Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 98. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

Share

98. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-22 23:26:01

“Lingga?” Geni dan Jaya saling berpandangan sesaat, lalu kembali menoleh pada Sekar Sari.

“Tidak ada murid yang bernama Lingga di padepokan,” ujar Geni.

“Benar yang dikatakan Geni. Apa mungkin kau salah orang?” susul Jaya.

“Apa maksud kalian berdua?” Sekar Sari berkacak pingggang, menatap dengan raut jengkel. “Bukankah kalian sangat dekat dengan Lingga? Aku sering melihat kalian bersamanya di padepokan.”

Geni dan Jaya kembali saling melempar tatapan, menggeleng pada Sekar Sari.

“Berhenti bergurau dan jangan membuatku kehilangan kesabaran!” Sekar Sari setengah memekik meski setelahnya ia meringis kesakitan. “Sekarang katakan, di mana Lingga?”

“Tapi kami tidak mengenal orang kau sebutkan, Sekar Sari.” Geni menggaruk rambut, bingung. “Kami bicara yang sebenarnya. Kamu sama sekali tidak berbohong.”

“Kalian benar-benar membuatk

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   99. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Sekar Sari, Geni dan Jaya terlempar cukup jauh. Ketiganya mendarat tepat di pinggiran sungai dengan cukup sempurna. Jaka dan Barma yang sedang bersembunyi di balik pohon seketika mendekat saat menyadari kehadiran mereka. “Kalian baik-baik saja?” tanya Jaka dengan satu tangan memegangi perut. “Kakang Jaka,” ucap Sekar Sari, Geni dan Jaya bersamaan. Jaka perlahan berjongkok, merasakan tubuhnya semakin lemah. Setelah mendengar siulan sebanyak tiga kali, pemuda itu segera memerintahkan para murid untuk memasuki kain kembali, lalu bersiaga di mulut gua. Ia hampir saja melukai Barma kalau tidak segera menarik pedangnya dengan cepat. “Geni, Jaya, Sekar Sari,” ucap Barma dengan tatapan khawatir. “Sekar Sari, syukurlah kau selamat,” ujar Jaka, “aku sangat mengkhawatirkanmu karena kau tiba-tiba saja menghilang semenjak siang. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Sekar Sari menunduk sesaat. “Aku ... pergi ke pinggiran hutan tanpa sepengetahuan siapa pun sejak pagi, Kakang. Ketika menghabisk

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Pendekar Kujang Emas   100. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Sementara itu, Wira terpaksa mendarat di sebuah pohon dan berubah kembali ke wujud manusia. Tangannya terus-menerus mengeluarkan darah akibat serangan tombak salah satu murid padepokan tadi. Pemuda itu menggeram dengan mata diselimuti sinar kemerahan. Dalam penyerangan ini, ia terus dipermalukan musuh, bahkan oleh seorang murid padepokan.“Aku harus segera menemui raka untuk memberi tahu keberadaan Bangasera di tempat ini. Selain itu, aku juga harus memulihkan diri. Akan sangat berbahaya jika aku bertemu dengan musuh yang kuat. Aku beruntung karena masih bisa melarikan diri dari Bangasera dan pendekar berbaju putih itu.”Wira melompati satu per satu dahan pohon, bergerak cukup lambat karena sesekali luka dan perih di tubuhnya terasa hingga menyebabkannya harus berhenti. Cukup lama ia berlari hingga akhirnya tiba di pertengahan hutan.Wira terpejam, berusaha merasakan hawa keberadaan Kartasura, Danuseka, Jurig Lolong dan pasukannya. “Aneh sekali

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Pendekar Kujang Emas   101. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Ganawirya menghilang dan muncul kembali di dekat kubah yang menyekap Kartasura. “Kau sepertinya sudah terlalu jauh melangkah, Kartasura. Tujuan hinamu bahkan membawamu pada jalan yang tak seharusnya manusia tapaki.”“Tutup mulut busukmu, Ganawirya! Kejayaan dan kekuasaan adalah hal yang tidak bisa kau pahami dengan otak sungsangmu! Orang bodoh sepertimu tidak akan pernah mengerti apa arti dari kekuasan dan kejayaan sesungguhnya!”Kartasura mengggeram marah di sela tangan dan kakinya memberikan serangan pada kubah yang semakin mengurungnya. Berada di tempat ini membuat tenaganya terkuras dengan cepat, terlebih luka yang diterimanya dari Ganawirya dan pendekar berbaju putih itu masih menggerogoti raganya. Ia beruntung karena Danuseka masih sempat menyelamatkannya.Kartasura menoleh pada Danuseka yang masih terbaring tak berdaya, kemudian menatap Ganawirya dengan pandangan dendam dan amarah. “Sejak dulu, kau selalu saja menghalangi sem

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Pendekar Kujang Emas   102. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Kartasura dan Wira yang tengah memapah Danuseka segera meninggalkan tempat mereka saat ini. Keduanya bergerak secepat mungkin, melompati satu per satu dahan pohon.Kartasura berdecak ketika melihat sisa-sisa pertempuran di tempat yang dilewatinya. Ia menggertakkan gigi karena merasa berhasil dipecundangi musuh, padahal hanya tinggal beberapa langkah lagi tujuannya tercapai. “Terkutuk! Ganawirya dan Limbur Kancana berhasil menggagalkan seluruh rencana kita!”Wira menoleh. “Raka, sepertinya Ganawirya dan Limbur Kancana memang sudah mempersiapkan semua hal jika padepokan mereka diserang, termasuk menyembunyikan Lingga ke tempat yang aman. Aku sangat yakin jika Lingga memang berada di padepokan ini sebelumnya. Akan tetapi, sampai saat ini aku tidak melihat atau merasakan keberadaan Lingga di mana pun, kecuali sosok tiruannya yang muncul di gua secara sekilas.”Wira melanjutkan, “Limbur Kancana pasti sengaja mematai-matai kita untuk tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Pendekar Kujang Emas   103. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Ganawirya mendarat di tanah dengan tubuh yang sudah dibanjiri keringat. Pria itu menarik napas dalam, mengembus perlahan. Tubuhnya oleng sesaat ketika ia akan berdiri. Tenaganya benar-benar terkuras akibat pertarungan malam ini, sedang masih banyak hal yang harus ia selesaikan malam ini. “Aku gagal menjalankan tugas dari raka Limbur Kancana untuk mengawasi Kartasura dan pria bernama Danuseka itu,” ujar Ganawirya, “tapi sepertinya mereka mendapat luka fatal karena serangan tadi. Kemungkinan besar mereka akan memilih mundur untuk memulihkan diri sementara waktu. Aku harus segera mengobati Indra dan yang lain serta memastikan keamaan para murid.” Ganawirya menoleh ke belakang ketika merasakan kehadiran seseorang. Ia mendapati Limbur Kancana tengah berdiri di puncak pohon, memandangnya dengan tatapan menyelidik. “Apa yang terjadi, Ganawirya?” tanya Limbur Kancana sembari melompat turun, berdiri bersisian dengan Ganawirya. “Kartasura, Wira dan pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Pendekar Kujang Emas   104. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Limbur Kancana tengah duduk bersila di dalam sebuah kubah kecil yang menaunginya. Darah segar tampak menghiasi mulut dengan beberapa luka di tangan, leher dan kaki. Ratusan ular Bangasera berada di sekelilingnya, mengitari kubah, berusaha menembus penghalang.Limbur Kancana mendapat luka cukup patal setelah menerima serangan dari Bangasera di pertarungan terakhir. Pendekar berbaju putih itu mulai membuka mata, menatap sekeliling di mana empat ular siluman Bangasera masih mengawasinya dari empat arah mata angin. Limbur Kancana kembali terpejam, melihat keadaan hutan melalui tiruannya yang berhasil dirinya sebar sebelum mendapat serangan telak Bangasera. Ia melihat satu tiruannya tengah membawa Meswara ke dalam gua, lalu meletakkannya di samping Indra dan Arya yang sedang duduk bersila dengan mata tertutup. Satu tiruannya yang lain berusaha mengejar Jaka dan para murid. Satu sisanya mencari keberadaan Bangasera yang bergerak ke arah padepokan. Limbur

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Pendekar Kujang Emas   105. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Limbur Kancana terhenyak dengan gigi bergemelatuk. Ketika tubuhnya kembali mendarat di puncak pohon, tanpa diduga ia mendapat serangan dari Argaseni dan Brajawesi.Limbur Kancana seketika terpelanting ke belakang dengan tubuh berputar-putar, menerobos pepohonan, terjatuh berguling-guling hingga rebah di tanah. Ia segera menghindar ketika kedua anggota Cakar Setan itu kembali menyerang.Limbur Kancana mendarat di tanah dan seketika dihadapkan dengan Argaseni dan Brajawesi yang kembali melayangkan serangan. Ketiganya saling berbalas serangan dan beradu kekuatan untuk sementara waktu hingga kembali merenggangkan jarak.Limbur Kancana terbatuk darah, mundur beberapa langkah. Racun kalong setan membuat indra-indranya menumpul hingga tak menyadari kedatangan Argaseni dan Brajawesi. Menghadapai kedua anggota Cakar Setan itu sekaligus, di tengah keadaannya saat ini, tentu akan jadi masalah besar. “Firasatku ternyata benar. Keadaannya ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Pendekar Kujang Emas   106. Bangkitnya Pusaka Kujang Emas

    Argaseni dan Brajawesi melayangkan tongkat dan kapak bersamaan hingga terdengar suara benturan cukup keras. Percikan api tercipta dari tumbukan dua senjata itu. Kedua anggota Cakar Setan itu saling menguliti masing-masing, lalu kembali menarik senjata menjauh. Argaseni dan Brajawesi segera menerjang ke arah Limbur Kancana, dan dalam waktu bersamaan, keduanya melayangkan tongkat dan kapak. Limbur Kancana menghindar dengan melompat, menendang dua senjata itu, lalu mengirimkan serangan tenaga dalam jarak jauh. Aragaseni dan Brajawesi segera menangkap kembali tongkat dan kapaknya selagi menghindari semua serangan Limbur Kancana. Brajawesi memukul tanah kuat-kuat dengan kapak. Retakan besar di tanah menjalar cepat ke arah Limbur Kancana. Ketika Limbur Kancana akan melompat, Argaseni tiba-tiba muncul di atasnya, kemudian menghantam tongkat dengan kuat. Limbur Kancana menepis serangan Argaseni dengan kedua tangan, kemudian menghindar ke samping. Nahasnya, Brajawesi sudah bersiap dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-30

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status