Raja baru merasakan apa itu yang namanya tersengat listrik tegangan tinggi sampai pusaka nyaris karatannya itu pun ikut menegang. Bagaimana tidak, jika sejak tadi tubuh bagian depan sang kekasih beberapa kali menempel di punggungnya. Jok motor sport-nya tidak begitu menukik, tapi tetap mampu membuat Elin merosot sampai menyentuh punggung Raja. Wanita itu membenahi letak duduknya agak menjauh berkali-kali yang justru pergerakannya bikin Raja gelisah alias geli-geli basah. Belum lagi sebelah tangan Elin menempel di pinggangnya. Memang sih Raja yang meminta tangan Elin berada di sana agar sang pujaan hati tak terjatuh. Tapi sepertinya, keputusan Raja untuk mengantar Elin menggunakan motor salah besar. Dia jadi panas dingin sendiri sepanjang perjalanan. Rasanya itu loh kenyal-kenyal enyak tapi bikin otak ‘travelling’ dalam konteks yang tidak benar. Dosa gak sih bayangin yang ‘iya-iya’?Raja bernapas lega saat akhirnya dapat masuk ke halaman rumah keluarga Gunawan. Hal itu menandakan kalau
Mata Daniel beralih ke arah Raja. “Kamu tidak dengar apa yang saya katakan? LEPASKAN TANGAN ANAK SAYA!”Raja terkejut luar biasa mendengar suara menggelegar Daniel yang menegurnya. Refleks ia melepas tangan Elin dan langsung memundurkan tubuh yang basah akibat semprotan Kristal tadi. Sialnya, Raja tersandung kakinya sendiri sampai ia jatuh terduduk. Raja merasakan b*kongnya nyeri dan basah karena genangan air sabun yang mengalir dari bawah mobil Daniel. Air bekas pria paruh baya itu membersihkan mobilnya. Mata Raja mengerjap-ngerjap linglung. Pikirannya blank seketika. Keadaan Raja saat ini cocok dengan peribahasa sudah jatuh, tertimpa beton.Sepertinya Raja tidak cocok dengan air. Hal ini mengingatkannya saat pertama kali menyatakan cinta pada Elin di parkiran motor di depan pengadilan kala itu. B*kongnya kembali basah secara memalukan. Poor you, orang baik. Memang benar ya orang baik tuh malah banyak cobaannya. Tidak apa-apa deh. Hitung-hitung melatih kesabaran biar setebal KUHP.Un
Entah mengapa Raja merasa hidupnya bagai di dalam drama komedi setiap kali berhubungan dengan keluarga sang kekasih. Ada saja hal-hal konyol yang terjadi padanya. Setelah drama basah-basahan dan mengakui hubungannya dengan Elin di hadapan Daniel, Daniel langsung menatapnya dengan tatapan m*mbunuh. Beruntung hidupnya diselamatkan Kristal. Mami dari kekasihnya itu menginterupsi Daniel yang baru saja akan membuka suara yang Raja yakini akan keluar kata-kata tajam karena seenaknya melamar Elin.Raja sadar dia terlalu nekat melamar Elin secara tiba-tiba dan tanpa persiapan. Niat awal ingin perlahan mendekati keluarga sang kekasih dan mengakui hubungannya dan Elin. Tapi saat Daniel membawa-bawa kata ‘halal’, pikiran Raja langsung tidak sabaran untuk menjadikan Elin halal baginya. Uhm… tapi, bukankah hal itu wajar? Di usianya yang telah matang seperti ini tidak ada waktu lagi untuk sekadar menjadikan Elin kekasih, bukan?“Ehm!”Raja tersadar dari lamunan saat mendengar deheman keras Daniel.
“Pi~”“Diam dulu, Lin. Papi tidak bisa menyerahkan kamu secepat itu. Hubungan kalian masih seumur jagung. Bahkan jagung saja umurnya masih lebih panjang.”Elin kembali bungkam. Ia menatap prihatin Raja yang saat ini meremas-remas celana jeans yang pria itu kenakan. Terlihat sekali kalau Raja gugup luar biasa. Apalagi pria itu adalah pria polos.“Bisa… saya bicara sekarang, Bapak Gunawan?”Daniel mendengus. Pria paruh baya itu diam, seolah menandakan mempersilakan Raja bicara.“Saya… Hubungan saya dan Velin memang baru terjalin, tapi bukan berarti saya tidak serius. Sejak awal saya serius sama anak Bapak. Saya mencintai anak Bapak dengan setulus-tulusnya. Menjadikan Velin halal bukanlah sesuatu yang keluar begitu saja dari mulut saya. Saya bersungguh-sungguh.”“Tapi hubungan kalian masih baru! Jangan hanya sedang euforia dan sedang cinta-cintanya, lalu terburu-buru memutuskan hal seserius itu!”Raja menunduk. Lalu menghela napas panjang. Pria ini kembali menatap Daniel yang masih terus
“Mas…”“Ehm…”Daniel tersadar dari lamunan mendengar suara sang istri dan pria muda yang duduk di depannya. Mata Daniel menatap Raja yang juga saat ini menatapnya dengan tatapan teduh yang dimiliki pria muda itu.“Hubungan kamu dan Elin baru terjalin. Memang anak saya sudah bahagia sama kamu, sampai kamu bisa sepercaya diri itu meminta anak saya?” tanya Daniel dengan nada mengintimidasi. Ia ingin lihat keseriusan Raja sebelum benar-benar merestui hubungan keduanya.“Yin, kamu bahagia atau tidak sama Dek Raja?”Daniel mengalihkan pandangan pada sang istri saat Kristal justru bertanya pada Elin.“Kenapa, Mas? Kamu salah kalau kamu bertanya seperti itu sama Dek Raja. Kamu tidak melupakan, bukan, yang menjalani hubungan bukan hanya Dek Raja sendiri? Kita juga harus dengar pendapat Eyin.”Daniel membuang napas kasar, lalu menatap lembut sang anak yang ada di samping kirinya. Sementara sang istri duduk di samping kanan. “Kamu bahagia dengan Anak Muda itu?” Daniel mengarahkan dagunya pada Ra
“Waduh, ternyata sudah dijemput Ayang ya?” “Om~!” Raja mengusap tengkuk gugup sambil mesem-mesem. Sementara Elin memasang wajah cemberut dengan pipi merona mendengar ledekan Setiadi. Sahabat ayahnya itu sepertinya sengaja membuat Elin dan Raja salah tingkah. “Apa kabar, Pak Setiadi?” sapa Raja. Sebelah alis Setiadi naik. Tatapannya memancarkan kegelian. “Kamu serius tanya saya seperti kita tidak bertemu dalam waktu yang lama? Bukankah tadi siang kita bertemu untuk membahas tentang kelanjutan kasus kamu dan Erika Zahra, Raja?” Raja terbatuk salah tingkah. Sial! Niat basa-basi malah jadi memalukan diri sendiri. Ini kenapa pengacaranya lemes amat sih mulutnya?! Untung saja rekan kerja Elin yang lain sudah pulang lebih dulu setelah saling memberi senyum sopan saat melihat keberadaan Raja di depan halaman kantor firma hukum Setiadi. Raja melirik Elin. Kekasihnya itu menggigit bibir seperti menahan tawa. Raja jadi ingin menghilang dari sini saat tawa Setiadi semakin menjadi. Mungkin me
“Maaf karena saya belum bisa menjadi kekasih yang baik. Hubungan kita baru resmi terjalin, tapi saya sudah meninggalkan kamu. Seharusnya kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak—”Raja menghentikan ucapan saat merasakan Elin balas menggenggam tangannya. Raja menelan saliva susah payah melihat senyum cantik sang pujaan hati.“Bukankah kita punya banyak waktu? Saya tahu Mas Raja sibuk. Mas Raja juga saya harapkan dapat maklum jika suatu saat saya pun tidak memiliki waktu banyak untuk Mas Raja. Apalagi saat sedang menangani kasus yang berat. Waktu saya pasti akan habis untuk mempelajari berkas.”“Tentu saja, Velin! Saya justru bangga sama kamu karena kamu orang yang sangat bertanggung jawab dengan pekerjaan kamu.”Mereka kembali saling pandang mengagumi satu sama lain. Tanpa sadar kalau satpam yang berjaga di pos mesem-mesem ikut baper melihat pasangan yang serasi itu. Bagaimana mau tidak baper kalau pakai pegangan tangan segala. Kan sang satpam jadi kangen istri di kampung. Jadi pingin
“Bagus ya tadi filmnya.”Elin menghentikan pergerakan tangan saat ingin memasukkan spagetti ke dalam mulut. Ia meletakkan kembali garpu ke atas piring sebuah restoran pizza yang sudah menjamur di negara ini. Matanya berbinar menatap Raja yang duduk di depannya. “Iya! Apalagi saat-saat terakhir. Ya ampun mengharukan sekali setelah sedih-sedih di pertengahan cerita!” antusias Elin.“Sampai kamu mengeluarkan air mata ya. Lucu sekali! Apalagi saat kamu mengomel, kamu seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen.” Raja terkekeh dengan binar jahil. Mengingat bagaimana tadi sang kekasih terisak sambil mengomeli pembuat naskah dan sutradara film yang mereka tonton.“Hiks… Tidak bisa! Ini… terlalu mengharukan! Hiks… b-bagaimana bisa mereka m-membuat film yang lucu sekaligus… mengharukan seperti ini?! Menurut Mas Raja, h-haruskah… saya mengganti naskahnya jadi… naskah komedi sepenuhnya?”Wajah Elin yang tadinya semringah, berubah cemberut. Bibirnya mengerucut sebal. “Seperti Mas Raja
“Velin naik pesawat apa?” tanya Raja di sela langkah kakinya yang terburu-buru. Di sampingnya, Bima tampak menyamai kecepatan langkah si King Raja yang sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hati. Raja ingin segera memberikan obat penenang yang berada di saku kemejanya sebelum sang kekasih terbang. Syukur-syukur tidak jadi terbang. Atau mungkin… Raja akan ikut terbang juga ke manapun Elin pergi. Kan memang niat awalnya ingin menempeli Elin sampai Elin kec*nduan dengan kehadirannya. Pokoknya Raja mau menggentayangi Elin mulai sekarang!“Penerbangan luar kota kan? Kota mana? Apa di sana?” Raja melangkah menuju gate untuk penerbangan domestik. Namun langkahnya tertahan karena Bima menarik lengannya.“Bukan.”“Terus di mana?” tanya Raja tak sabar.“Em…” Bima tampak ragu mengatakan sesuatu. Ia menggaruk tengkuk salah tingkah dengan sebelah tangan yang bebas.Apa yang Bima l
“Om, kamu beneran enggak mengkhianati Elin kan?”Raja menoleh ke arah pria yang sedang mengemudi di sampingnya. Sejak hening entah berapa lama setelah mereka meninggalkan kediaman Gunawan, pria yang ia gaungkan sebagai rival-nya itu bertanya dengan nada waswas. Bukan nada mengesalkan seperti saat di depan rumah Elin tadi.“Saya bukan orang yang seperti itu. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Dan mengenai kenapa saya tidak menepis berita itu, karena saya benar-benar tidak tahu. Seperti apa yang saya katakan tadi, saya menghapus semua sosial media di ponsel saya setelah masalah saya di sana selesai.”“Kenapa kamu hapus, Om? Jadinya kamu enggak tau kan kalau kamu jadi pembahasan ‘lagi’ di sosmed.”“Saya pikir kan masalahnya sudah selesai. Jadi ya sudah saya hapus saja daripada tidak pernah saya pergunakan. Bukankah Mubazir ruang penyimpanan kalau saya pertahankan? Tidak sangka ternyata ada mas
“Mau ke mana dulu?”“Menemui Velin! Ayo kita tanyakan pada KEKASIH SAYA, siapa sebenarnya yang dia cintai!” kata Raja datar. Namun tatapannya tajam menusuk. Napasnya masih memburu karena emosi yang belum mereda sama sekali. Namun, Raja merasa buang-buang waktu tarung sama Bima. Bukan, bukan Raja takut pada Bima setelah pria itu sempat meninjunya. Walaupun bisa dikatakan Bima memiliki tenaga yang boleh juga, tapi Raja yakin bisa mengalahkan pria itu kok. Tapi Raja tetaplah Raja yang sebenarnya tidak suka cara kekerasan seperti tadi. Anggap saja dia tadi sedikit khilaf telah meninju Bima dua kali. Raja akan memilih menanyakan langsung pada Velin-nya siapa sebenarnya yang ada di hati wanita itu. Atau kalau memang Elin mencintai dua pria sekaligus, Raja ingin tahu berapa persen kedudukannya di hati Elin. Kalaupun lebih kecil Raja, Raja harap tidak selisih jauh. Sehingga Raja masih bisa segera mengejar ketertinggalannya sampai menjadi seratus persen. Sampai nama Bima gone dibawa angin.“El
“Ngapain Bang Toyib ke sini?”Raja mengernyit tak suka setengah bingung saat mendengar perkatakan rivalnya, Bima si SEPUPU JAUH sang kekasih. Kenapa pria itu ada di rumah ini?! Alih-alih mendapati keberadaan sang kekasih, Raja justru disuguhi wajah songong pria mengesalkan itu. Apa sejak ia pergi, Velin-nya dan Bima sering menghabiskan waktu bersama?Kedua tangan Raja terkepal kuat.Si*lan!Tidak bisa dibiarkan!Rencana membuat Elin kecanduan akan kehadirannya harus segera dilaksanakan DETIK INI juga!“Siapa yang kamu sebut ‘Bang Toyib’?”“Anda lah. Memang siapa lagi yang enggak pulang-pulang malah sibuk selingkuh? CLBK sama mantan? Idih! Enggak banget! Kayak enggak ada cewek lain aja!”“Nama saya ‘Raja’, bukan ‘Bang Toyib’! Dan jangan bicara sembarangan! Siapa yang CLBK?!”“Jangan pura-pura beg0. Enggak punya HP atau gimana? Bukannya Anda lagi jadi selebriti di sosmed? Akun Anda juga bolak-balik kena tag loh. Masih mau belagak beg0? Atau jangan-jangan kamu b*ta?” sinis Bima tajam.Ra
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel