Beranda / Pendekar / Pendekar Tengil / Kisah Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara

Share

Kisah Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara

Penulis: Jajaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selamat pagi sobat semuanya.

Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil memang sudah tamat. Meski begitu saya sangat senang saat banyak sobat pembaca semua yang mengharapkan kelanjutannya baik di komentar maupun di social media. Karena itu saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini.

Sebagai ucapan terima kasih, saya akan melanjutkan lagi kisah Pendekar Tengil ini. Saya akan memulainya dengan menceritakan perjalanan Indra Purwasena ke Kerajaan Galuh. Sebuah Kerajaan yang tak jauh dari Kerajaan Panjalu dan hanya terpisah oleh lautan luas saja. di sanalah tempat Ki Maung Lara berguru dan menguasai ajian gelap ngampar yang kini dikuasai oleh Indra.

Tujuan Indra ke Kerajaan Galuh tak lain untuk mematangkan ilmu kanuragan dan bela diri miliknya. Sebab setelah mengalami perang dan berkelana ke Kerajaan Girilaya, dia tahu bahwa di dunia ini masih banyak pendekar yang jauh lebih kuat darinya. Dia ingin menjadi lebih kuat lagi agar bisa melindungi Mira nantinya. Indra tahu kalau gerakan pancalima yang Ki Maung Lara ajarkan kepadanya nyatanya hanyalah gerakan dasar dari Perguruan Pancabuana, sedangkan gerakan bela diri tahapan tertingginya adalah gerakan pancatunggal.

Apakah dia akan berhasil menemukan Perguruan Pancabuana yang dia tuju? Ataukah ada hal tidak terduga yang akan terjadi di sana nantinya? Sebenarnya sekuat apa para pendekar dari Kerajaan Galuh? Sobat bisa nantikan di dalam kisahnya nanti. Kisah perjalanan Indra di tanah para Jawara.

Sebelumnya saya meminta maaf jika nanti updatenya tidak maksimal karena saat ini juga saya sedang melanjutkan novel solo vs squad. Saya juga tidak mungkin bisa mengabaikan novel itu begitu saja sebab di sana juga sama ada pembaca saya yang menunggu updatenya. Mungkin untuk sementara saya akan mengatur jadwal menulisnya, sebab saya tidak mungkin memaksakan diri untuk update setiap hari. Saya juga bukan robot, saya juga tidak mau sakit, karena itu saya minta sobat semua bisa memakluminya.

Sabtu - Selasa saya akan utamakan update novel Pendekar Tengil.

Rabu – Jum’at saya akan utamakan update novel Solo vs Squad.

Untuk sementara begitu jadwalnya, jika di hari yang tidak diutamakan saya tetap update, maka anggap saja itu bonus. Hehehe.. jadwal itu juga bisa berubah tergantung dukungan sobat semuanya. Saya usahakan untuk selalu update 2 bab jika saya sehat dan tidak ada halangan. Untuk permulaan, saya hari ini akan update 2 bab awal dari kisah Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara ini.

Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini, terutama yang sudah memberikan gemnya. Karena itulah sekali lagi saya mohon dukungannya dari sobat semua agar saya semakin semangat updatenya. Do’akan juga agar saya senantiasa diberikan kesehatan agar tetap bisa menulis secara maksimal.

Semoga kisahnya nanti bisa menghibur dan bernilai positif bagi sobat semua.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
enjang tarmudi
semangat terus jangan kendor thor ............
goodnovel comment avatar
Jeynal Nal
saya sangat suka
goodnovel comment avatar
Eef Tato Sudita Di
cerita yg bagus tidak bertele tele dan tidak banyak pengulangan kalimat2 yg itu2 juga.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Tengil   Bab 1: Berlayar ke Kerajaan Galuh (part 1)

    Satu minggu berlalu setelah pertemuan penting di Istana Kerajaan Panjalu berakhir. Saat ini Indra Purwasena sudah siap membulatkan tekadnya untuk memulai perjalanan ke Kerajaan Galuh guna mematangkan ilmunya di Perguruan Pancabuana tempat Maung Lara dan Maung Lodra dahulu berguru.Beberapa hari yang lalu dia sudah ikut pulang ke Kadipaten Mandala bersama dengan keluarga Adipati Mangkuwira. Dia bahkan menginap di sana selama semalam atas permintaan Adipati sendiri, di kediamannya itu Adipati Mangkuwira tidak lupa memberikan Indra uang sebagai bekal di perjalanannya nanti. Setelah menginap di rumah keluarga Mira, dia kemudian pamit untuk kembali ke Desa Panungtungan. Tujuannya tak lain untuk menziarahi kuburan Braja Ekalawya, Lingga dan teman-temannya di Pasir Gede.Hari itu juga dia langsung pergi lagi untuk memulai perjalanan menuju ke dermaga terdekat. Hari ini setelah berjalan beberapa hari akhirnya dia sudah sampai di dermaga yang ada di Kadipaten Nangga

  • Pendekar Tengil   Bab 2: Berlayar ke Kerajaan Galuh (part 2)

    “Ada urusan apa sejak tadi kisanak melihatku terus?” tanya Indra tiba-tiba. Dia segera memalingkan pandangannya ke samping, padahal tidak terlihat siapapun di sana.“Penglihatan kisanak rupanya cukup tajam juga ternyata,” terdengar suara seorang pria berbicara. Mendadak saja sebuah sosok pria kekar dan tegap sudah ada di samping Indra. Dari postur tubuh dan wajahnya kelihatannya umurnya memang sudah jauh lebih tua daripada Indra, mungkin sekitar 30an.“Di tempat terbuka dan berangin seperti ini sangat mudah untuk merasakan keberadaan orang yang menggunakan ajian halimunan. Sejak tadi aku merasa angin yang bertiup dari tempatmu berdiri itu terasa aneh,” tukas Indra seraya tersenyum.“Begitu ya, kelihatannya aku memang belum cukup hebat menggunakan ilmu kanuraganku itu,” ucap pria itu sembari bersandar.“Tidak juga, andaikan saja tidak ada angin yang bertiup mungkin aku tidak akan

  • Pendekar Tengil   Bab 3: Langkah Pertama di Kerajaan Galuh (part 1)

    Indra dan Juhama terus mengikut awak kapal yang membawa mereka. Tak lama kemudian awak kapal menunjukan perahu nelayan yang sudah siap membawa mereka. Perahu tersebut sudah berada tepat di dekat tangga untuk menaiki kapal. Terlihat seorang nelayan yang ada di perahu tersenyum lebar kepada Indra dan Juhama. Dari penampilannya nelayan itu merupakan pria paruh baya dengan caping di kepalanya.Indra dan Juhama segera menuruni tangga dan mendarat di perahu nelayan. Awak kapal sekali lagi berterima kasih sebelum akhirnya nelayan yang mendayung kapal segera menggerakan kapal menuju daratan yang agak jauh dari pelabuhan. Sejenak Indra agak kecewa sambil menatap pelabuhan di kejauhan, dia sebenarnya cukup penasaran ingin melihatnya dari dekat karena dari kejauhan saja tampak sudah terlihat besar dan megah.“Kelihatannya kisanak berdua baru pertama kali datang ke Kerajaan Galuh ya?” tanya nelayan dengan ramah.“Eh, si mamang kok tahu?&r

  • Pendekar Tengil   Bab 4: Langkah Pertama di Kerajaan Galuh (part 2)

    “Konon katanya Pelabuhan Margabuana yang luas itu dulunya adalah gunung tertinggi di Kerajaan Galuh. Namun karena perang trah Jawara itulah Gunung Margabuana akhirnya hancur lebur rata dengan tanah. Aku juga tidak tahu apakah cerita ini benar atau tidak, namun semua orang yang jauh lebih tua dariku kebanyakan pasti mengatakan bahwa itu kisah nyata. Konon katanya kedahsyatan perang yang terjadi bahkan bisa dirasakan sampai ke berbagai kota yang jaraknya lebih jauh dari Gunung Margabuana,” sambung nelayan.Sejenak Indra dan Juhama hanya bisa terdiam mencoba mencerna kisah nelayan, Indra sebenarnya sudah pernah mendengar kisah tersebut dari Raka, Eka dan Maung Lara. Tapi dia sampai saat ini serasa masih belum mempercayainya. Sekilas Indra dan Juhama mengalihkan perhatiannya ke arah Pelabuhan Margabuana di kejauhan.“Kelihatannya itu memang benar, pertarungan Wirarasa dengan Pendekar Tengil juga menyebabkan sebuah danau yang besar tak jauh dar

  • Pendekar Tengil   Bab 5: Perguruan Kidang Kancana (part 1)

    “Kakek tahu kami akan datang kemari?” tanya Juhama dengan mata terbelalak. Kakek tua itu hanya tersenyum saja sambil menatap Indra dan Juhama.“Luar biasa, apakah semua warga biasa di Kerajaan Galuh memang sakti mandraguna seperti ini?” ujar Indra yang benar-benar tidak percaya.“Sekarang persiapkan diri kalian untuk mewarisi ilmuku,” kata kakek tua itu sambil berusaha berdiri dengan agak kesusahan. Indra dan Juhama sontak semakin terkejut saja mendengar perkataan kakek tua barusan.“Haaa.. wush.. wush.. werr.. haaa..” kata kakek tua itu sambil merentangkan kedua tangannya kepada Indra dan Juhama. Dia tampak seolah-olah mendorong sesuatu dengan tangannya yang bergetar.“Wah nggak beres ini mah,” tutur Indra sembari tersenyum. Tak lama kemudian pintu rumah terbuka, seorang pria dan wanita paruh baya tampak keluar dari dalam rumah. Mereka terlihat terkejut saat melihat ada I

  • Pendekar Tengil   Bab 6: Perguruan Kidang Kancana (part 2)

    Tak memerlukan waktu lama bagi Indra dan Juhama untuk sampai ke desa tujuannya. Sebuah desa kecil seperti Desa Kowala tempat mereka singgah sebelumnya. Suasana di dalam desa tidak terlalu ramai karena pagi menjelang siang begini pastilah warga masih sibuk bekerja di ladang serta kebunnya. Hanya ada beberapa kelompok anak-anak saja yang tengah bermain di sekitar desa serta ibu-ibu yang sedang berkerumun sembari mengasuh anak-anaknya.“Kok belum kelihatan ya, di mana perguruannya?” ujar Indra sambil berhenti sejenak. Juhama sendiri segera menghampiri ibu-ibu yang sedang berbincang. Setelah selesai bertanya dia kembali mendekati Indra.“Katanya ada di ujung sebelah selatan desa ini,” kata Juhama.“Eh, pantesan kalo begitu,” ujar Indra seraya melanjutkan perjalanannya bersama Juhama.Tak lama kemudian mereka akhirnya sampai di depan sebuah halaman luas. Sekeliling halaman itu dipagar oleh bambu, ada

  • Pendekar Tengil   Bab 7: Juhama vs Guru Kidang Kancana (part 1)

    Dengan jawaban tersebut Juhama menegaskan kalau dia tetap akan melakukan latih tanding di Perguruan Kidang Kancana. Mendengar jawaban Juhama itu Jala segera berdiri dan mengajak Indra serta Juhaman menuju ke halaman. Indra segera duduk di tepi halaman sementara itu Juhama dan Jala bersiap di tengah-tengah halaman.“Saya tidak menyangka kalau tuan sendiri yang akan menghadapi saya,” kata Juhama.“Sebagai tuan rumah aku tidak mau mengecewakan para tamu yang datang kemari, lagipula kemampuan murid dari perguruan besar Panjalu tentunya tidak akan sebanding dengan murid perguruan kecil seperti kami,” jawab Jala yang mulai membuat posisi kuda-kuda.“Kalau begitu, mohon bantuannya agar tuan tidak segan,” ucap Juhama sembari menggunakan pola kuda-kuda gerakan silat Perguruan Manahsulaya.“Ya. Kau boleh menggunakan ilmu kanuragan seperti apapun untuk menyerangku. Pemenang baru ditentukan jika ada pi

  • Pendekar Tengil   Bab 8: Juhama vs Guru Kidang Kancana (part 2)

    ‘Tap’Kaki kanan Jala serasa ditahan oleh telapak tangan. Tapi Jala tidak membuang kesempatan, dia segera mengayunkan pukulannya menuju ke arah kakinya di tahan. Telapak tangan yang serasa menahan kakinya segera lenyap tak terasa lagi, pukulan Jala juga hanya menghantam angin saja karena Juhama sudah menghindar.Kini serangan Juhama kembali datang dari samping, pukulannya melesat mengarah ke leher Jala. Akan tetapi Jala segera menjatuhkan dirinya ke tanah dengan bertumpu ke kedua tangannya. Sementara kaki kanan Jala bergerak menyepak secara berputar, suara benturan keras terdengar saat kakinya serasa menghantam betis Juhama.‘Beukh’‘Brukh’Terdengar suara benturan lagi saat tubuh Juhama yang kehilangan keseimbangan ambruk menghantam tanah, sejujurnya dia benar-benar terkejut karena Jala bisa mengetahui pergerakannya. Padahal saat ini wujudnya masih belum terlihat sedikitpun. Jala se

Bab terbaru

  • Pendekar Tengil   Penutup

    Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:

  • Pendekar Tengil   Bab 137: Sampai di Kampung Halaman

    Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,

  • Pendekar Tengil   Bab 136: Kejanggalan di Perguruan Jatibuana

    Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.“Silahkan temui Mahaguru di sana,” tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d

  • Pendekar Tengil   Bab 135: Sampai di Jatibuana Dalam Sekejap

    “Itu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,” potong Laila.“Itu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,” kata Purnakala.“Eh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?” tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.‘Set’‘Tap’Tiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.“Ada apa ini?” tanya Indra dengan waspada.“Cih, gesit juga,” gerutu Laila.‘Beukh’“Heukh..” pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.“Maafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,” terdengar suara Purnakala pelan.“Kenapa?” batin Indra

  • Pendekar Tengil   Bab 134: Pamit dari Pancabuana

    Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.“Aku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung

  • Pendekar Tengil   Bab 133: Akhir Masa Perjanjian (part 2)

    “Saya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,” ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.“Padahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,” batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn

  • Pendekar Tengil   Bab 132: Akhir Masa Perjanjian (part 1)

    Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du

  • Pendekar Tengil   Bab 131: Akhir Ujian Pancabuana (part 2)

    “Apakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?” tanya Jaka dengan raut wajah serius.“Tidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,” tegas Adiyaksa.“Yahuuu! Huaaaahh!” tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.“Apakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?” batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke

  • Pendekar Tengil   Bab 130: Akhir Ujian Pancabuana (part 1)

    “Mira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?” batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.“Hmmh..” Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari

DMCA.com Protection Status