Beranda / Pendekar / Pendekar Tengil / Bab 152: Kelemahan Ajian Rawa Rontek (part 2)

Share

Bab 152: Kelemahan Ajian Rawa Rontek (part 2)

Penulis: Jajaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Deru angin yang riuh bergemuruh mulai bertambah kencang. Dedaunan dari batang pohon yang tumbang di belakang Ki Baplang bahkan langsung beterbangan karena sapuan angin yang bertiup bersama debu-debu dan kerikil. Kini kedua tangan Ki Baplang terlihat seakan-akan menjadi lebih banyak hingga mencapai sepuluh tangan di mata Ki Sukmara, tapi dia tidak gentar dan terus berkonsentrasi hingga kedua ujung tongkatnya mulai memerah layaknya besi yang dibakar. Getaran tanah terus terasa seiring angin yang terus bergemuruh.

“Jangan remehkan umurku Baplang. Tubuhku memang sudah renta, tapi pengalamanku jauh lebih banyak darimu!” bentak Ki Sukmara seraya menghentakan kakinya ke tanah. Tubuhnya terlontar melesat secepat kilat menuju tubuh Ki Baplang yang masih terdiam dengan kuda-kudanya.

‘Wwrrrrr’

‘Ddhhhooommmrrrrr’

‘Ggggrrrrrr’

Riuh angin yang bertiup langsung bergemuruh mengiringi han
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
padahal udah janji mau ngajarin ilmu biar cepat lari...... huaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Tengil   Bab 153: Dihadang Ki Ireng

    Saat suasana sudah gelap sepenuhnya Indra, Elin, Mira, Astriani dan Rima akhirnya sampai ke puncak gunung. Mereka tampak berdiam sebentar untuk beristirahat, jika sesuai arahan dari Maung Lodra seharusnya mereka tinggal sedikit menuruni gunung agar sampai di Perguruan Manahsulaya yang dikuasai Wirarasa.“Sejauh ini kita belum dihadang siapapun? Benar-benar tidak masuk akal,” ucap Rima.“Meski begitu kita harus tetap waspada,” kata Mira seraya meneguk air dari ruas bambu yang mereka bawa.“Hihihi.. mungkin mereka masih sibuk menyiapkan kejutan untuk kita,” ucap Indra yang langsung duduk di tanah.“Aku harap kejutannya bukan binatang melata,” tukas Astriani sambil tersenyum menimpali guyonan Indra.Tapi belum berapa lama mereka menghela nafas tiba-tiba saja belasan bayangan pendekar melesat mengepung mereka dari berbagai sisi. Sontak saja Indra dan yang lainnya langsung ber

  • Pendekar Tengil   Bab 154: Indra vs Ki Ireng

    “Apa kau tidak mau maju duluan?” tanya Ki Ireng.“Akumah duluan atau belakangan nggak ada masalah,” jawab Indra seraya berjalan mendekati Ki Ireng. Sementara itu Elin dan Rima sudah berhadapan dengan pria tinggi besar yang kedua tangannya masih berlumuran darah. Mira dan Astriani juga mulai saling menatap wanita paruh baya yang memegang kipas di tangannya.“Apa kau mengkhawatirkan mereka berempat?” tanya Ki Ireng sambil memainkan tongkat di tangannya.“Untuk apa? Asal kau tahu, mereka lebih kuat dari yang kau kira,” jawab Indra.“Hehe.. mungkin kau tidak tahu, tapi mereka berdua adalah pendekar aliran hitam yang tangguh dari Kerajaan Girilaya. Mereka adalah Brawara dan Nyi Rukmini. Bocah ingusan sepertimu pasti tidak akan tahu, tapi semua pendekar Kerajaan Girilaya mengenal mereka,” kata Ki Ireng yang kelihatannya coba menakut nakuti Indra. Ki Ireng tampak mulai membuat po

  • Pendekar Tengil   Bab 155: Rima dan Elin Melawan Brawara

    Ki Ireng berusaha bangkit lagi, tapi Indra tidak membuang waktu. Dia sadar jika melawan orang tua seperti Ki Ireng maka dia harus menguras tenaga lawannya secepat mungkin dan tidak boleh membiarkannya beristirahat. Indra melesat lagi dalam gerakan pertama pancalima, Ki Ireng yang baru bangkit langsung memainkan tongkatnya menghalau setiap pukulan beruntun yang datang.Tapi Indra terlihat berada di atas angin karena Ki Ireng mulai mundur perlahan agar bisa meladeni setiap serangan yang datang dari Indra. Suara benturan demi benturan terdengar begitu keras saat pukulan Indra ditahan oleh tongkat milik Ki Ireng. Indra yang memang dalam kondisi primanya terlihat bisa terus mendesak Ki Ireng tanpa henti.Beberapa kali Indra bisa menghujamkan serangan berbahaya yang hampir mengenai Ki Ireng. Andaikan lawan Indra adalah pendekar yang awam dengan gerakan pancalima niscaya sejak tadi dia sudah babak belur, namun Ki Ireng dengan segala pengalamannya bisa mengantisipa

  • Pendekar Tengil   Bab 156: Mira dan Astriani Melawan Nyi Rukmini

    ‘Bregh’‘Beukh’Suara hujaman kaki Rima terdengar kencang saat menghantam tanah hingga berhamburan. Sementara itu tendangan kaki Brawara berhasil ditahan lengan kiri Rima meskipun dia terlihat kesakitan. Tubuh Rima langsung terdorong beberapa langkah ke samping saking kuatnya tenaga dari Brawara.“Serang lehernya teh,” ucap Elin pelan sambil mendekati Rima.“Ya, aku akan membuka celah. Jika ada kesempatan gunakan ilmu kanuraganmu untuk mengalahkannya,” bisik Rima seraya terus menatap Brawara yang baru bangkit kembali.“Kelihatannya dua wanita ini tidak bisa aku remehkan. Meski usia mereka begitu muda, tapi serangan mereka memang berbahaya dan sangat terlatih. Aku tidak menyangka para pendekar muda penerus di Kerajaan Panjalu bisa sekuat ini. terutama wanita mungil itu, Pemikirannya sangat tajam,” batin Brawara sambil menatap Elin.Di sisi lain Mir

  • Pendekar Tengil   Bab 157: Gerakan Tongkat Bayangan

    Indra terlihat terus melancarkan serangannya kepada Ki Ireng, meski beberapa kali Ki Ireng berusaha membalas tapi Indra yang sudah berlatih bersama Ki Sukmara tampak sudah tigak gelagapan lagi menghadapi pendekar ahli tongkat sepertinya. Namun Ki Ireng yang sudah tahu pola serangan gerakan silat pancalima milik Indra juga tidak bisa ditumbangkan dengan mudah.“Kelihatannya satu-satunya cara untuk menumbangkannya memang harus menunggu tenaganya terkuras dahulu,” batin Indra sambil melompat mundur untuk menjaga jarak dan menyusun ulang serangannya.“Kenapa kau malah mundur hah?” tanya Ki Ireng sambil berusaha mengatur nafasnya yang mulai memburu.“Hihihi.. aku hanya tidak tega melihat kakek peyot sepertimu kehabisan nafas begitu,” ledek Indra.“Cih! Jangan banyak omong kau tengil! Jika memang kau punya ajian terlarang itu gunakan sekarang juga! Keluarkan semua kemampuanmu itu, jangan sok kuat

  • Pendekar Tengil   Bab 158: Ajian Andalan yang Tak Sempat Digunakan

    Meski begitu Indra tidak gentar, setelah menarik nafas dalam dia langsung melesat menuju ke arah Ki Ireng sambil mengayunkan pukulan tangan kanannya. Ki Ireng sendiri langsung menyambut kedatangan Indra dengan hantaman ujung tongkatnya. Akhirnya kedua ilmu kanuragan tersebut saling berbenturan hingga menimbulkan suara dentuman kencang, tanah yang mereka pijak serasa bergetar bersama dengan riuh angin yang bergemuruh.Ki Ireng tidak diam saja saat serangan pertamanya hanya menghasilkan benturan dia langsung mengayunkan ujung tongkatnya yang lain untuk menghantam dada Indra. Tapi Indra yang waspada langsung menundukan tubuhnya serta mencoba menghantam pergelangan tangan Ki Ireng agar tongkatnya terlepas, tapi Ki Ireng berhasil menghindar dengan memindahkan tongkatnya ke tangan kirinya.Tongkat itu langsung diputarkan ke belakang tubuhnya sampai ujungnya hampir mengenai tubuh Indra lagi, namun Indra yang sejak tadi khawatir kalau yang Ki Ireng gunakan adalah a

  • Pendekar Tengil   Bab 159: Ajian Swarageni Pancasagara

    Sementara itu di tempat lain. Elin dan Rima terlihat sudah mulai memahami cara menghadapi Brawara yang bertubuh besar. Mereka terus melakukan serangan yang mengarah ke leher Brawara. Meskipun dengan tubuh yang besar dan kokoh Brawara terlihat mulai kewalahan karena serangan mereka berdua terus tertuju ke satu titik, terlebih lagi pergerakan mereka berdua jauh lebih cepat karena memiliki tubuh yang lebih kecil.Elin dengan lincah melompat dengan tendangan tertuju ke leher Brawara sementara Rima melesat dari samping dengan pukulan mengincar lehernya. Brawara kemudian menunduk untuk menghindar tapi kakinya dia gerakan ke samping mengarah kepada Rima yang datang melesat. Namun gerakan Rima jauh lebih lincah daripada serangan Brawara, Rima langsung melompat dengan bertumpu kepada kaki Brawara yang bergerak.‘Tap’Elin mendarat di belakang Brawara sebab tendangannya tadi tidak menemui sasaran, sementara itu Rima yang melayang di atas meng

  • Pendekar Tengil   Bab 160: Nyi Rukmini Terpojok

    ‘Beukh’Suara benturan keras terdengar saat pukulan tangan kanan Astriani berhasil ditahan oleh lengan kiri Nyi Rukmini. Namun tiba-tiba saja Mira sudah melompat dari belakang Astri sembari mengayunkan tendangan kaki kirinya. Nyi Rukmini berniat mengibaskan kipasnya tapi terlambat karena tendangan Mira dengan telak berhasil mengenai bahu kanannya.Tubuh Nyi Rukmini mundur beberapa jengkal ke belakang, meski dalam kondisi sempoyongan begitu Nyi Rukmini langsung mengibaskan kipasnya empat kali masing-masing dua kali mengarah kepada Mira dan Astriani. Namun mereka berdua dengan lincah berhasil menghindari semua jarum yang melesat dari lipatan kipas milik Nyi Rukmini.“Empat kali lagi,” ucap Mira yang langsung melompat ke samping kanan Nyi Rukmini.“Ya,” jawab Astriani yang kembali menyerang dari depan.“Cih. Mereka benar-benar merepotkan,” gerutu Nyi Rukmini yang langsung be

Bab terbaru

  • Pendekar Tengil   Penutup

    Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:

  • Pendekar Tengil   Bab 137: Sampai di Kampung Halaman

    Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,

  • Pendekar Tengil   Bab 136: Kejanggalan di Perguruan Jatibuana

    Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.“Silahkan temui Mahaguru di sana,” tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d

  • Pendekar Tengil   Bab 135: Sampai di Jatibuana Dalam Sekejap

    “Itu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,” potong Laila.“Itu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,” kata Purnakala.“Eh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?” tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.‘Set’‘Tap’Tiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.“Ada apa ini?” tanya Indra dengan waspada.“Cih, gesit juga,” gerutu Laila.‘Beukh’“Heukh..” pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.“Maafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,” terdengar suara Purnakala pelan.“Kenapa?” batin Indra

  • Pendekar Tengil   Bab 134: Pamit dari Pancabuana

    Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.“Aku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung

  • Pendekar Tengil   Bab 133: Akhir Masa Perjanjian (part 2)

    “Saya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,” ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.“Padahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,” batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn

  • Pendekar Tengil   Bab 132: Akhir Masa Perjanjian (part 1)

    Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du

  • Pendekar Tengil   Bab 131: Akhir Ujian Pancabuana (part 2)

    “Apakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?” tanya Jaka dengan raut wajah serius.“Tidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,” tegas Adiyaksa.“Yahuuu! Huaaaahh!” tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.“Apakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?” batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke

  • Pendekar Tengil   Bab 130: Akhir Ujian Pancabuana (part 1)

    “Mira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?” batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.“Hmmh..” Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari

DMCA.com Protection Status