Arjani tampak terdiam lama sejak Candaka menanyakan keputusan yang akan diambilnya. Keadaan di Kota Naga sudah sangat mendesak ... sedangkan mereka belum menemukan petunjuk sedikitpun untuk mengurung dan mengalahkan naga kematian ini.Menunggu keputusan dari pemimpin naga juga membutuhkan waktu, itu juga kalau ada keputusan yang bisa mengalahkan naga kematian, tapi jika tidak hanya membuang waktu percuma saja.Pergi ke Pulau Naga Biru juga membutuhkan waktu yang lama. Candaka harus ke Dusun Penyamun terlebih dahulu meminta pertolongan Cakrabuana menghubungi putrinya Kanaya atau meminjamkan salah satu kapal transportasinya untuk pergi ke pulau tersebut. Belum tentu juga ada Naga Super Sakti di sana yang selama ini hanya rumor dan cerita dongeng naga belaka.“Berapa lama keputusan pemimpin-pemimpin naga ini bisa kami terima Elder?” tanya Arjani.“Paling lama dua hari dari sekarang ... paling cepat besok siang sudah ada keputusannya. Tapi aku tidak tahu apakah mereka mempunyai cara untuk
Perjalanan mereka akhirnya sampai di pusat pemerintahan Distrik Pendekar ini yaitu sebuah bangunan besar yang sangat megah menjulang ke atas langit di Kota Pendekar.“Wow! Siapa yang bisa membangun sampai setinggi itu! Bahkan ujungnya juga tidak kelihatan, tertutup awan!” seru Candaka.Bangunan yang dilihat Candaka itu adalah Menara Seribu Naga Langit. Konon bangunan ini dibangun oleh Immortal yang berasal dari Klan Naga yang kesaktiannya saat itu melampaui seluruh Immortal, Kultivator, bahkan Pendekar paling sakti sekalipun. Kemungkinan besar juga kehebatannya sudah melebihi dewa.Tidak ada yang tahu asal usul Immortal ini, karena Immortal ini muncul begitu saja di Distrik Pendekar, dan membangun Menara Seribu Naga Langit ini tanpa ada yang bisa mencegahnya. Immortal ini bernama Wu Tian. Kehebatannya bukan hanya di ilmu silatnya saja, melainkan juga di bidang pengobatan, struktur bangunan, magis, serta strategi perang. Tidak mengherankan kalau banyak yang takut kepadanya, dan tidak
Candaka dan Arjani mampir ke kedai makanan dan minuman. Semua makanan dan minuman di Kota Pendekar ini gratis alias tidak perlu bayar. Mungkin semuanya sudah dibayar oleh Elder yang memimpin distrik ini atau memang kedai-kedai makanan dan minuman ini diperuntukkan khusus bagi pendatang di Kota Pendekar yang disediakan oleh pemimpin distrik ini sendiri.“Wuih! Kalau tahu begini enaknya makanan dan minuman di sini, dari dahulu saja aku ke sini!” teriak Arjani yang tampak asyik menikmati makanannya.“Tidak sembarang naga dan pendekar naga bisa masuk ke distrik ini loh! Harus ada rekomendasi dari pemimpin wilayah setempat!” jelas Candaka.“Oh begitu! Kirain bisa langsung masuk ke sini!” kata Arjani dengan santainya.“Tidak bisa! Kita tadi bisa ke sini karena aku mendapat akses dari Elder Wyvern!” ujar Candaka yang asyik dengan minumannya.“Ayo kak ... kita ke kolam air panas! Aku mau rendam sebentar biar segar badanku!” ajak Arjani.“Tumben mau ke kolam air panas ... tadi susah sekali dia
Candaka dan Arjani tidak banyak membuang waktu lagi di Paviliun Lotus, begitu mengetahui bantuan yang mereka harapkan tidak dapat mereka peroleh karena rasa tidak percaya pimpinan naga terhadap mereka.“Kita pergi ke Dusun Penyamun saja. Aku bisa saja menggunakan portal naga, tapi aku tidak pernah membawa siapapun untuk teleportasi!” ujar Candaka.“Tidak apa Kak! Kita lewat jalan biasa saja!” kata Arjani sambil berjalan terlebih dahulu menunjukkan jalan keluar dari Lembah Naga.“Naga-naga kematian itu lagi memusatkan perhatian pada Lembah Naga, jadi situasi di dunia manusia masih aman untuk sementara ini!” seru Arjani lagi.Mereka tiba di lereng sempit di depan Desa Kabut Hitam. Candaka memutuskan memasuki desa untuk sekedar ingin tahu apakah Ki Wicaksono sudah kembali ke Desa Kabut Hitam ini. Teringat olehnya pertama kali bertemu kakeknya ini di sebuah kedai makan di penginapan.“Aku ada perlu sebentar di Desa Kabut Hitam ... kamu tidak keberatan kan kalau kita mampir sebentar?” tany
“Kita sekamar?” tanya Arjani keheranan begitu Candaka mengatakan kalau mereka akan tidur dalam satu kamar yang sama.“Kenapa memangnya?” tanya Candaka, “kamu keberatan kita tidur sekamar?”“Tidak apa-apa! Tapi bukannya lebih baik kalau pisah kamar Kak!” saran Arjani.“Selama ini aku tidak masalah dengan Kumalasari dan Jayanti sekamar! Kami tidak melakukan apa-apa! Hanya tidur saja!” kata Candaka yang heran Arjani menolak sekamar dengannya.“Bukan begitu Kak Candaka ... aku hanya tidak terbiasa saja! Masa aku nanti ganti baju di depan Kak Candaka, kan aku malu kak!” kata Arjani menjelaskan.“Terserah kamu saja, Arjani!” kata Candaka singkat, “kalau kamu mau beda kamar, pesan lagi saja sama paman pemilik penginapan. Aku mau istirahat dahulu di kamar ini!”Candaka langsung terlelap di tempat tidur. Tinggal Arjani yang bingung sendiri melihat Candaka yang dengan santainya tidur sementara dirinya masih kebingungan dengan situasi yang dihadapinya.Naga Kuno memang berbeda adat istiadatnya d
Candaka terbangun tanpa melihat Arjani berada di dalam kamarnya. “Mungkin Arjani sudah menyewa kamar lain untuknya sendiri,” pikir Candaka.Saat turun ke kedai makan, dia juga tidak melihat Arjani. “Apa gadis ini sedang berada di kamar yang disewanya? pikir Candaka.“Paman ...!” panggil Candaka kepada paman pemilik penginapan, “Apa gadis yang bersamaku ini menyewa kamar lain?”“Setahuku tidak Tuan Pendekar! Aku melihatnya tadi menegur salah satu pengunjung kedai makanan ini, tapi setelah itu aku tidak tahu lagi dia kemana!” ujar paman pemilik penginapan.Suasana kedai makan masih saja ramai seperti saat Arjani turun sebelumnya, tapi gadis ini sudah tidak kelihatan lagi oleh Candaka.Immortal Wu yang semula duduk di sudut kedai makanan untuk mengawasi kemunculan diri Candaka juga sudah tidak berada di tempatnya.“Paman ... sebenarnya ada perayaan apa, kok tiba-tiba penginapan ini ramai sekali! Tadi pagi saja masih sepi ... tidak ada siapapun!” ujar Candaka keheranan.“Aku tidak tahu Tu
Malam tiba di Desa Kabut Hitam, dan Arjani masih belum kembali juga.“Kemana ya gadis ini? Tidak biasanya dia pergi selama ini tanpa pamit!” pikir Candaka.Candaka merasa cemas dengan keadaan Arjani, karena sampai malam tiba di Desa Kabut Hitam, tidak ada tanda-tanda munculnya gadis naga ini.“Apa yang terjadi padanya ya?” gumam Candaka, "semoga dia hanya pergi saja menyelidiki masalah Naga Kematian ini!"Candaka juga tidak melupakan masalah hantu perguruan yang dibicarakan oleh paman pemilik penginapan, yang sangat mengusik dirinya.“Lebih baik aku menyelidiki masalah hantu perguruan yang sering muncul di Perguruan Tapak Naga!” tekadnya.“Paman ... kalau gadis yang bersamaku ini sudah kembali, bilang saja aku keluar sebentar nanti akan kembali lagi!” pesan Candaka kepada paman pemilik penginapan.“Tuan Pendekar mau kemana?’ tanya paman pemilik penginapan.“Aku mau melihat hantu perguruan yang paman sebutkan tadi pagi!” jawab Candaka.“Jangan Tuan Pendekar!” cegah paman pemilik pengin
Sosok Hantu Perguruan masih menjadi sosok yang misterius bagi Candaka. Menurut Candaka, hantu perguruan ini adalah sosok yang belajar ilmu silat iblis yang mengakibatkan perubahan drastis pada wajahnya.“Aku tidak mengerti maksudmu Tuan Pendekar!” seru Candaka yang penasaran dengan sosok misterius ini.“Kamu tidak mengenaliku Candaka?” Terdengar suara yang tidak asing lagi baginya. Ternyata hantu perguruan ini adalah seorang perempuan. Suara seseorang yang sangat dirindukannya selama ini. Seseorang yang selalu membantunya tanpa pamrih, tapi karena kesalah pahaman membuat jarak di antara keduanya.“Isyana?” tanya Candaka penuh keheranan, “benarkah ini kamu ... Isyana?”“Sosok hantu perguruan ini ternyata dirimu ... kenapa wajahmu jadi menyeramkan seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi Isyana?” tanya Candaka dengan perasaan perih di hatinya.Hantu perguruan yang ternyata Isyana Mukti ini hanya tersenyum kepada Candaka. Tapi senyumannya tidak seindah dahulu lagi. Hanya terlihat sering
Salam Pendekar Naga, Terima kasih untuk semua pembaca yang telah mengikuti kisah Candaka dari awal hingga akhir ini. Semoga kisah Candaka bisa memuaskan sahabat-sahabat readers sekalian. Mohon maaf apabila masih ada kata-kata yang salah, atau beberapa kisah yang tidak berkenan di hati pembaca. Kemungkinan kisah Pendekar Naga Biru ini akan dilanjutkan ke Season 2, tapi tidak dalam waktu dekat. Penulis lagi menyiapkan spin off Pendekar Naga Biru mengenai kisah Gandar, Wu Tian, Xian Ling, Rinjani, dan lainnya dari awal agar lebih mudah mengikuti season 2 nantinya yang kemungkinan beberapa bulan lagi baru tayang setelah keseluruhan spin off Pendekar Naga Biru ini selesai. Sekali lagi terima lkasih sebanyak-banyaknya, author sampaikan ke seluruh pembaca Pendekar Naga Biru. Berkat dukungan dan semangat kalian, kisah ini bisa diselesaikan sampai Tamat. Apabila ada yang ingin ditanyakan, bisa mengikuti penuis di ... 1G : zhu.phi F* : zhu phi Salam semuanya ... ^-^ Jakarta, 31 Okto
Alam Kehampaan.Sebuah dunia yang tipis yang berada di antara Dunia Bawah dan Dunia Tengah."Kenapa kamu tidak mencariku, Kanda Candaka?" ujar gadis cantik yang berpakaian biru gelap, yang sedang menatap pernikahan Candaka dari jauh.Iblis Naga Biru yang sekian lama menghilang akhirnya mengembalikan ingatan Jayanti, tapi tidak dengan hawa iblis yang menyelimutinya."Tunggu pembalasanku Kanda, karena telah menelantarkanku! Teganya kamu tidak mencariku dan malahan menikahi perempuan lain!" seru Jayanti yang penuh kekecewaan.Wajah Jayanti yang cantik tidak seperti dahulu lagi yang ceria dan berseri-seri.Wajah gadis ini sekarang pucat dan dipenuhi aura kegelapan yang membuatnya tampak sedikit menyeramkan.*****Alam Kesunyian.Sebuah sunia yang terletak di antara Dunia Tengah dan Dunia Atas."Naga Hitam sudah menghilang! Sudah saatnya aku menguasai Kamandaria!' seru Naga Ashura yang menguasai Alam Kesunyian.Naga Ashura sudah dalam persiapan awal mengirim Naga Immortal memata-matai Naga
Iblis Naga Hitam benar-benar memenuhi janjinya untuk tidak mengacau di Kamandaria lagi. Kehidupan di negeri ini juga sudah berlangsung normal kembali. Candaka akhirnya setuju untuk menerima takdirnya sebagai Pendekar Naga Biru dengan menjadi Raja Kamandaria. Namun Candaka belum menjatuhkan pilihan siapa yang akan menjadi Ratu di Kamandaria, karena dia sudah berjani akan memperistri Rinjani, Alisha, dan Zhian. Seluruh negeri sedang dilanda kebahagiaan karena setelah sekian lama, muncul Pendekar Naga Biru yang akan memerintah di negeri ini dengan arif dan bijaksana. Canda dielu-elukan di seluruh negeri Kamandaria karena dianggap sebagai penyelamat yang akan membuat Kamandaria menjadi kerajaan yang berjaya lagi seperti dahulu. Penobatan Candaka untuk menjadi Raja Kamandaria masih sebulan lagi, tapi jalan-jalan di seluruh sudut Kota Naga Emas dihiasi oleh bunga berwarna-warni. Ada apa gerangan? Ternyata rakyat Kamandaria tengah menyambut pesta pernikahancalon raja dan ratu mereka n
Setelah menempuh perjalanan menembus gurun di Alam Surgawi Naga Hitam ini, Candaka tiba di sebuah goa besar di samping air terjun.Belum jauh kakinya melangkah memasuki goa besar, terdengar suara yang menyambutnya."Selamat datang, Pendekar Naga Biru! Sungguh suatu kehormatan dikunjungi oleh pendekar terskenal di Kamandaria!' "Naga Hitam, aku hanya ingin bertemu denganmu!" seru Candaka sebelum Naga Hitam ini menyerangnya. dengan tiba-tiba."Ada urusan apa kamu jauh-jauh ke sin?" tanya Naga Hitam dari balik goa besar."Aku ingin mengakhiri pertikaian kita dengan cara baik-baik!" ujar Candaka."Kita tidak pernah bermusuhan, Pendekar Naga Biru! Hanya saja, kita berada di pihak yang saling bertentangan!""Aku dengar, Naga Hitam akan kembali lagi ke Kamandaria setelah meningkatkan kekuatan di Alam Surgawi ini!" Candaka masih berusaha melangkah mendekati goa."Berhenti! Cukup langkahmu sampai di situ saja, Pendekar Naga Biru!"Seruan Naga Hitam dari balik goa besar membuat langkah Candaka
Zhian memang naga yang mempunyai kemampuan khusus yang jarang sekali dimiliki naga lainnya.Tidak salah kalau Master Lu Ming berusaha mengekang kemampuan gadis ini, karenna Zhian melampaui seluruh naga untuk kemampuan naganya.Alam Surgawi milik Zhian bahkan jauh lebih besar daripada alam surgawi naga lainnya.Hal unik yang baru diketahui oleh Zhian adalah kalau Alam Surgawi miliknya bisa terhubung dengan alam surgawi lainnya."Kita bisa pergi ke alam surgawi milik naga hitam dari alam surgawi milikku! Kamu siap, Candaka?" tanya Zhian."Aku siap, Zhian!" ujar Candaka.Tubuh Zhian dan Candaka lenyap seketika dari hadapan pendekar-pendekar aliansi pembela kebenaran."Semoga saja Candaka berhasil menemukan Naga Hitam!" ujar Wu Tian."Aku harap begitu sesuai ramalan Kitab Nirvana Surgawi, kalau Candaka akan mengalahkan Naga Hitam dan menjadi Raja Kamandaria yang bijaksana!" sambung Xian Ling."Aku akan menjalin kerja sama dengan Kamandaria apabila Candaka menduduki tahta kerajaan nantinya
Candaka yang mencaari ke seluruh pelosok istana tidak menemukan keberadaan Iblis Naga Hitam."Kemana Iblis Naga Hitam ini pergi? Kenapa tidak ada seorang pendekarpun yang berhasil memergoki kaburnya Iblis Naga Hitam? Lebih baik aku kembali untuk menanyakannya kepada Arkadewi!" ujar Candaka dalam hati.Namun Candaka tidak menemukan Arkadewi.Hanya ada Kanaya yang sedang tersenyum kepadanya."Kemana perginya Arkadewi?' tanya Candaka."Dia sudah pergi, Kak Candaka! Aku membiarkannya pergi!" ujar Kanaya."Kenapa kamu biarkan pergi, Kanaya?" tanya Candaka."Arkadewi memberitahukan lokasi bersembunyinya Iblis Naga Hitam sebagai ganti dibebaskannya dirinya.""Kamu tahu tempat bersembunyi Iblis Naga Hitam?" tanya Candaka."Kata Arkadewi, Iblis Naga Hitam pergi ke Alam Surgawi! Aku tidak tahu tempat apa itu, tapi kata Arkadewi kalau Kak Candaka mengetahuinya!" ujar Kanaya."Aku pernah pergi ke sana bersama Jayanti dan Kumalasari!" Teringat Jayanti membuat hati Candaka kembali bersedih."Di ma
# Pendekar Pulau Nirvana vs Pendekar Tongkat Sakti # Gayatri alias Bai Ling alias Pendekar Tongkat Sakti memiliki hawa iblis naga hitam yang kini berusaha menguasai Alisha."Sebaiknya kamu tidak melawan, agar hawa iblis ini bisa leluasa memasuki tubuhmu! Biarkan saja hawa iblis ini menguasai tubuhmu, makakmau akan hidup abadi dan juga merasakan energi yang luar biasa!" seru Gayatri."Aku tidak sudi diperbudak iblis! Aku bukanlah dirimu, Gayatri!" sahut Alisha."Kalau kamu melawan terus, tubuhmu akan hancur oleh hawa iblis ini! Tentu bukan ini yaang diinginkan oleh Candaka!' seru Gayatri lagi."Tahu apa kamu tentang Candaka!" ujar Alisha yang masih bergelut melepaskan diri dari belenggu hawa kegelapan."Aku tahu Candaka akn meenjadikanmu sebagai salah satu istrinya! Dahulu saat mengenal Caandaka, aku tidak menyangka kalau dia akan banyak disukai oleh gadis-gadis cantik!" ujar Gayatri."Kenapa kamu berpaling dari Candaka? Bukannya Candaka sangat menyayangimu, Gayatri!" ujar Alisha."
Selangkah lagi Candaka akan sampai ke istana kerajaan tempat Iblis Naga Hitam berada.Rinjani sedang bertarung dengan Isyana untuk mengurangi penjagaan terhadap Iblis Naga Hitam.Pendekar-pendekar lainnya masih belum tiba di istana, karena masih sibuk bertarung dengan pengikut Iblis Naga Hitam."Iblis Naga Hitam, keluarlah!" seru Candaka ke dalam aula istana kerajaan."Kamu memang hebat, Candaka! Aku sudah meremehkanmu! Seharusnya kamu kulenyapkan saja dari dulu!" seru suara wanita dari dalam aula istana."Dasar wanbita berhati licik!" seru Kanaya yang memang menyimpan dendam terhadap Arkadewi yang tidak diketahui sebabnya."Kenapa Iblis Naga Hitam tidak berada di dalam aula istana ini? Kemana dia pergi?" pikir Candaka yang tidak melihat sosok yang diincar seluruh pendekar aliansi termasuk dirinya."Naga Hitam sudah pergi, Candaka! Dia tidak sebodoh itu menunggu kalian di dalam istana ini!" seru Arkadewi yang masih saja bisa berkata sombong padahal sudah diambang kekalahan besar."Kem
Candaka dan kawan-kawan meninggalkan Alisha untuk bertarung dengan Gayatri, sedangkan mereka tetap berusaha masuk ke dalam istana. Jalan sempit melingkar berakhir di sebuah aula yang cukup sempit untuk seterusnya ke jalan sempit melingkar lagi. "Jangan lari kamu, pembunuh!" teriak sebuah bayangan putih yang melesat kencang ke arah mereka, terutama ke arah Rinjani yang terkejut juga dengan serangan tiba-tiba ini. Candaka langsung menyerang dengan telapak tangannya yang mengeluarkan sinar merah yang tepat mengenai tangan penyerang Rinjani ini. Bayangan putih ini terpental oleh serangan jurus naga merah Candaka. "Kamu lebih memilih pembunuh ibuku ini daripada diriku, Candaka!" seru bayangan putih ini memperlihatkan wujudnya berupa Iblis Seribu Wajah alias Isyana Mukti. "Isyana! Asmawati tewas karena ulahnya sendiri yang hendak mencelakakan kami! Tidak ada hubungannya dengan Rinjani!" seru Candaka. "Wanita ini membunuh ibuku dengan keji, dan kamu masih membelanya, Candaka? Sampai s