Bunar Kumbara yang merasakan energi hitam yang mulai muncul dalam diri Asoka, segera meminta Gatra pergi menuju gubuk Ki Damardjati lantas mengambil pusaka Sabuk Zamrud Hijau yang tergantung di dalamnya.
“Maaf karena membuat kalian bertiga khawatir. Untuk sementara waktu, tetaplah tinggal di sini dan lindungi Prabu Wusanggeni,” pesan gagak itu pada Empu Nara dan Ki Mangun Tapari.
Abah Suradira bersama Ki Damawangsa ternyata berangkat menuju Hutan Raksasa Putih setelah merasakan energi api yang sangat besar seolah tingkatannya sudah berada di angka amplifi tujuh, tingkatan paling tinggi dari semua tingkatan elemen.
“Kakak, ini terlalu berbahaya jika kekuatan ini tidak kita segel. Efek kehancurannya bisa merusak satu hutan dengan dua jurus saja.” Ki Damawangsa sebenarnya bukan khawatir dengan pendekar yang memiliki elemen api amplifi tujuh, tapi khawatir dengan keselamatan dua rekannya.
Abah Suradira mengetahu hal tersebut, sebagai s
Beberapa hari sebelumnya, pasukan Wusasena menyadari ada keanehan di Hutan Raksasa Putih.Mbah Mijan selaku penasehat tertinggi Perguruan Elang Hitam memperingatkan Wusasena bahwa pendekar Nusantara sudah bergerak melindungi anak dalam ramalan.“Yang bisa kita lakukan hanya mencari energi hitam sebanyak mungkin. Pasukan telik sandi kita mendapat informasi mengenai titik-titik yang mengandung energi hitam besar, lebih-lebih ada dua titik yang juga mengandung aura iblis merah.”Fusena Rama menyela ucapan Mbah Mijan, dia berhak bicara selaku wakil ketua perguruan. “Bagaimana pendapat Anda mengenai terbunuhnya dua telik sandi kita yang diutus untuk mencuri informasi dari Perguruan Api Abadi?”“Tidak masalah.” Ucapan Mbah Mijan menimbulkan kontroversi. “Mereka terbunuh karena mereka lemah, tidak bisa menandingi kekuatan Asoka Basundara.”Wusasena ikut menambahi. “Informasi mereka sudah sampai ke perg
Pasukan Elang Hitam melihat tsunami api merah diiringi petir merah di tengah-tengah hutan, mereka tidak lebih dulu berangkat dan menunggu sampai tsunami itu reda.Ekadanu tidak mau ambil resiko, akan ada banyak pasukan yang terbunuh apabila memaksakan diri berangkat ke sana. “Kemukakan pendapat kalian, apa kita harus pergi sekarang, atau menunggu sampai Asoka dan rekan-rekannya lemah?”Dari tujuh pasukan telik sandi, tiga di antaranya setuju berangkat sekarang dengan alasan, mereka harus bergegas sebelum Asoka dibawa kabur oleh petinggi perguruan.Namun empat lainnya tidak setuju, salah satu mengacungkan tangan dan segera mengemukakan pendapatnya. “Ini pendapatku pribadi … aku tidak ingin salah satu dari kita terbunuh. Apa kalian lupa, Ye Qiu yang dulu terkenal sebagai murid cerdik saja kalah di tangan Asoka, lalu bagaimana dengan kita-kita ini?”“Benar kata Naruma, kita tidak boleh gegabah dalam membuat keputusan. Ter
Ki Damawangsa dan Abah Suradira dikejutkan dengan kehadiran Ki Mangun Tapari.“Ikut aku … Prabu Wusanggeni membutuhkan pertolongan kalian.” Ki Mangun Tapari ambruk di hadapan dua seniornya.Ki Damawangsa menyuntikkan sedikit energi ke tubuh pria berjenggot tipis itu hingga kembali siuman. Ki Mangun Tapari menunjuk ke arah Timur Laut tempat Empu Nara dan Prabu Wusanggeni berada.“Kita harus cepat sebelum bola cakra itu meledak.” Abah Suradira meloncat turun dari salah satu pohon paling tinggi di hutan. Mereka bergegas menyembuhkan Prabu Wusanggeni.Empu Nara hampir saja kehilangan nyawa jika saja Abah Suradira tidak menahan detak jantung rekannya menggunakan ilmu Totok Jari Api Biru.Mengambil cawan dan beberapa daun kuning kering, Abah Suradira membaca mantra lalu memadatkan kembali Garam Lingar yang telah dicampur air. Garam itu bisa digunakan lagi, tapi harus direbus dulu bersama serbuk matahari merah.Tidak
Hi Readers, Kisanak-Nisanak sekalian. (Bab ini tidak mengurangi koin/bonus) Pada kesempatan kali ini, Author ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada kalian yang sudah mengikuti kisah receh yang masih banyak kekurangan ini. Terima kasih juga untuk kalian yang berkenan memberi gem, Kang Fadly, Kang Ihwan Hariri, Kang Azmell Aken, Kang Randi Saputra, dan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Juga kalian yang membuka bab menggunakan koin non bonus. Dukungan apapun sangat berarti bagi author. Arc latihan telah selesai, kedepannya alur cerita akan fokus pada petualangan dan pengembaraan Asoka mencari kekuatan sejati Pedang Naga Sulong hingga pertarungan terakhir saat era kehancuran bumi terjadi. Semoga ceritanya tidak terlalu panjang dan melebar ke mana-mana. (Perkiraan tamat 200-300an bab, tidak sampai ribuan) Author juga usahakan update rutin setiap hari, dan update dua kali lipat lebih banyak entah hari Sabtu atau Ahad, minimal
Serikat Zhang Ze memiliki tradisi yang patut dicontoh, terlebih dalam hal pengkaderan pendekar. Dari ribuan anggota serikat yang tersebar di seluruh daratan Tiongkok, empat puluh di antaranya terpilih untuk menjadi murid khusus yang dididik langsung oleh ketua serikat.Mereka adalah kader pendekar muda yang usianya belum mencapai angka dua puluh lima.Empat puluh orang yang lolos seleksi akan diberi kekayaan tiada tara, hidup terjamin, dan keluarga diberi perlindungan maksimal oleh serikat. Emas dan barang mewah lain dihadiahkan bagi mereka yang berhasil menjadi kader penerus serikat.Enam bulan setelahnya, mereka akan diseleksi lagi oleh petinggi serikat sampai jumlah mereka tersisa dua puluh orang. Hanya orang-orang terpilih dan benar-benar menunjukkan tekad serta kanuragan hebat yang bisa menjadi penerus titah Meng Khi.Lima dari dua puluh orang akan dipilih khusus oleh Meng Khi sebagai calon penerus mustika emas. Mereka diberi pendidikan khusus langsu
Tiga hari berlalu setelah pertarungan dahsyat yang terjadi di Hutan Raksasa Putih.Ratusan pendekar -dari segala penjuru -datang ke tanah Jawa untuk mengikuti turnamen yang hadiahnya terbilang sangat mewah. Beberapa dari mereka berangkat jalan kaki, ada juga yang berangkat menggunakan kereta kuda.Kerajaan Segoro Kidul mengirim dua wakilnya untuk mengikuti turnamen kali ini. Pangeran Kundalini minta maaf karena saat babak penyisihan dia tidak bisa hadir mengingat ada konflik internal di kerajaan.Tomina dan Respati berangkat bersama Raden Maskara, adipati wilayah Pulungan, ditemani dua pleton pasukan berkuda. Mereka sampai lebih dulu di perguruan.“Lama tidak bertemu, Tomina.” Lelanang Mana yang menjadi penerima tamu, segera menyambut kehadiran wakil Segoro Kidul dengan pelukan dan senyuman hangat. “Sudah lima tahun sejak pertarungan kita waktu itu.”“Dan setelah lima tahun, berat badanmu sepertinya bertambah. Apa kare
Suasana hati Putri Kumala sedang tidak baik, wajah cemberutnya seolah menunjukkan kalau dia tidak berusaha menutupi kesedihannya. Semua disebabkan karena dia tidak diberi izin oleh Raja Syailendra untuk berangkat ke Perguruan Api Abadi.Melihat kakak kandungnya berangkat bersama Tomina dan satu wakil istana lainnya, Putri Kumala berencana kabur, sembunyi di dalam kereta kuda yang tertutup tirai mewah.Sementara itu di perguruan, Asoka sedang ditemani seorang pendekar wanita bernama Rara yang dulu pernah menodongkan tombak tepat di lehernya. Wajah Rara tampak canggung, tapi Asoka menanggapinya biasa saja.Untuk ukuran perempuan dewasa, Rara tergolong cantik, bahkan banyak murid perguruan bilang, Rara adalah wanita tercantik kedua di perguruan ini. Sayang, tidak ada yang berani mendekatinya karena dia merupakan salah satu murid lencana giok dari kalangan wanita.Rara ditugaskan khusus oleh Ki Setyo Waringin untuk menjaga Asoka jika saja aura hitam pemuda it
“Lembah Seratus Pedang? Mari lewat sini, kami berdua yang mengantar kalian ke bangku penonton.” Lelanang Mana dan Reksa Aluna bergerak cepat menyambut kedatangan mereka.Beberapa murid nampaknya iri, tapi mereka sadar kalau Lembah Seratus Pedang merupakan tamu kehormatan di Turnamen Neraka Bumi.Aturan posisi duduk diatur sedemikian rupa, beberapa peserta diletakkan acak, namun sekte dan perguruan tertentu digabungkan menjadi satu. Sekte dan perguruan kecil harus rela duduk berdesakan satu sama lain di bangku paling atas, bahkan beberapa rela berdiri karena tidak nyaman jika harus berebut tempat duduk.Mereka yang berasal dari sekte menengah diberi tempat duduk layak, satu kursi untuk satu orang. Sedangkan beberapa pendekar utusan istana dan tamu kehormatan seperti pendekar dari Lembah Seratus Pedang, ditempatkan di bangku penonton terdepan.Lima menit lagi acara pembukaan dimulai, Asoka melepaskan tangan Rara yang sedari tadi bertaut dengan t
Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“
“Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi
Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd
Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m
Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da
Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon
Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s
Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me
Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As