“Uhuk,” Juhama lagi-lagi batuk darah, tubuhnya yang berlutut di tanah tampak mulai bergetar. Pandangannya seketika semakin buram sebelum akhirnya tubuhnya terkulai lemas ambruk ke tanah tak sadarkan diri.
“Jadi hanya sampai di sana saja batasannya ya,” ucap Darga sambil menotok lagi dada serta tangan kanan Juhama.“Bawa dia ke dalam dan segera rawat dia,” perintah Patra kepada beberapa murid perguruan yang tak jauh darinya.Murid-murid itu hanya mengangguk dan segera membawa Juhama ke sebuah gubug untuk diobati luka-lukanya. Mahaguru Waluya yang menyaksikan hal tersebut hanya menghela nafas dalam seakan kecewa dengan hasil yang ditunjukan oleh Juhama. Sementara itu Darga segera berbalik menatap Indra seakan sudah siap menantangnya.“Indra, apakah kau mau langsung bertarung dengannya?” tanya Waluya kepada Indra.“Maaf Mahaguru. Kalau boleh saya ingin menghadapi muridMurid Jatibuana yang ada di depan Indra hanya mengangguk lalu melompat dengan cepat sembari melayangkan tendangan kaki kanannya mengincar leher Indra. Tapi Indra dengan lincah segera mengelak ke samping sambil membalas serangan pendekar tersebut dengan hantaman telapak tangan kanannya. Namun lawannya juga tidak kalah gesit sebab berhasil menundukan kepalanya menghindari serangan Indra, kaki kirinya juga bergerak lagi mengincar pinggang Indra.‘Deukh’Indra berhasil menangkis serangan tersebut dengan betis kaki kanannya. Suara benturan keras terdengar pertanda serangan mereka memang dilapisi oleh tenaga dalam yang kuat. Dari benturan itu saja Indra bisa menyimpulkan bahwa fisik pemuda tersebut memang sejak awal sudah kuat. Itu artinya semua pendekar yang terlahir dari keturunan Jawara Kerajaan Galuh memiliki fisik yang jauh lebih kuat dibandingkan pendekar yang lahir dari keturunan pendekar Kerajaan Panjalu.“Tidak heran jika m
“Gila emang kekuatan fisiknya,” batin Indra saat serangannya hanya membuat tubuh lawannya membungkuk ke depan saja.Indra kembali melayangkan telapak tangan kirinya mengincar bahu kanan lawannya, tapi kali ini murid Jatibuana tersebut segera menghentakan kakinya seraya melompat ke samping kiri dan lolos dari serangan Indra. Pemuda itu kemudian mulai mengubah gerakannya untuk menggunakan gerakan delapan totok Jatibuana. Kedua tangannya kini tidak lagi mengepal tapi membentuk gerakan totokan.Pemuda itu dengan cepat mengayunkan totokan tangan kanan dan kirinya secara bersamaan mengarah kepada Indra. Tapi pergerakannya yang masih mentah jelas tidak berbahaya bagi orang seperti Indra. Dengan gesit tanpa kesusahan sedikitpun Indra berhasil menghindari setiap serangan yang dilakukan pemuda itu. Indra sengaja mengulur waktu tidak segera menumbangkan lawannya untuk mengetahui setiap gerakan dari gerakan silat yang dilakukan lawannya.Meski
“Aku mengerti kenapa Juhama tidak sanggup menandinginya. Kekuatan fisik serta tenaga dalamnya memang bukanlah tandingan Juhama,” batin Indra yang merasakan kalau tangan Darga benar-benar keras layaknya batu meski tanpa ilmu kanuragan apapun.“Orang ini, kenapa dia tidak meringis sedikitpun meski menahan pukulan sekuat tenagaku? Apakah dia benar-benar orang Panjalu?” pikir Darga yang benar-benar terkejut melihat Indra tidak kesakitan sedikitpun seperti Juhama. Bukan hanya Darga yang terkejut melihatnya tapi hampir semua murid Jatibuana yang ada di sana terlihat terkejut bukan main.Indra langsung menghentakan telapak tangannya dan mundur sedikit ke belakang seakan ingin menyusun rencana untuk mengalahkan Darga. Tapi Darga tidak membiarkannya begitu saja, dengan cepat dia segera menghentakan kaki kanannya dan melesat menuju Indra dengan pukulan tangan kanannya. Indra memilih menghindari pukulan Darga dengan menunduk ke bawah dan mengay
“Tidak mungkin, dia bisa menahan sampai gerakan ketiga delapan totok Jatibuana?” batin Darga yang benar-benar kaget saat semua serangan beruntun yang dilakukan olehnya berhasil dihalau oleh Indra yang menggunakan gerakan pancalima.Darga melayangkan totokan tangan kanannya mengincar leher Indra dalam kecepatan tinggi, tapi dengan tangkas Indra segera mengayunkan pukulan tangan kanannya menghantam pergelangan tangan Darga sampai arah serangannya berbelok. Namun tangan kiri Darga tidak diam saja sebab bersamaan dengan tangan kanannya, tangan kiri Darga juga melesat mengincar perut Indra.‘Deukh’Suara benturan keras kembali terdengar saat lutut Indra menghantam tangan kiri Darga hingga serangannya hanya meleset ke samping kirinya saja. Indra kini membalas dengan serangan tangan kirinya yang melayang cepat mengincar dada Darga. Dalam situasi seperti itu pendekar biasa pastinya akan terkena serangan Indra dengan telak, tapi
‘Beukh’“Heukh,” pekik Indra saat tiba-tiba saja dadanya serasa dihantam totokan yang begitu keras. Saat itu juga darah langsung keluar dari mulut dan hidungnya pertanda tekanan tenaga dalam yang menghantam dadanya memang begitu kuat.Tubuh Indra terhuyung ke depan dengan raut wajah meringis kesakitan, sementara itu Darga masih terkejut sebab tubuh Indra masih sanggup berdiri di depannya. Padahal biasanya pendekar yang terkena gerakan kelima tersebut langsung terpental jauh ke belakang. Bukan hanya Darga saja yang terkejut sebab murid lainnya yang menyaksikan hal tersebut juga ikut kaget.Darga segera melakukan serangan lagi, kali ini dengan memutar tubuhnya dan mengayunkan tendangannya mengincar tubuh Indra. Tapi Indra dengan keadaan seperti itu juga masih sempat mengelak ke bawah mengindari tendangan Darga. Di saat yang sama Indra juga melayangkan pukulannya dalam gerakan pancalima mengarah ke perut Darga dari bawah.
Darga dalam sekejap mata melesat menuju Indra sembari menggunakan gerakan keenam delapan totok Jatibuana. Indra yang masih berpikir mulai tersentak kaget sebab Darga sudah melesat menyerangnya sebelum sempat dia memikirkan cara untuk menghadapinya. Totokan tangan kanan Darga melesat mengincar dada Indra.Indra kali ini memilih untuk membelokan serangan Darga karena tidak mungkin sempat untuk menghindarinya, suara benturan keras terdengar jelas saat Indra membelokan serangan Darga. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diduga kali ini Indra juga menggunakan ajian wedas raga yang dikuasainya.Darga secara beruntun menyerang Indra dengan totokan mematikannya, Indra sekuat tenaga terus berusaha membelokan serangan Darga hingga tekanan udara yang melesat karena tekanan totokannya mulai terlontar ke berbagai tempat serta menimbulkan suara benturan keras saat menghantam tanah atau pepohonan.Kali ini meladeni gerakan keenam saja sudah terlihat jelas kal
“Aduduh.. kelihatannya memang benar kalau ilmu kanuragan milik para pendekar Kerajaan Galuh berada di tingkatan yang berbeda dengan para pendekar Kerajaan Panjalu,” batin Indra sembari memegang tangannya yang serasa terbakar. Padahal dia juga menggunakan ajian wedas raga tadi untuk memperkuat tubuhnya, tapi ternyata dampak ajian brajakala milik Darga masih terlampau kuat.“Itu artinya aku memang tidak salah datang kemari untuk memperkuat diriku,” gumam Indra sembari berusaha tersenyum meski tangannya masih serasa panas terbakar. Walau begitu tampak tidak ada luka sedikitpun di tangannya.“Kau memang hebat sampai bisa menahan gerakan keenam yang aku gunakan tadi, tapi kelihatannya kau sudah mencapai batasnya,” tutur Darga yang mulai membuat kuda-kuda gerakan silat Jatibuana lagi. Kali ini dia berniat menggunakan gerakan ketujuh yang termasuk ke dalam gerakan silat tingkat tinggi perguruannya.‘Wwrrr&rsqu
Suara benturan keras terdengar sebelum akhirnya terdengar suara dentuman kencang yang begitu nyaring. Bongkahan-bongkahan tanah halaman tempat latihan di depan Perguruan Jatibuana seketika berhamburan sebelum akhirnya hancur berkeping-keping menjadi debu di udara, tanah seketika bergetar hebat seiring dengan debu-debu yang mulai mengepul tebal menyelimuti tubuh Indra dan Darga.Namun tak lama kemudian kepulan debu yang membumbung itu langsung tersingkap lenyap saat riuh angin kembali muncul sebab Darga segera bersiap menggunakan jurus ketujuh dari gerakan silat delapan totok Jatibuana. Indra sendiri kali ini hanya bergerak di tempatnya sembari memasang kuda-kuda gerakan pancalima. Tempat mereka berdiri kini sudah sangat berantakan, cekungan tanah juga terbentuk di sekitar tempat mereka akibat bongkahan tanah yang terhempas benturan dua ajian tingkat tinggi tadi.“Dia,” batin Patra yang terkejut saat menatap wajah Indra kini jauh lebih tenang dar
Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:
Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,
Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.âSilahkan temui Mahaguru di sana,â tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d
âItu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,â potong Laila.âItu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,â kata Purnakala.âEh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?â tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.âSetââTapâTiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.âAda apa ini?â tanya Indra dengan waspada.âCih, gesit juga,â gerutu Laila.âBeukhââHeukh..â pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.âMaafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,â terdengar suara Purnakala pelan.âKenapa?â batin Indra
Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.âAku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung
âSaya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,â ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.âPadahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,â batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn
Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du
âApakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?â tanya Jaka dengan raut wajah serius.âTidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,â tegas Adiyaksa.âYahuuu! Huaaaahh!â tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.âApakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?â batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke
âMira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?â batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.âHmmh..â Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari