Share

Siluman Rakun

Penulis: Moore
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raden Kusuma tersadar. Matanya kembali normal. Teriakan dua tetua padepokan yang bertugas menjaga Fahma membuat amarahnya meredam.

“Barok, kau ke mana saja seharian ini?” tanya Raden Kusuma sangat khawatir.

“Ceritanya panjang, Guru. Tapi kita harus ke ruangan ritual lebih dulu,” ajak Barok sambil berlari menggandeng tangan Raden Kusuma.

Sesampainya di ruang ritual, mereka dibuat terkejut bukan main. Fahma berteriak kencang, namun dalam posisi tidur. Ini bukan mimpi buruk biasa. Pasti ada sesuatu yang mengganggu Fahma.

Raden Kusuma menyuruh Barok dan dua tetua lain untuk duduk bersila. Dari telapak tangan mereka, keluar cahaya putih dan kesemuanya diarahkan ke bagian muka Fahma.

Teriakannya lama kelamaan berhenti dan Fahma kembali tidur dengan nyaman. “Ini adalah efek samping dari ritual penutupan mata anehnya,” lirih Raden Kusuma sambil berjalan mondar-mandir.

Dia masih memikirkan nasib Ki Langkir Pamanang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Naga   Siluman Rakun

    “Kalau aku bisa membidik lokasimu bagaimana, Rakun?” Tanya Asoka dengan penuh semangat.“Bidik saja kalau bisa. Lagian, kecepatanmu tidak akan bisa menyaingi siluman rakun sepertiku. Hutan ini sudah bagai rumah sendiri. Jangan harap kau akan menang, Bocah!”Asoka berdiam di posisinya. Tangan kirinya bersiap untuk menusuk, sedangkan tangan kanannya menempel di tanah. Dia mengikuti perintah Ki Langkir Pamanang untuk mencari keberadaan Joko lewat getaran.Saat getaran tersebut semakin mendekat, Asoka segera menancapkan Pedang Kawah Welirang ke tanah di depannya dan teriakan rasa sakit tiba-tiba muncul.Joko keluar dan tertusuk tepat di mata kiri. Pedang Kawah Welirang tiba-tiba terpental jauh dan warnanya berubah kehitaman.Sampai saat ini, Asoka belum diberitahu kalau kekuatan tersembunyi dari pedang tersebut adalah bisa menyerap energi hitam yang dimiliki pendekar aliran hitam.“Sialan kau, Langkir! Kenapa kau ma

  • Pendekar Pedang Naga   270. Akhir Sebuah Padepokan

    Sebelum Asoka berhasil kabur, cahaya putih memancar hingga sampai ke langit-langit. Tidak lama, tubuh Joko terpecah dan cairan hijau langsung muncrat.Selendang yang digunakan Asoka terkena cairan tersebut. “Lepaskan selendangmu!” Bentak Gatra tiba-tiba.Ki Langkir reflek memotong selendang Asoka dengan tangan yang sudah ia aliri kanuragan. Selendang yang terkena cairan hijau tersebut jatuh ke tanah.Asoka berhenti di salah satu ranting pohon. Dia menoleh ke belakang. Wajahnya hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi di belakangnya.Cairan hijau tersebut sifatnya korosif (asam_pen) dan melelehkan seluruh benda yang disentuhnya. Pepohonan langsung keropos. Tidak sedikit dari mereka roboh karena batangnya terbelah.“Kita lihat apa yang terjadi dengan Pedang Kawah Welirang milikku,” lirih Ki Langkir Pamanang.Asoka baru sadar kalau pedang putih besar tadi ia gunakan untuk membunuh Joko. “Ma-maaf, Ki, aku tidak s

  • Pendekar Pedang Naga   Akhir Sebuah Padepokan 2

    Hari sudah larut malam. Seluruh murid padepokan disuruh istirahat oleh Raden Kusuma. Sementara jasad para pendekar aliran hitam ini dibiarkan hingga esok pagi.Di malam itu, Asoka merebahkan dirinya di gubuk karena seluruh tubuhnya sudah sangat capek. Dia menutup mata dan akhirnya tertidur pulas.Hingga matahari terbit, Asoka belum kunjung membuka mata. Barok yang datang membawakan makanan, terlihat iba kepada Asoka dan tidak membangunkannya. Makanan itu diletakkan di meja batu dekat ranjangnya.“Cepat kubur seluruh jasad ini,” teriak Raden Kusuma dari samping padepokan. Dia, Ki Langkir, beserta Suryo menggali tanah agak dalam untuk dijadikan kuburan.Bau anyir menyelimuti padepokan. Beberapa murid terlihat muntah karena tidak kuat menahan baunya. Akhirnya, mereka yang muntah disuruh bertukar posisi sebagai penggali kubur.Beberapa menit kemudian, enam buah lubang sudah digali. Kedalamannya hampir empat meter. Satu lubang kira-kira dapa

  • Pendekar Pedang Naga   Pamit

    “Kakang kenapa pergi sekarang? Terus nasibku bagaimana?” Fahma kecil menghampiri Asoka dan meraih tangannya. Mata Fahma berlinang air mata karena tidak ingin berpisah dengan Asoka.Asoka menatap wajah gadis kecil itu. Matanya sudah normal dan sangat indah. Asoka merunduk, lalu mengelus rambut Fahma yang agak gelombang.“Kamu yang tenang ya di sini, kakang pergi tidak lama, kok. Ada kakang Barok, ada Guru Langkir, ada Raden Kusuma juga. Mereka adalah keluarga kita.”Tidak lama kemudian, Raden Kusuma datang dan menepuk pundak Fahma dari belakang.“Iya, Nduk, biarkan kakangmu melanjutkan perjalanan. Membawamu terlalu berbahaya karena perjalanan kakang Soka akan semakin rumit sekarang. Belum lagi, jarak tempuhnya jauh.”“Ja-jadi Fahma cuma beban Kakang?” Tangis Fahma tambah pecah. Dia merasa bersalah karena telah meninggalkan istana.Asoka mendekati Fahma dan mengelus keningnya. “Bukan, Adik.

  • Pendekar Pedang Naga   Firasat Asoka

    Sebelum pergi, Ki Langkir berpesan agar Asoka mencari seorang pertapa tua dengan jenggot panjang berwarna keabu-abuan. Dialah yang nanti menetralkan aura hitam pembawa kesialan yang selama ini bersarang di tubuh Asoka.“Baik, Ki, akan kuingat semua perintahmu. Dan untuk Paman Kusuma... terima kasih banyak karena telah menampungku di sini. Maaf juga membuat padepokan Ajisaka ricuh karena pembantaian tiga hari lalu.”Raden Kusuma maju selangkah. Dia menatap mata Asoka tajam, lalu memeluknya. “Tidak masalah, Soka. Kedatanganmu ke sini adalah takdir. Kita tidak bisa mengalahkan kehendak Dewata.”Asoka pergi meninggalkan padepokan. Kesedihan terpancar di wajahnya.Memang semua yang datang akan perlahan menghilang. Semua teman, sahabat, guru, ataupun orang-orang terdekat akan saling pisah. Pilihannya hanya dua, meninggalkan atau ditinggalkan. Hal tersebut mutlak terjadi.Kepergian Asoka meninggalkan kenangan panjang bagi setiap mu

  • Pendekar Pedang Naga   Kenapa Cekungan Itu Berbahaya?

    Asoka sebenarnya orang yang memiliki belas kasih lebih dari pada manusia pada umumnya. Kehilangan orang-orang terdekat karena pembantaian membuatnya tersentuh ketika ada orang yang meminta tolong padanya.Oleh sebab itulah, Asoka iba kepada Rara. Dia mengambil mustika merah dan berbincang dengan Gatra perihal lubang gelap di sana. Kali ini obrolan mereka serius.“Kalau kau memaksakan diri, aku tidak akan mengekang. Yang pasti, di dalam sana ada energi besar yang tidak pernah kau rasakan sebelumnya.”“Bagaimana kau bisa merasakannya, Guru?” Tanya Asoka dalam hati agar Rara tidak mendengar percakapan mereka.“Kau masih pendekar langit tingkat akhir. Kepekaanmu terhadap energi belum kuat.”“Tapi kalau aku berniat menolong Rara bagaimana?”“Ya semua kembali padamu. Aku hanya membantu saja kalau ada masalah.”Asoka memasukkan mustika merah ke sakunya dan mengambil Pedang Segoro Ge

  • Pendekar Pedang Naga   Bocah Sableng

    “Cekungan ini dilindungi oleh seorang iblis yang pernah berseteru dengan Bhagawad Gita. Pertarungannya berlangsung lama, hampir tujuh hari tujuh malam.”Raden Kusuma menceritakan tentang asal usul kenapa cekungan gaib ini bisa terbentuk mulai dari awal. Sang ketua mendapatkan sumber itu dari kakaknya, Ki Seno Aji.Konon, cekungan ini merupakan hasil kesepakatan antara Bhagawad Gita dengan sang iblis. Setelah tujuh hari tidak membuahkan hasil selain luka-luka parah di sekujur tubuh, mereka akhirnya bernegosiasi.Iblis ini berjanji tidak akan pernah mengganggu manusia yang ada di hutan Babel dengan syarat selendang bidadari Rara harus diserahkan padanya.Bagi iblis tersebut, tubuh Rara seperti mahkota berlian yang tidak pernah bisa ditemui dalam perempuan manapun di dunia. Oleh sebab itulah, dia menginginkan selendang agar Rara datang menemuinya.Sebagai pendekar legenda, Bhagawad Gita tidak bodoh. Dia membuat cekungan di sebelahnya, tapi

  • Pendekar Pedang Naga   Dua Herbal Ampuh

    Sudah hampir seharian Asoka menyusuri hutan. Perutnya kembali lapar. Ia raih buah Keres yang berwarna merah dan memakannya lahap.Hari sudah mulai gelap dan Asoka masih belum tahu ke arah mana dia harus pergi. Jalan setapak yang menunjukkan arah puncak sudah hilang.Kini dia berada di tengah hutan Babel tanpa penerangan sedikitpun.“Guru, apa yang harus aku lakukan?”“Jentikkan jarimu, Soka,” pinta Gatra singkat.“Kasih solusi yang bener, dong! Masa di tengah hutan suruh jentikkan jari!”Gatra tidak bergeming. Dia tetap diam dan menatap Asoka dengan pandangan sayup.Menyadari hal tersebut, Asoka langsung melakukan apa yang diperintah Gatra. Setelah menjentik, keluarlah api kecil yang menerangi sisi sekitarnya.“Apa aku bilang, jadi murid ngeyel mulu!”Asoka menggaruk kepalanya. Ia lupa kalau ada api di jari. Remaja itu berteriak kepanasan karena rambutnya terbakar. Gatra se

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Naga   229. Gubuk Megah

    Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“

  • Pendekar Pedang Naga   228. Alas Lali Jiwo

    “Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi

  • Pendekar Pedang Naga   227. Berada di Alam Siluman

    Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd

  • Pendekar Pedang Naga   226. Siluman Aneh!

    Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m

  • Pendekar Pedang Naga   225. Jebakan

    Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da

  • Pendekar Pedang Naga   224. Akhir Dari Pertarungan

    Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon

  • Pendekar Pedang Naga   223. Asoka vs Raja Musang 3

    Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s

  • Pendekar Pedang Naga   222. Asoka vs Raja Musang 2

    Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me

  • Pendekar Pedang Naga   221. Asoka vs Raja Musang

    Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As

DMCA.com Protection Status