Kabar kematian mereka perlahan terdengar di telinga warga. Beberapa nelayan yang terikat kerja sama dagang dengan kerajaan Balidipa menyebarkan berita tersebut dari mulut ke mulut. Hanya dalam hitungan jam, Raja Swarespati segera melakukan pertemuan darurat bersama para petinggi.
Yang terbesit pertama di pikiran sang raja, adalah tuduhan miring jika pasukan pengintai mati karena serangan kerajaan Ringin Anom.
Selama ini dua kerajaan selalu bersitegang, dan Asoka adalah murid Ki Seno Aji.
Ringin Anom berafiliasi dengan Datuk Lembu Sora yang mengampu Perguruan Pasir Putih, juga mengajari beberapa pendekar Ringin Anom, dan atas dasar itu, Swarespati menganggap Ringin Anom mencari masalah dengan Balidipa.
Dua kerajaan ini sudah terlibat konflik lumayan lama, sejenak reda, namun masalah ini kembali menyulut api amarah orang-orang Balidipa.
Strategi perang diatur.
Panglima, penasehat, pemimpin pleton, dan beberapa ahli strategi diku
“Rapat darurat kali ini selesai. Kesimpulan yang didapat adalah, Balidipa menunda kecurigaan dan menahan diri lebih dulu agar tidak menyerang Ringin Anom, sebelum ada kejelasan mengenai berita tentang siapa yang membunuh lima pasukan elit istana.”“Panglima, Mahapatih, dan Pangeran diminta mendiskusikan strategi sebulan setelah pembahasan rapat ini digantung di papan pengumuman istana.”“Jika memang hasil yang ditemukan tim penyelidik tidak menunjukkan adanya campur tangan Ringin Anom, tiga petinggi istana tetap menyusun strategi pertahanan untuk berjaga apabila Ringin Anom melakukan serangan dadakan atas permintaan Asoka.”Penasehat tua itu mengumumkan hasil rapat pada semuanya.Para petinggi kerajaan yang turut hadir pada pertemuan penting itu, memberi penghormatan khusus pada Pangeran Wayankarena keputusannya selalu tepat. Semua di ruang singgasana nampak bahagia, kecuali satu orang.Mahapatih Arnawama m
Sore menjelang malam.Istirahat sudah selesai, waktunya Asokameneruskan perjalanan. Mereka sempat singgah di sebuah kampung yang tak jauh dari sungai, lalu kembali berjalan sebelum fajar terbit.“Satu jam lagi kita sampai di daerah pantai,” lirih Karimsambil tersenyum.“Pemandangan di sana jauh lebih bagus dari perbukitan hijau di perbatasan.”Ketika sampai di suatu kota yang lumayan luas, Asokamenyuruh Karimuntuk memilih kedai dari beberapa kedai yang berjejer di dekat taman kota. Saat masuk, ada seorang pertapa tua yang kemarin mengunjungi pelabuhan dengan tongkatnya.Pertapa itu masih menikmati makanan, sendirian, tanpa ditemani siapapun. Meski umurnya sudah menginjak angka sembilan puluh ke atas,namunketahanan fisiknya masih serasa seperti pemuda gagah berusia dua puluhan.Asokasampai saat ini belum tahu kalau kakek itu adalah Datuk Lembu Sora, pendekar sakti yang membawa mu
Asoka coba mencairkan suasana dengan membuat kegaduhan agar para warga tidak curiga kalau dia adalah buronan yang selama ini dicari kerajaan Balidipa.Datuk Lembu Sora hanya tersenyum, dia sudah tahu sifat asli Asoka dari sejak Asoka dilahirkan di dunia. Semua tertulis dalam kitab Sabdo Waseso dan Ramalan Jayabaya tentang anak dalam ramalan.Pemegang mustika acapkali diajak diskusi dengan Bunar Kumbara, namun di sebuah kesempatan, Meng Khi diizinkan ikut dengan harapan, sang ketua serikat mau berdamai dengan cara tidak membeda-bedakan aliran hitam dan putih.Meng Khi tetap bersikukuh, dia sudah menyatakan sumpah, tetap setia pada Serikat Zhang Ze.Empu Ganda Wirakerti sempat berujar pada Bunar Kumbara, “Titah Dewa sepertimu tidak dihiraukan oleh mereka, apalagi ajakan kami yang hanya manusia biasa.”“Ramalan yang tertulis dalam kitab Sabdo Waseso tidak dapat diubah. Dewata sudah menakdirkan ini … Nusantara melawan Serikat Z
Kedatangan pasukan istana biasanya untuk melakukan geledah atau menangkap seorang penjahat yang dianggap berbahaya. Tangannya gemetar, sampai-sampai gelas yang dipegangnya jatuh.Pengawal itu memakai pakaian bertarung lengkap dengan tombak panjang yang terikat di punggung. Baju zirahnya berhasil mencuri rasa ketertarikan Asoka.Karimakhirnya berdiri dan meminta maaf kepada pemilik kedai. Ini semua ulahnya karena sengaja mengirimkan pesan menggunakan merpati sesaat sebelum mereka berangkat fajar tadi.Pemilik kedai bisa bernapas lega.Bagaimanapun juga, kedatangan pasukan yang tiba-tiba sudah tentu menarik perhatian publik. Apalagi pasukan kerajaan mengendarai kuda dengan pedang dan baju zirah tingkat dua yang biasa digunakan untuk melawan para pemberontak kelas sedang.“Mari Kakang, kita segera berangkat ke istnaa, Paduka Rajatidak sabar bertemu denganmu.” Suara yang lembut selalu menjadi ciri khasKarim, apalagi dipadu
Tabrakan energi tidak terelakkan, Asoka sempat melawan menggunakan dua persen energi alam yang sudah dia simpan di perut, namun tak lama, dia tiba-tiba gontai, kuda-kuda bertahannya rapuh. Tidak sempurna.Asoka mengingat pesan Prabu Wusanggeni bahwasanya tamu harus menjaga tata krama di rumah orang, lebih-lebih, pemuda berkuncir sedang berada di pulau yang jauh dari tempatnya tinggal.Tidak ada yang bisa dimintai tolong di sini.Sebenarnya Asoka bisa mengalahkan panglima Ringin Anom hanya menggunakan haki raja atau aura iblis yang ada dalam tubuhnya, tapi andaikan dia melakukan itu, bisa-bisa seluruh istana mengecam perbuatannya, dan dia tidak lagi dianggap sebagai tamu kehormatan, melainkan jadi tawanan kelas atas.“Aku harus mengalah sebelum mereka menganggapku sebagai penyusup.” Batin Asoka bergemuruh, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan energi Mangkualam menerjang seluruh tubuh belakangnya.Bruk!Lelaki i
Sementara Asoka sedang berbincang di Ringin Anom, para petinggi Serikat Pendekar Nusantara terus mengawasi pergerakan Serikat Zhang Ze dan Perguruan Elang Hitam. Mereka sempat mengadakan rapat darurat di Kastil Menara Energi untuk membahas hal ini, namun rapat tidak berjalan lancar karena Ki Seno Aji dan Datuk Lembu Sora sedang berhalangan hadir sehingga rapat yang awalnya lancar, berubah menjadi debat kusir. Yung Chen dan Pangeran Kamandanu membubarkan rapat, mereka meminta Pangeran Kundalini menyiapkan ruangan khusus di istana Ringin Anom karena dua jam lagi beberapa utusan Ikatan Pendekar Nusantara berangkat ke sana. "Ada surat permintaan dari Empu Ganda Wirakerti dan Ki Kusuma Aji, kita adakan diskusi tertutup di Segoro Kidul, tempat teraman yang tidak tersentuh aliran hitam." Surat itu dibacakan Prabu Wusanggeni, dan beberapa petinggi menyatakan setuju. "Satu jam lagi aku sampai di sana." Yung Chen pamit undur diri karena dia harus mengantar dua
Beberapa prajurit mengawal Raja Galih di ruangan tersebut. Mereka khawatir Asoka berniat melakukan hal buruk, melukai, atau bahkan membunuh raja.“Biarkan kami di sini mengawal Anda.” Panglima pleton enam maju dua langkah.Agaknya terlalu berbahaya membiarkan raja berduaan dengan lelaki asing yang bahkan tidak pernah dikenal sebelumnya. Seharusnya ada satu dua pengawal yang menemani, tapi raja Galih menolakdengan alasan, pertemuan ini jauh lebih rahasia dari rapat bersama para petinggi.“Ta-tapi, Paduka…”“Ini perintah, kalian bebas mau melaksanakannya atau tidak. Bagi yang menuruti perintahku, segera kalian pergi dari sini dan cukup berjaga di luar ruangan.” Raja Galih menaikkan suaranya sedikit seolah dia sedang memarahi para prajurit.“Baik, Paduka, kami akan berjaga di luar.”“Satu lagi, jangan biarkan orang lain masuk ke ruangan ini sampai aku keluar. Tidak seorang pun d
Mitos nama Basundara sudah tersebar di seluruh Nusantara.Nama itu sudah menjadi nama terlarang karena setiap bayi yang tidak kuat menyandang nama itu akan mati mengenaskan.Tertulis dalam ramalan kitab Sabdo Waseso, pernah suatu hari, ada ratusan bayi mati hanya dalam hitungan jam.Kejadian itu berawal dari seorang peramal tua yang menyebarkan suatu berita pada masyarakat bahwa beberapa hari ke depan, akan ada bayi yang nantinya dipilih sebagai penerus titah Dewa Api Bunar Kumbara untuk menunda era kehancuran bumi.Orang-orang menanggapinya dengan serius, karena pada dasarnya, sang peramal tua memiliki nama besar dan disegani para pendekar di seluruh dunia.“Anak sulung kita harus menyandang nama belakang Basundara, semoga dia terpilih jadi penerus titah Dewa Api dan menyelamatkan dunia dari kehancuran.”“Kita hanya keluarga miskin, tidak mungkin Dewata memberi anugerah itu secara cuma-cuma.”“Semoga anu
Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“
“Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi
Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd
Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m
Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da
Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon
Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s
Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me
Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As