak marah dengannya?Dasar gadis bermuka dua!"Maaf saya bisa masuk ke kampus dengan sendiri tanpa bantuan siapapun," ucapku ketus.Ya sesekali pelakor sok baik kayak Diana harus dikasi pelajaran dengan kata-kata yang menohok."Kamu bareng saja dengan suamiku itu!" Lanjutku menatap sinis dan membuka pintu mobil, lalu menutupnya dengan garang.Bummm!"Astagfirullah!" seru Kunang dan Diana saat aku menutup mobil dengan sangat keras. Ah kenapa mereka berucap hampir bersamaan. Lagian cuma nu
Setelah melakukan tindakan memalukan hingga pipiku memerah. Kunang mengajar dengan sangat santainya. Dia seakan tidak melakukan apapun tadi. Aku kesal! Mengapa kamu melakukan itu Kunang? "Bening?" Suara khas lelaki mengagetkanku. Dia menatap ke arahku."Apa?""Lah? Coba jawab pertanyaan yang saya ajukan padamu!"Glek! Ah mungkin saja aku tadi melamun dan tidak mendengarkan apa yang dosen ini tanyakan. Aku lupa bahwa sekarang ada dikampus."Emmm.. Iya saya mengerti tentang penjelasan Bapak mengenai neraca lajur itu," ucapku sekenanya dan aku pikir pasti jawabanku salah."Hahaha." Seluruh kelas menertawakanku. Apa ini rencana dia menjailiku? Sungguh terlalu kau Kunang!"Kenapa tuh Bening?" tanya bombom. Kulihat Intan mengendikkan bahu."Mungkin teringat malam pertama bersama dosen. Ciew cie!"Eitts dah otak mereka malah mesum! Intan melempar tisu pada anak yang berkata memalukan itu."Apaan sih kalian," seru Intan.Aku menggeleng pertanda menghentikan aksi Intan.Terlihat dosen itu ter
Kunang Dramasta Pov.Kututup pintu kamar menghampiri istri keduaku. Rasanya sakit mendengar penolakan Bening yang menolak untuk tidur bersama.Apa salah membagi waktuku dengan Diana? Namun apa dayaku yang harus kuperbuat? Aku sudah terlanjur menikah sirih dengan Diana. Saat Diana menyatakan cintanya kembali aku menjadi tak tega. Apalagi pengorbanan dia sampai rela memberikan salah satu ginjalnya padaku. Aku juga tidak mau menyakiti perasaan wanita dan tidak mau kejadian buruk itu terjadi lagi menimpaku.Kududuk dipojok tempat tidur ini. Tak tahan menatap Bening yang tiap hari menangis walau kutahu dia berusaha menyembunyikannya.Kenapa ada rasa yang menjanggal saat tubuh ini duduk ditempat tidur bersama wanita lain selain Bening?Bening juga selama jadi istriku tidak pernah menyatakan cintanya padaku. Sudah beberapa bulan dan semenjak kepergian Dion dia juga belum mengatakan apapun. Apakah Bening belum mencintaiku? Sudah lewat 40 harinya Dion jugak.Gegara kokonyolan dia saat meningga
Pasti sekarang suamiku sedang bermanja-manja dengan madu itu. Benar-benar pelakor kelas kakak. Eh kelas kakap. Auk ah pusing kepala barbie.Ahhhh kuacak rambut yang tak terikat ini. Karena ini didalam kamar jadi aku buka jilbab.Apa aku nguping aja kali ya?Tapi aku ngupingnya mending agak maleman dikit. Pasti mereka lebih leluasa bercanda-candaan jam segitu.Daripada kesel mikirin dua pasutri. Mending berselancar memainkan gawai.Deg! Kenapa perasaanku aneh? Ini gawai siapa lagi yang kupegang? Dari modelannya sih gawai mahal nih cuy. Wah sekitar 20 jutaan nih. Wih keren manteb kameranya. Cek paket data ah! Wih banyak banget paket kuotanya. Pasti puas nih kalau liat video di youtube. Tapi aku malas lihat."Kunang?" Ya aku jadi teringat gawai Kunang. Ini kan gawainya!Meloncat-loncat diatas kasur. Seneng rasanya bisa pegang ponsel suami sendiri."Hatinya gak kudapat! Tapi hapenya aku dapat! Ah ada-ada saja."Mata liarku mulai bekerja. Aku berselancar lagi digawai dengan mengecek pes
Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka."Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun."Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang.Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah.Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi untukmu, S
Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung
"Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S
Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha
Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi
Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa
Tubuh Bening bergetar hebat melihat pemandangan tak lazim ketika pisau itu mengarah pada leher Sulaikha."Baik Bu. Bening berubah pikiran. Bening tidak akan pergi. Bening tidak akan melihat jazad suami Bening," lirih Bening pasrah. Ia begitu menyayangi Sulaikha. Maka dari itu Bening menahan segala keegoisannya agar ibunya tidak jadi bunuh diri."Sebagai seorang anak, kamu memang sepantasnya mendengarkan perkataan ibu, Bening. Ibu tahu kamu sangat mencintai suamimu, Kunang. Namun, Jessi sudah melarang kita untuk pergi ke sana. Lalu ibu bisa apa? Mungkin inilah yang terbaik untukmu agar kamu bisa melupakan Kunang yang selalu menyakitimu itu," ucap Sulaikha yang mulai melempar pisau tadi ke lantai.[Bagaimana aku bisa melupakan suami dinginku itu ibu? Bagaimana bisa? Memang dia begitu kaku dalam menjalani hubungan rumah tangga kami. Dia juga selalu menyakiti perasaanku dengan tidak jujur tentang mantan kekasihnya dulu yang ternyata adalah sepupuku. Tapi, cintaku padanya nyata Bu. Dan juj
BRUKKKSuara begitu memekakan telinga membuat Bening terenyak serta tak mampu berdiri apa yang ada dihadapannya. Tubuhnya terasa ringat dan sangat lemas tanpa tulang. Air mata Bening sudah tak bisa dibendung lagi. Kau tahu siapakah yang celaka?Darah bercucuran dari pria yang sudah jatuh diatas balkon. Detak jantung Bening seakan terhenti dunianya begitu runtuh melihat orang yang amat dicintainya, orang yang selama ini bertengger di hatinya terkapar berlumuran darah dan tak sadarkan diri. Ya Kunang melompat dari atas balkon membuat hati wanita apalagi istrinya hancur berkeping-keping berserakan tak karuan."KUNANG!! APA YANG KAMU LAKUKAN?" pekik Bening histeris. Sementara Koldam yang tadinya ingin mengakhiri hidupnya gagal karena Kunanglah yang lebih dulu melompat.Sebenarnya sebelumnya yang terjadi ...Kunang merasakan kepalanya amat sangat sakit sebenarnya kepala Kunang terbentur pada pintu ketika Bening dan Koldam tengah fokus mengobrol."Bening?" lirih Kunang.[Mengapa aku selalu
Wanita dihadapan pria yang bergelantungan itu mulai memejamkan kedua mata. Wajahnya berubah pucat pasi serta bibirnya gemetar dan dadanya berdegup kencang melihat pemandangan yang membuatnya takut. Ya takut kehilangan kekasih yang mulai mengisi jiwa meski kekasih itu tidak menganggap dia ada sekarang. Bodoh! Bodoh memang jika Bening masih bersama lelaki yang sama sekali tidak mengingatnya namun malah mengingat si mantan."Ya Allah aku harus menolong siapa dulu? Kunangku memang suamiku namun dia juga yang sudah menciptakan luka beberapa kali di hati. Dia yang sudah mencabik-cabik hatiku menjadi berantakan," batin Bening.Koldam dan Kunang masih saja bergelantungan di atas balkon. Kunang memegangi kepalanya, ia mulai merasakan kesakitan dibagian kepala."Baiklah aku akan menolong kalian," kata Bening.GrebbbMata Koldam membulat sempurna saat Bening mulai mau menolong Kunang. Bening mulai melilitkan tali kepada Kunang dan ingin mengikatnya ke sesuatu yang kuat."JANGAN BENING! Kenapa kam