Share

Waktu Bapak Pergi

“Kopi, Mas?” Seorang perempuan dengan wajah lusuh menampilkan senyum yang sangat lebar.

Firman hanya melirik sekilas lalu menggeleng.

“Boleh ngajak penjualnya ngobrol juga kok. Ngobrolnya gratis, Mas tinggal bayar kopinya.” Perempuan itu tidak menyerah begitu saja.

Firman menghela napas, pedagang di terminal memang tidak pernah membiarkan orang lain berdiam diri dalam kesendirian. Lelaki itu menoleh sebentar ke arah si perempuan penjual kopi. “Maaf ya, Mbak ….”

Firman berlalu diiringi sedikit gumaman dari si penjual kopi. Lelaki itu abai saja, dia terus melangkahkan kaki. Meskipun sebenarnya hatinya masih bingung. Siapa dulu yang akan dia mintai keterangan? Septi atau ibunya?

Tadi siang Firman sudah sempat berada lama di halaman rumah Septi. Memandang pintu rumah yang tertutup rapat dengan hati penuh gejolak. Dia tahu Septi ada di dalam, tetapi tangannya masih ragu-ragu untuk mengetuk. Fakta yang dikeluark

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status