"Katakan, mengapa para penjaga yang menghajarmu selalu tewas mengenaskan?" Chen Long mencengkeram rahang Xiu Zhangjian. Jika orang melihatnya, pasti berpikir lelaki itu sudah hilang akal karena bertanya pada 'mayat hidup' yang membuka mata saja tidak mampu."Jangan diam saja! Cepat jawab!" Chen Long memelotot hingga matanya nyaris melompat keluar dari soketnya. Namun hasilnya hanya hening.Berikutnya lenguh rendah lekas terdengar saat Chen Long melepaskan sebuah tendangan.Kepala penjaga itu jelas kesal. Pertanyaan terus muncul di benaknya tanpa tahu kepada siapa mesti diajukan. Sedangkan keadaan mendesaknya untuk lekas menjawab.Tiga penjaga sudah mati. Mereka memukul Xiu Zhangjian sebelum tewas di malam hari. Masalahnya, hanya orang bodoh yg akan berpikir budak lemah itu pembunuhnya. Namun, jika itu hanya kebetulan semata, mungkinkah kebetulan semudah itu terulang? Beruntun?Bukankah tidak ada yang kebetulan di dunia ini? Seseorang bahkan harus berusaha keras untuk memaksa langit
Seorang lelaki duduk tenang di sebuah kursi. Namun, sesungguhnya dalam hati lelaki itu tidak ada kata 'tenang' sama sekali. Mata tajamnya menempel lekat-lekat pada lelaki yang berlutut dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Jika pria dengan baju keemasan dipenuhi keresahan, tidak demikian dengan lelaki menyedihkan yang berlutut itu. "Jika kau masih ingin hidup, jangan mempersulit dirimu sendiri." "Meski kau menanyakannya hingga 100 kali, jawabanku tetap sama. Aku sendiri yang menghabisi dua penyusup itu dan mengantarkan mayatnya padamu. Tidak ada kejujuran lain yang perlu kukatakan. Aku sudah mengatakannya sejak dulu." !? Bunyi bising dari dalam ruangan membuat para prajurit yang berjaga di sekitarnya berjingkat. Mereka saling menatap satu sama lain, berharap akan mendapat jawaban tentang apa yang terjadi. Namun jelas itu sia-sia. Mengapa tidak mengintip saja? Sayangnya para prajurit itu masih ingin hidup. "Bahkan jika kau memecahkan semua keramik di ruangan ini, jawabanku
Seorang gadis bermanik biru berlari kecil mengejar seorang gadis lainnya. "Tabib Jia, bagaimana kondisinya?" tanyanya memikul resah sebesar gunung. Wajah gadis berbaju putih tampak tenang meski orang yang mengejarnya terdengar begitu khawatir. Tanpa menatap lawan bicaranya, gadis itu menjawab, "Dia baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Hanya luka memar, kompres saja beres." "Apa?!" Gadis bermata biru jelas tidak bisa menahan keningnya untuk tidak mengernyit. Dia menoleh ke belakang untuk melihat lelaki yang tampak lemah di atas tempat tidur. "Tabib Jia, apa kau tidak melihat keadaan calon suamiku?" imbuhnya. Pelipis gadis yang dipanggil Tabib Jia berkedut. Ia menghentikan tangannya yang sedang menumbuk obat demi menatap wajah perempuan yang sangat mengganggu itu. Apa tinggal di penjara membuatnya tidak waras? Tabib Jia mengangkat sebelah alisnya. "Tabib Jia, periksalah calon suamiku dengan benar! Dia sudah menunggu giliran untuk diperiksa dan kau malah memberikan diagnos
Di sebuah ruangan yang gelap, sinar yang masuk melalui sela-sela dinding kayu menjadi satu-satunya penerang usai nyala lilin dipadamkan. Tidak ada suara apa pun yang terdengar sebab seseorang yang ada di dalamnya tengah terlelap nyenyak di bawah pelukan selimut.Namun, jika diperhatikan dengan teliti, tampak sepasang mata sedang menatap lekat orang yang tertidur itu. Dia mengenakan penutup wajah yang hanya menyisakan manik cokelat tua.Dengan perlahan sosok misterius tersebut mengendap, mendekat pada perempuan yang berbaring di atas tempat tidur. Tampak sosok itu diam sesaat memandang wajah si perempuan.Selanjutnya, dengan tangkas tangan yang kekar membekap mulut si perempuan. Sudah barang tentu perempuan itu langsung membuang kantuknya tanpa sisa. Dia membuka mata lebar-lebar sambil berusaha untuk meneriakkan entah. Yang jelas, yang terdengar terdengar hanya ..."Mmm ... mmm ...!" Itu pun hanya cukup untuk terdengar oleh telinganya sendiri."Tabib Jia, jangan takut, aku tidak berni
"Syukurlah. Terima kasih banyak atas kemurahan hati Tabib Jia. Sebagai ucapan terima kasih, terimalah ini." Xiu Zhangjian mengulurkan sesuatu yang berbentuk bulat kecil berwarna cokelat tua, mungkin semacam obat.Pelipis Tabib Jia berkedut. "A-apa ini Tuan?""Ini adalah obat mujarab peninggalan leluhurku. Kakek hanya memberikan dua butir padaku. Satu butir telah kuminum saat aku masih kanak-kanak. Satu lainnya masih aku simpan hingga sekarang."Tabib Jia meringis, menunjukkan barisan giginya yang putih dan bersih. Sejujurnya dia tidak tahu obat apa yang diberikan budak itu padanya. Selama menjadi seorang tabib, dia belum pernah melihat obat seperti itu."Berarti obat itu sangat berharga untuk Tuan. Jadi, simpan saja untuk Tuan minum di kemudian hari. Tidak perlu sungkan. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.""Obat berharga tidak ada gunanya jika nyawa sudah tidak berada di tempatnya. Karena Anda sudah menyelamatkan nyawaku, aku mohon terimalah." Xiu Zhangjian membungku
Asap dari lilin yang dipadamkan bahkan belum hilang benar ketika api pada sumbunya kembali muncul. Kentara sekali jika orang yang menyalakannya sedang diserang kecemasan, atau bahkan ... ketakutan! Meski lelaki yang menyusup ke kamarnya telah pergi, Tabib Jia tidak bisa tidur lagi. Padahal, hari masih terlalu gelap untuk bangun. Bagaimana mungkin dia bisa memejamkan mata jika tak lama lagi matanya mungkin tidak akan bisa dibuka selamanya? "Tidak, tidak bisa seperti ini! Aku tidak mau dibodohi budak bodoh itu!" Entah mengapa perempuan itu masih merasa berhak menyebut Xiu Zhangjian sebagai budak bodoh ketika dirinya jelas-jelas telah terjebak dalam situasi sesulit ini karena kebodohannya sendiri. Tabib Jia pun turun dari atas tempat tidur. Dia bergegas keluar, berjalan cepat menuju ruang penyimpanan obat. Walaupun masih sangat lama bagi matahari untuk terbit, dia tidak bisa diam saja pasrah menunggu kematian. Tabib Jia masih berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya pada Chen Long t
Mata para pasien di balai pengobatan penjara Quzhou tampak bergerak ke kanan dan ke kiri, mengikuti langkah kaki seorang perempuan yang tampak mondar-mandir. Mereka lantas saling menatap satu sama lain, berharap tahu apa yang membuat sang tabib begitu gelisah.Namun tentu saja para pasien tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Mereka membiarkan rasa ingin tahu menyangkut di tenggorokan, lalu terpaksa menelannya kembali."Tabib Jia, apa terjadi sesuatu? Anda terlihat khawatir," tanya seorang perawat mewakili batin para pasien."Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya merasa ... kurang sehat." Tabib Jia menyunggingkan senyum paksa."Kalau begitu, sebaiknya Anda beristirahat saja. Wajah Anda tampak pucat.""Tidak usah hiraukan aku! Kembalilah bekerja. Aku tahu apa yang harus aku lakukan."Tidak hanya si perawat, para pasien yang sejak tadi mengamati Tabib Jia pun sampai berjingkat mendengar nada bicaranya yang begitu kasar. Memang selama ini tabib itu tidak begitu ramah. Namun, dia lebih cend
"Mohon maaf Tuan Chen, sebenarnya hari ini Tabib Jia sedang kurang sehat."Kening Tabib Jia berkerut mendengar anak buahnya dengan lancang menjawab tanpa diminta. "Kau, lancang sekali! Apa kau kira sedang berbicara dengan pasien?! Kembali ke tempatmu!"Perawat itu hanya bisa menelan ludah sebelum pergi dengan dada sesak. Hari ini Tabib Jia sudah membentaknya tiga kali. Beberapa detik lalu, wajah pucat Tabib Jia terlihat sangat kesulitan. Perawat itu mengira dengan membantu sang atasan menjawab pertanyaan kepala penjaga akan membuatnya senang. Namun ternyata ... jauh panggang dari api.Sepertinya Tabib Jia sudah lupa cara berterima kasih.Menariknya, tidak hanya dahi Tabib Jia saja yang mengernyit, tetapi dahi Chen Long pun demikian. Tidak, tidak, dia sama sekali tidak keberatan dengan tindakan sang perawat. Chen Long justru menatap lekat Tabib Jia yang tampak sangat berbeda.Ada apa ini? Mengapa Tabib Jia tidak tenang seperti biasanya. Dia terlihat cemas. Tidak, Tabib Jia ketakutan.
Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe
Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m
Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-
Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya
Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S
"Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k
Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung
Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d
Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b