“Pantas saja kamu sangat lihai, rupanya masih ada ikatan dengan Yin Long!”“Jika dibandingkan dengan beliau, tentu saya tidak ada apa-apanya, nyonya!”“Ah jangan merendah, kalian berdua sangat sakti. Bahkan menurut pengamatanku, kamu lebih unggul dalam hal tenaga dalam” ucap Tin Hua sambil menatap tajam ke arah Long Wan, kemudian wanita itu melirik putrinya yang sedang duduk termenung sambil memain-mainkan sumpit di tangannya.“Nyonya pernah menyaksikan paman Yin Long bertarung?”Long Wan merasa heran, sepengetahuannya Yin Long tidak pernah meninggalkan wilayah utara karena memiliki tugas menjaga rahasia istana giok naga peninggalan mendiang ayahnya.“Ah itu sudah lama sekali, tidak usah difikirkan. Oh ya, tadi kamu bilang tunanganmu adalah cucunya Yin Long?”Tin Hua sedikit terhenyak, buru-buru ia mengalihkan pembicaraan. Walau tampaknya tidak peduli, namun Long Wan menangkap perubahan Tin Hua. Hal itu membuatnya semakin curigia terhadap perkumpulan Teratai Putih.“Betul nyonya, tuna
“Tap!”Langkah kaki di atas genting semakin jelas terdengar, dari suaranya mereka lebih dari satu orang. Long Wan segera memedamkan lalu kamar kemudian berbaring dengan posisi terlentang, kedua matanya terpejam dan napasnya dibuat agak berat, seolah-olah sedang tidur pulas.“Krek!”Perlahan-lahan genting dibuka dibuka dari atas oleh seorang laki-laki bertopeng, kedua matanya yang bulat mengamati keadaan di dalam kamar. Setelah yakin bahwa pemuda yang sedang diintainya sedang terlelap, ia segera mengambil sesuatu dari saku bajunya dan segera melontarkannya ke arah Long Wan.“Sring!”Benda hitam yang tadi dilontarkan ternyata sebilah jarum perak, ukurannya cukup besar dibandingkan jarum jahit biasa. Senjata tersebut sering dijadikan senjata gelap disaat terdesak, maupun ketika menyerang lawan secara diam-diam.“Krek!”Jarum tersebut mengenai leher Long Wan, sontak saja pemuda itu menggelinjang. Tubuhnya bergetar hebat untuk beberapa saat, kemudian mulutnya seperti mengigau dan tidak lam
“Kalian semua, cari putriku sampai dapat!” titah Tin Hua kepada seluruh anggota Teratai Putih.“Jangan pernah kembali jika belum menemukan petunjuk tentang Tin Chi!”“Baik, pangchu!”Semua anggota Teratai Putih menganggukan kepalanya. Bao Bao segera mengajak anak buahnya untuk pergi, namun sebelum berangkat ia menatap tajam ke arah Long Wan. dari sorot matanya terpancar amarah dan kebencian yang mendalam.“Nyonya, jika diperkenankan izinkan saya untuk membantu mencari nona Tin Chi”“Tentu saja tuan pendekar, bantuan anda sangat berarti bagi saya”“Maafkan jika saya lancang, kita berdua sudah saling mengenal, karena itulah saya harap nyonya jangan memanggilku tuan pendekar!”“Baiklah Long Wan, pergilah bantu anak buahku untuk mencari jejak Tin Chi. Anak itu sudah mewarisi ilmu silat andalanku, yah walaupun gerakannya belum sempurna karena jarang bertarung namun saya rasa dia tidak mudah dikalahkan!”“Tapi yang merisaukan hatiku, dia cepat naik darah dan tergesa-gesa. Kamu juga pasti ta
Setelah lewat belasan mil, akhirnya Long Wan menemukan muara sungai. Begitu berhenti, tercium aroma ikan bakar dan langsung menggelitik perutnya yang sejak tadi terasa keroncongan.“Kami sangat yakin, malam tadi pemuda itu terkena jarum beracun!”“Benar sekali ketua, kami berdua tidak mungkin salah lihat!”Bao Bao yang sedang duduk di atas batu besar melintangkan kedua tangan di depan dadanya. Sikapnya benar-benar berwibawa, tubuh lelaki itu sangat kekar, kedua matanya tajam, dan kumisnya melintang menambah aura kegagahan.“Berarti dia dia sangat lihai, sesuai dengan rumor yang sering kita dengar!” ucap Bao Bao.“Tapi menurut pengamatan kami, orang yang dijuluki Pendekar Gurun Gobi biasa-biasa saja. Lihat saja sikapnya yang halus seperti seorang pelajar atau kutu buku!”“Benar, badannya aja kurus kerempeng tidak terlihat memiliki tenaga yang besar. Sekali sepak saja mungkin dia akan roboh bergulingan!”Anak buah Bao Bao tertawa lepas, mereka sedang membicarakan Long Wan. Tanpa disadar
“Lepaskan!”“Jangan begitu putriku, aku tahu kamu marah tapi percayalah apa yang ayah lakukan demi kebaikanmu!”“Kamu bilang demi kebaikanku, hah?”Tin Chi mendelikan matanya, kedua pipinya yang biasa terlihat putih bersih kini bersemu merah karena sedang diliputi oleh amarah yang menggebu-gebu.Kang Kui menarik napas panjang, tanpa banyak berkata-kata lagi ia menarik tali kekang kuda. Tin Chi tidak bisa berbuat apa-apa, sebab kedua tangannya dibelenggu dengan sangat kuat. Ia hanya bisa pasrah duduk di atas kuda yang sedang ditarik oleh ayahnya.“Apa yang kamu lakukan hanya demi kesenanganmu sendiri, kamu tidak pernah peduli terhadap ibu ataupun aku!”“Salah sendiri, ibumu keras kepala, kalau tidak mungkin sampai sekarang keluarga kita masih utuh!”“Oh ya, kamu bilang aku tidak peduli kepada kalian? Hm, kalau tanpa aku, sangat mustahil ibumu bisa menduduki kursi ketua Teratai Putih!” ucap Kang Kui sambil tersenyum sinis.“Kamu adalah putriku, sudah semestinya berbakti kepada ayah send
“Tuan, karena ini bukan urusan keluarga, terpaksa saya harus ikut campur!”“Ha ha, emang apa yang bias kamu lakukan, bocah?” tantang Kang Kui.“Tentu saja saya akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat menyelamatkan nona itu!”“Perlu kamu ketahui, dia adalah putriku. Jadi semua hal yang terjadi atas dirinya adalah tanggung jawabku!”Kedua kalianya Su Liang terperanjat, dia semakin heran mendengar pengakuan Kang Kui. Namun hati kecilnya masih meragukan ucapan orang tua itu, sebab mana mungkin membawa putrinya Dengan cara diikat seperti sedang menawan seorang penjahat saja.“Nona, benarkah dia adalah ayahmu?”“Bukan, ayahku sudah mati belasan tahun silam. Dia hanyalah iblis yang merasuki jasad mendiang ayahku!”Su Liang mengerutkan keningnya, dia semakin tidak mengerti permasalahan yang terjadi antara Tin Chi Dengan Kang Kui.“Sudah, jangan banyak omong. Jika kamu berani menghalangi urusanku, berarti sudah siap untuk mati!” Kang Kui mendengus kesal, tadinya ia ingin istirahat sebentar kem
“Hiat!”Sualiang berteriak, suaranya terdengar menggelegar karena dilapisi tenaga dalam yang sangat tinggi. Walaupun harus mempertaruhkan nyawa, ia tidak peduli yang terpinting bisa menyelamatkan gadis itu. Sejak dikalahkan oleh Long Wan beberapa bulan yang lalu, kepribadiannya berubah drastis. Dia yang awalnya seorang bandit, murid terkasih Tek Hoat si Iblis Pemetik bunga, kini berubah menjadi pendekar yang rela mengorbankan nyawanya untuk kepentingan orang banyak.“Bodoh, malah cari mati!” dengus Kang Kui.Lelaki paruh baya namun masih sangat gagah itu segera mendorongkan kedua telapak tangannya untuk menahan serangan jarak jauh Su Liang. Tin Chi yang sedang duduk di atas kuda semakin gelisah, dia sangat mengkhawatirkan Su Liang. Ia tahu pemuda itu cukup lihai, dan tidak mudah ditumbangkan. Akan tetapi untuk menghadapi ayahnya yang sudah mempelajari ilmu dari para penghuni Pulai Neraka, sangat tidak mungkin!.Tin Chi tidak sadar, sejak tadi ada seorang laki-laki bertopeng yang sedan
Kang Kui hendak mengejar Su Liang, akan tetaplangkahnya terhenti sebab ia dihadang Oleh Long Wan.“Siapa kamu sebenarnya, mengapa ikut campur urusanku?”“Sudah kukatakan bahwa aku hanyalah pelancong dari Utara yang sengaja pergi ke wilayah Barat. Oh ya, tampaknya kamu benar yang bernama Kang Kui” “Kalau benar mau apa?”“Kebetulan, tolong tunjukan arah menuju Pulau Neraka!”“Apa, kamu ingin pergi ke Pulau Neraka?” Kang Kui sangat terkejut, di dunia ini hampir semua orang ketakutan saat mendengar Pulau Neraka. Akan tetapi pemuda sederhana yang berdiri di depannya barusan mengatakan hendak pergi ke sana. Kang Kui mulai memperhatikan Long Wan dari ujung kepala hingga kaki, untuk beberapa saat lamanya dia termenung dan mengingat-ingat tokoh persilatan dari wilayah Utara.“Tentu saja saya ada urusan dengan Iblis Pencabut Nyawa!” jawab Long Wan.Mendengar perkataan lawan bicaranya, kang Kui tertawa terbahak-bahak, saking gelinya ia sampai memegangi perutnya.“Anak muda sejago apak
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadany
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan