Beranda / Fantasi / Pendekar Pedang Bulan Sabit / Bola Kristal Kebersamaan Dewa

Share

Bola Kristal Kebersamaan Dewa

Penulis: Kayinkayinn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-31 12:26:15

"Pendekar Han, bisa kita bicara sebentar?"

Wiggle Azura menghampiri Bai Lu yang tengah duduk seorang sendiri didekat sungai.

"Iya, Azura. Ada apa?"

Bai Lu mengangkat pantatnya kemudian berdiri, dan membelai kepala Azura dengan lembut.

"Ini."

Azura memberikan sehelai daun yang sudah kering kepada Bai Lu.

"Apa ini, Azura?" Bai Lu menerima sehelai daun kering itu dengan ekspresi wajah bingungnya.

"Misi rahasia sebelum berkumpulnya 11 pendekar. Kalian harus menyelesaikannya."

Bai Lu memandangi sehelai daun kering itu dengan seksama. Bentuknya hanya seperti daun biasa, kering, kosong, dan aroma daunnya seperti aroma daun kemangi.

"Misi apa ini yang kau maksud?"

"Ikut aku, Pendekar Han."

Bai Lu mengikuti Wiggle Azura dari belakang, hingga membuat teman-temannya yang lain pun mengikuti mereka dari arah belakang juga.

"Dewa telah memberikan sebuah misi rahasia untuk aku sampaikan kepada kalian semua, sebelum 11 pendekar berkumpul. Dan, kalian ber7 harus menyelesaikan misi tersebut dalam waktu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Seekor Monyet dan Si Cantik Yuri

    Rasanya begitu aneh ketika Yeon bisa bertemu lagi dengan Yuri yang merupakan sahabatnya semasa kecil. Tapi, Yeon sudah merasa cukup senang dan begitu puas karena ia bisa diberikan kesempatan kedua untuk bertemu dengannya lagi, meski keadaannya sekarang sudah berubah.Dirinya harus rela dengan perubahan wujudnya yang menjadi seekor monyet, hanya untuk menyelamatkan gadis kecil dari para pemuda jahat itu."Yeon, aku harus pulang sekarang. Orang tuaku pasti akan mencariku jika aku pulang terlambat.""Aku akan mengantarmu."Yeon turun terlebih dahulu ke bawah. Dengan begitu, ia bisa membantu Yuri turun dari atas pohon secara perlahan. Setelah berhasil membantu Yuri turun dari atas pohon, Yeon mengantar Yuri sampai di depan desa Wonju tempat di mana ia tinggal. Desa di mana yang dulunya masih terlihat ramai dan penuh kehangatan akan cinta para warganya.Melihat desa Wonju kembali, Yeon meneteskan air matanya. Ia rindu akan masa lalunya di sebuah desa yang sudah membesarkannya. Namun, desa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Akhir Kisah Yuri dan Yeon

    Matahari sudah mulai terbit. Desa Wonju juga sudah memulai aktifitasnya seperti biasanya. Choi Yeon yang sejak semalam bersembunyi di sebuah atap rumah penduduk, terlihat sedang mengendap-ngendap dan memperhatikan rumah yang ditinggali Yuri dari kejauhan.Begitu mendapati Yuri keluar dari rumahnya, Yeon melebarkan kedua matanya begitu lebar hingga ia bisa terus memantau Yuri dari kejauhan. Namun, perhatian Yeon langsung teralihkan ketika ia melihat seorang kepala desa, yang merupakan ayahnya di kehidupan pertamanya.Sudah lama sekali Yeon tak melihat ayahnya. Ketika terakhir kali mereka bertemu untuk terakhir kalinya adalah saat ayahnya tewas terbunuh pasukan Segye dan juga Wonam yang merupakan anak buah Aeshin, hingga membuat desa yang menjadi tempat tinggalnya itu pun menghilang entah ke mana.Melihat wajah ayahnya kembali setelah sekian lama tak melihatnya, Yeon begitu merindukan sosok ayah itu. Ia sampai meneteskan air matanya begitu melihat wajah ayahnya yang tampak bersemangat s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Rencana Nenek

    Kisah Yuri dan Yeon kini telah berakhir tanpa sebuah penyesalan, dan hanya akan ada kenangan manis yang terkenang saat nama Yuri atau Yeon di sebutkan. Choi Yeon pun kini telah berhasil mendapatkan bola Kristal Kebersamaan Dewa miliknya dan kembali ke dunianya.Kisah selanjutnya dilanjutkan ketika Choi Rim diturunkan kembali ke bumi dalam kehidupan keduanya untuk mendapatkan bola kristal miliknya. Choi Rim kini tepat berada di sebuah rumah yang tak asing untuk dilihatnya. Ia merasa, semua barang dan tempat yang ia datangi kali ini seperti rumah di masa lalunya."Ada di mana aku? Apa aku ada di rumah? Ini seperti rumahku di desa Wonju. Tapi, kenapa tanganku terlihat berkeriput seperti ini?""Nenek, ayo makan!" ujar seseorang yang tiba-tiba saja membuka pintu dan masuk ke dalam sebuah ruangan, di mana Choi Rim berada."Kau??"Choi Rim sangat terkejut begitu ia melihat tubuhnya sendiri di masa lalu. Ia melihat Choi Rim 10 tahun yang lalu ketika desa Wonju yang menjadi desa tempat tinggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Kenangan Choi Rim

    Sesuai yang telah direncanakan dan disepakati, Choi Rim membantu keluarganya agar bersiap-siap untuk meninggalkan desa Wonju sebelum penyerangan itu terjadi. Ia juga sangat berharap sekali, agar seluruh warga desa Wonju kali ini, termasuk keluarganya akan selamat dan tak mengalami hal yang pernah terjadi pada saat 10 tahun yang lalu.Choi Rim menatap ke arah ayahnya yang tengah merapihkan pakaian ibunya. Melihat semua itu membuatnya kembali meneteskan air matanya. Rasanya sangat indah, ingin sekali ia kembali ke masa lalu, tapi ia sadar kalau semua itu tidak mungkin terjadi.Kenangan singkatnya bersama sang ayah dan juga ibunya kembali teringat saat Choi Rim memandangi setiap sudut rumahnya yang penuh dengan kenangan indahnya bersama keluarganya.Masih ingat di dalam benaknya, kejadian saat dirinya masih berusia 6 tahun, di mana dirinya tengah berlatih ilmu bela diri bersama Choi Yeon, dan juga ayahnya di depan rumahnya. Kala itu, ia bertengkar kembali dengan saudara kembarnya yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Maaf, Terima kasih, dan Cinta

    "Ayah!! Ibu!!" teriak Choi Rim yang langsung berlari begitu saja menyeruak dalam kerumunan pasukan Segye yang telah menyerang warga desanya dengan begitu sadis, kejam, dan beringas."Rim~ah!! Jangan ke sini, Nak!!" teriak sang ibu memperingati anaknya agar tak menghampirinya karena pasukan Segye terlalu banyak dan berusaha untuk menyerangnya, hingga mereka bisa membawa kedua anaknya dengan mudah."Tangkap dia!"Wonam setengah berteriak dan memberi perintah kepada anak buahnya untuk menangkap Choi Rim begitu melihatnya dan juga Choi Yeon yang mengikutinya dari belakang.Melihat pasukan Segye yang menyerang kedua anaknya dan berusaha untuk membawanya pergi, pasangan suami-istri itu beserta warga desa yang lainnya, berusaha untuk melindungi Choi Rim dan juga Choi Yeon dengan mencegah anak buah Wonam untuk mendekati mereka berdua.Desa Wonju yang terkenal damai dan juga tentram, kini telah berubah menjadi lautan darah. Banyak korban berjatuhan, penuh luka, penuh tangis, dan air mata seora

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Rahasia Johyuk

    "Noona, apa yang sedang kau lakukan?" teriak seseorang hingga membuat Asahi langsung membalikkan badan, begitu mendengar teriakan seseorang yang ia kenal."Aku sedang mencari kucing peliharaan kesayanganmu, Anata. Tadi, aku melihatnya menaiki pohon ini," katanya kembali menjawab.Dari kejauhan, Asahi bisa melihat dengan begitu jelas di mana, dirinya di masa lalu tengah memanjat sebuah pohon tinggi yang menjadi tempat bermainnya bersama Anata semasa kecil.Pohon itu adalah pohon Keramat, tempat penuh kenangan dirinya bersama Anata. Pohon yang banyak menyimpan rasa kasih sayangnya untuk adik tercinta."Sudahlah, Noona. Mogu mungkin sudah pulang ke rumah. Turunlah!"Anata meminta kakaknya untuk turun. Tapi, Asahi bersikeras tak ingin turun dan masih ingin mencari kucing peliharaan kesayangan adiknya yang sangat nakal dan juga lincah itu."Suho? Kau sudah pulang?" tanya Anata saat melihat sahabatnya datang menghampirinya."Hah? I . . .iya, aku sudah pulang," jawab Asahi tampak gugup dan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Kematian Suho

    "Untuk apa Aeshin ada di sini?" Asahi terlihat mengedarkan seluruh pandangan matanya ke seluruh hutan Yeongdam.Sampai detik ini, Asahi tidak pernah mengerti. Kenapa siluman rubah berekor 9 yang berbahaya seperti Aeshin itu selalu berada di mana-mana? Setiap kali ia pergi ke suatu tempat, mau itu tempat lama ataupun tempat baru, orang lama atau orang baru, Aeshin selalu saja ada di sana.Keserakahannya untuk menjadi seorang mahluk mitos abadi dan tak pernah bisa untuk dikalahkan itu membuatnya haus akan darah setiap manusia tak berdosa, dan mencari mahluk-mahluk mitos lainnya yang lebih kuat darinya untuk ia jadikan sebagai hambanya atau pun persembahannya.Setiap kali Asahi bertemu dengan para pendekar baru, masa lalu mereka selalu saja berhubungan erat dengan Aeshin, hingga mereka mempunyai musuh yang sama dan tujuan yang sama, yaitu kehancuran Aeshin. Namun, kenapa? Kenapa begitu sulit untuk mengalahkannya?"Suho~ah."Anata tiba-tiba saja memanggil namanya. Asahi yang melihat ekspr

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Bayangan Suho

    Suho menahan serangan Aeshin dengan mengorbankan nyawanya sendiri. Anata yang melihatnya terlampau syok berat. Ia berteriak begitu beras dan mencoba untuk menghampiri Suho yang terhempas begitu jauh, hingga menabrak batang pohon saat serangan Aeshin mengenai dirinya. Ia juga sudah tak peduli dengan luka dan rasa sakit yang ia alami saat bertempur melawan Johyuk tadi."Suho~ah, bangun!! Suho!!" tangis Anata seraya menggoyang-goyangkan tubuh Suho yang terkapar tak sadarkan diri.Dalam tubuh Suho, Asahi dapat merasakan perasaan Suho yang sebenarnya selama ini. Sejak mengenal Anata semasa kecil, Suho sudah menganggap Anata sebagai adiknya, bahkan saudara kandungnya sendiri. Ia sangat menyayangi Anata seperti ia menyayangi kedua orang tuanya.Bayangan persahabatan Suho dengan Anata semasa kecil hingga dewasa pun bermunculan dalam benak Asahi, hingga ada satu kenangan yang membuat Asahi sangat terkejut melihatnya.Kenapa ada bayangan diriku? Batin Asahi.Bayangan itu adalah bayangan saat As

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Samjoko dan Yong

    "Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Bunga Hibiscus

    "Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Misi Pertama

    Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Babak Baru Pendekar Keabadian

    Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Gabyeoun Ssang

    "Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Suku Moguya

    Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Tersirat Perasaan yang Aneh

    Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Sebuah Ritual

    "Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Rahasia Kang Sora

    Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj

DMCA.com Protection Status