Home / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 15 - Jangan Tinggalkan Pedang Itu

Share

Ch. 15 - Jangan Tinggalkan Pedang Itu

Author: Fii
last update Last Updated: 2021-12-01 09:30:55

Tangannya berusaha meraih gagang pedang yang terlihat unik tersebut, tetapi Xiao Long berhenti melakukannya. Dia merasa ada yang salah dengan tempat tersebut terlebih lagi makam ini berada di tempat yang sangat-sangat tersembunyi. Tidak ada orang gila yang mau menjatuhkan diri ke jurang hanya untuk menguburkan orang tersebut. Serta senjata yang kini berada di depan jarinya mengeluarkan hawa-hawa misterius yang membunuh. 

Xiao Long memalingkan wajahnya ke kanan dan kiri, memastikan apakah di sekitar ada sosok lain yang berada di sini. Nihil, sesuai dugaannya tempat ini benar-benar kosong. Hanya ada sebilah pedang yang tertancap di sebuah makam tanpa nama. 

Suara-suara aneh dari tempat tersebut memiliki gema yang timbul tenggelam menaikkan bulu kuduk. Xiao Long frustrasi, dia ingin membawa pedang itu bersamanya tapi perasaan terancam dan juga hawa menakutkan yang dimiliki pedang tersebut membuatnya tak yakin.

Ditariknya napas perlahan-lahan lalu membuang

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mirles
siluman penguasa bumi ternyata payah dalam hal menangkap ikan ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 16 - Selatan yang Kacau

    Hampir satu minggu berlalu, Xiao Long tidak tahu bagaimana cara keluar dari jurang ini. Dia menatap langit yang begitu jauh di atas sana, begitu hampa dan tak mempunyai harapan. Selama beberapa hari ini dia berusaha untuk mengobati Salamander Api. Tanpa diduga siluman itu lebih cepat sembuh. Bahkan tak perlu memakan waktu sebulan agar luka-luka di tubuhnya tertutup. Xiao Long kelelahan selama beberapa hari ini, kepalanya terasa seperti dihantam batu. Namun dia tetap memaksa berjalan, mengumpulkan makanan dan ranting-ranting kayu agar malam hari mereka tetap aman. Sayangnya malam terlalu dingin hingga api saja tak mampu menjaga suhu tubuhnya.Hari kembali menggelap dan udara malam yang dingin kembali datang. Bulan ini seharusnya memasuki musim hujan, badai tak henti-hentinya datang. Membuat suhu di sekitar menjadi lebih dingin dari hari biasa. Tangannya terus mengoles cairan dari tanaman obat ke tubuh Salamander. Gerakannya melambat, Xiao Long berdiri. Dia du

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 17 - Dapat Berbicara?

    Salamander Api terdiam lama menunggu manusia itu tidak kunjung bangun seperti biasanya. Matanya teralih pada kaki Xiao Long, luka di sana sama sekali belum mengering.Dia menarik tanaman obat menjalar dari tebing, lalu meletakkannya di tumit Xiao Long. Lama menunggu tidak ada perubahan yang terlihat. Salamander Api mendengus samar, mungkin manusia itu sudah mati. Dilihatnya sebuah benda yang tertancap di tempat biasanya Xiao Long tidur. Dia mendekat sambil menggeram, merasakan bahaya yang sejak beberapa hari lalu mengganggu instingnya.Salamander Api hendak menghancurkan pedang itu tetapi suara batuk Xiao Long memalingkan pandangannya ke belakang.Xiao Long susah payah menghirup oksigen di sekitar, suara napasnya terdengar tersengal-sengal. Bukannya memberi waktu agar Xiao Long bisa menarik napas, Salamander Api justru menyiramkannya air."Berhenti-"Percuma saja, tubuhnya kembali dibuat menggigil kedinginan. Xiao Long sempat berpik

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 18 - Mata Hitam

    "Kau mengetahuinya? Dari mana?" Salamander Api terdiam, dia menggerakkan kepalanya menatap arah lain. "Aku hanya menebak." Jawaban itu membuatnya ragu, Xiao Long menatap lama pada pantulan air sungai. Dia melihat kunang-kunang hitam yang sebelumnya menuntunnya pada makam waktu itu."Kau melihatnya?" Salamander Api mendelik, tak menemukan apa-apa selain aliran air sungai yang tenang dan beberapa tumbuhan mati di depan sana."Seekor kunang-kunang hitam, dia yang membawaku ke sana." "Dia memilihmu." Salamander Api bangun, dia berbalik badan ke belakang dan tidur di tempatnya tanpa menghiraukan satu pun pertanyaan yang Xiao Long lontarkan. Dibanding bertanya pada Salamender Api, Xiao Long memutuskan untuk mendekat pada tempat di mana pedang itu berada. Kunang-kunang hitam telah menghilang, sama sekali tak terlihat ketika Xiao Long berada persis di depan benda itu. Dia mencabutnya dari sana, memperhatikan bentuk bilah pedang yang telah berkar

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 19 - Aku Pemenangnya

    Hari demi hari berlalu begitu cepat, Xiao Long bertarung dengan Huo Rong setiap harinya. Mempelajari hal-hal baru yang baru diketahuinya lewat siluman itu. Dia merasa Huo Rong seperti telah hidup sangat lama hingga mengetahui semua hal di muka bumi ini. Termasuk mereka yang disebut sebagai Sepuluh Terkuat.Saat Huo Rong menjelaskan orang-orang yang berada di puncak terkuat Kekaisaran Qing, Xiao Long dapat merasakan ambisi kuat untuk mencapai titik tersebut. Titik di mana dia dapat melindungi semua orang tanpa harus mundur ketakutan. Titik di mana dia benar-benar rela mengorbankan nyawanya demi sesuatu yang sangat berharga.Huo Rong atau Salamander Api yang kini telah menjadi satu-satunya temannya di dasar jurang ini membuka matanya lebar-lebar. Tentang dunia yang sama sekali tidak diketahuinya. kekuatan spiritual, tenaga dalam, pil, cincin ruang dan para siluman yang akan ditemuinya di luar sana. Dia menjelaskan begitu terperinci hingga Xiao Long dapat membayangk

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 20 - Musuh Kembali

    Huo Rong membalas geram. "Jangan senang dulu!"Tatapan keduanya tergerak ke atas saat sebuah suara bising terdengar, suara seseorang menggema hingga ke bawah. Mereka kelihatan seperti sedang menyiapkan sesuatu."Celaka, mereka pasti sedang mencari cara agar bisa turun untuk menangkap kita berdua."Dentuman keras dan makian kasar bergema dari atas mereka, keduanya sama-sama terdiam menyimak keributan di atas sana. Hingga tiba-tiba terlihat bayangan hitam di atas sana, seseorang jatuh. Xiao Long mengalihkan pandangannya. Tak sanggup melihat orang itu tewas di depannya.Jantung Xiao Long berdetak kencang, dia tidak berani melihat. Apalagi saat mendengar suara rintihan di sana, rasa mual muncul saat amis darah masuk menusuk hidungnya. Xiao Long berjalan perlahan, "Aku harus kembali ...""Siap tidak siap kau harus melihatnya.""Otak yang tercecer atau usus yang keluar? Aku bisa pingsan.""Lalu bagaimana jika kau harus membunuh seseorang na

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 21 - Gagal

    Bunyi dentingan logam bertubi-tubi memasuki telinga Huo Rong, dia tidak bisa tertidur selama beberapa hari ini. Sumber suara itu berasal dari Xiao Long, lebih menyebalkan lagi dari pagi, siang, sore, hingga malam dirinya digunakan seperti pemantik api. Kekuatan apinya yang biasanya digunakan untuk pertarungan malah berakhir menjadi pemanas logam berkarat."Bisa berhenti sebentar? Aku lebih baik mati karena jatuh di jurang daripada mati gara-gara membuat mainan anak-anak."Xiao Long meliriknya dengan tatapan menghujat. "Mainan anak-anak katamu?" Dia menunjukkan bagian kerangka besi yang telah dicobanya beberapa kali agar cocok di tubuh Huo Rong. "Aku membuatkan ini untukmu. Bukannya berterima kasih malah mengomel. Entahlah sayapmu akan tumbuh semakin banyak kau mengoceh."Salamander Api mendengus, baru kali ini kesabarannya diuji."Omong-omong kau memang suka sekali menyiksa manusia dan binatang, ya? Mengambil taring, pakaian dan barang-barang peninggala

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 22 - Pijakan Terakhir

    Semua terjadi begitu cepat, Huo Rong tak sempat memanjat ke reruntuhan sementara mereka sudah terbang hampir setengah dari ketinggian jurang. Tubuh Huo Rong terjatuh begitu saja menghantam tanah bebatuan, menimbulkan suara berdebum yang keras. Salamander Api menjerit kesakitan, salah satu besi tajam menusuk bahunya. Sementara Xiao Long terapit di antara tubuh Huo Rong dan tanah.Xiao Long tak mengalami luka serius, akan tetapi Huo Rong kembali terkena tusukan serius yang membuatnya tergeletak kesakitan di atas tanah. Samar, terdengar umpatan kesal darinya."Habis ini kutampar mukamu seribu kali."Xiao Long ingin tertawa tapi di sisi lain dia kasihan dengan keadaan Salamander Api. Dicabutnya besi tersebut. Untuk sementara Huo Rong tak bisa terbang lagi ke atas, mereka sama-sama terdiam cukup lama. Hampir kehabisan cara untuk kabur dari jurang ini."Aku mendengar langkah kaki mereka."Huo Rong bersuara malam-malam, saat itu Xiao Long akhirnya bisa tert

    Last Updated : 2021-12-01
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 23 - Pijakan Terakhir II

    Di pijakan terakhir, Huo Rong dapat melihat puluhan manusia dengan pakaian serba hitam sudah menyiapkan senjata masing-masing untuk membunuhnya.Salamander Api hanya mengikuti instingnya, menyerang saat dirinya merasa terancam. Dia segera melompat ke arah kawanan musuh. Memijak beberapa dari dengan gerakan kasar. Salamander Api meletakkan tubuh Xiao Long di belakangnya. Sangat jauh dari para musuh yang mulai mengerubungi mereka.Panah berapi naik ke atas dan hendak turun ke arah Xiao Long, dia mengeluarkan api yang membara begitu dahsyat hingga semua panah itu lenyap tak bersisa. Dicakarnya apa pun yang menghalangi di depan tanpa rasa takut. Huo Rong mengamuk sejadi-jadinya hingga banyak nyawa melayang di beberapa menit tersebut. Namun kemarahannya itu berakibat buruk, Huo Rong tak bisa mengeluarkan kekuatan apinya lagi.Salah satu alasan mengapa Huo Rong diburu adalah karena saat ini dia berada dalam keadaan terlemah. Kekuatan silumannya dihabisi dalam pertarun

    Last Updated : 2021-12-01

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status