Perempuan tersebut dalam keadaan terengah-engah, matanya terpejam karena merasakan sakit yang hebat di sekujur tubuhnya akibat serangan Ratu Teluh Bumi tadi.
"Baraka, kalau bisa tak usah menghampiri orang itu."
"Kenapa?"
"Aku malu, keadaanku seperti ini! Sebaiknya kita teruskan perjalanan kita memburu Ajeng Prawesti!"
Baraka mempertimbangkan keputusan sejenak. Agaknya usul Rakawuni memang benar. Toh seandainya ia datang dan menolong Dayang Selatan, maka keselamatan bibi gurunya akan terancam. Setidaknya tempat tinggal gurunya Setan Bodong, akan disambanginya dengan ketidaksopanan. Dengan menderita sakit begitu, setidaknya Pendekar Kera Sakti punya waktu luang untuk ke Jenggala dan tidak perlu cemaskan keadaan kedua gurunya.
Kuda berkepala Rakawuni pun kembali berlari dengan derap kakinya yang perkasa. Rakawuni membawa Pendekar Kera Sakti menyusuri jalan menuju Kerajaan Jenggala dengan harapan dapat temui Ratu Teluh Bumi di perjalanan. Tetapi keadaa
Tetapi Ratu Teluh Bumi hanya diam, pandangi gerakan pedang Tangan Syiwa yang melangkah mengelilinginya. Napas segera ditarik dan ditahan di dada oleh Ratu Teluh Bumi, kemudian ia ucapkan kata, "Buntung tanganmu, Tangan Syiwa!"Blarr...!Petir memekik mengagetkan mereka. Dan semakin kaget lagi setelah mereka melihat Tangan Syiwa tahu-tahu kehilangan tangannya. Kedua tangan itu bagai terpotong oleh kibasan pedangnya sendiri dan jatuh ke tanah tanpa darah sedikit pun."Tanganku...! Tanganku! Gggrrr...!"Tangan Syiwa menggeram dengan mata melotot tegang. "Ilmu setan apa yang kau pakai, Jahanam!" geram Rumakso yang segera mendidih darahnya melihat Tangan Syiwa buntung kedua tangannya, ia segera mencabut pedang dari pinggangnya, lalu menyerang Ratu Teluh Bumi dengan satu lompatan murka."Heaaah...!"Ratu Teluh Bumi melompatkan diri, melenting di udara dan bersalto dua kali untuk jauhi lawan.Jleggg...!Ia mendaratkan kakinya di atas
PEREMPUAN tua itu berjalan terbungkuk-bungkuk. Langkahnya sangat pelan dan tertatih-tatih. Kadang ia oleng ke kiri, kadang oleng ke kanan. Malah sesekali mau tersungkur jatuh ke depan. Diperkirakan usianya sudah ratusan tahun. Badannya kurus sekali, seperti tengkorak berjalan. Rambutnya putih kehijau-hijauan. Kulitnya keriput, berlipat-lipat seperti kain kumal yang lusuh. Rambut anehnya itu dikonde kecil di tengah kepala, sisanya meriap ke kanan-kiri dipermainkan angin.Nenek tua renta yang punya mata cekung dan alis putih itu memakai pakaian hitam sebatas dada yang sering melorot karena kebesaran. Pakaiannya itu compang-camping, robek di sana-sini tanpa tambalan. Jika dipakai melangkah terlalu lebar, celana panjang hitamnya itu sering robek bagian bawah. Karena itu ia berjalan pelan-pelan supaya pakaiannya yang sudah lapuk tidak robek terlalu lebar.Bibirnya yang keriput berlipat-lipat sering bergerak-gerak mengunyah sesuatu, tapi ia tidak makan apa-apa. Seperti orang
Yang memakai baju merah menghardik dengan suara lantang, "Hentikan tindakanmu itu, Tua renta! Apa maumu datang ke desa ini dan mengacau suasana di kedai!"Nenek itu membalikkan badan, menghadap kedua orang tersebut. Wajahnya kaku tanpa senyum, matanya memandang dengan angker. Potongan tangan yang dijinjingnya itu dilemparkan seenaknya ke muka orang berpakaian merah. Tapi orang itu dengan cepat mengibaskan goloknya yang membuat potongan tangan itu mental ke kiri. Pluk! Jatuh di dalam stoples tempat peyek yang lupa belum ditutup oleh pembeli dan sudah ditinggal kabur keluar kedai."Apakah kamu bernama Baraka alias Pendekar Kera Sakti...!" tanya nenek itu."Bukan! Namaku Gondo!" jawab orang berpakaian merah."Yang itu... yang di sebelahmu dan tolak pinggang seperti jagoan kurang sesajen itu, apakah bernama Baraka?""Juga bukan," jawab si baju kuning. "Namaku Dekso!""Lha yang namanya Baraka itu yang mana?""Kami tidak kenal dengan orang
Berita yang cepat menyebar dan menakutkan masyarakat itu segera sampai di telinga Wigunorekso, tokoh desa yang menjadi kepala desa, juga menjadi jawara di desa itu. Sejak Wigunorekso diangkat menjadi kepala desa, tak satu pun maling yang berani menyambangi desa itu, tak satu pun rampok dan garong yang berani menjamah barang-barang penduduk, tak satu pun pemabuk yang berani bertingkah di desa itu. Karena dulunya, Wigunorekso adalah ketua maling, rampok, garong, pemabuk, dan segala macam orang jahat.Wigunorekso merasa aneh mendengar kabar ada nenek tua bikin perkara di desanya. Penasaran sekali Wigunorekso jadinya. Maka, ia dan tiga anak buahnya yang jago silat dan berani mati asal gede bayarannya itu, segera mendatangi kedai tersebut. Karena menurut beberapa orang, nenek itu tidak mau keluar dari kedai Wak Gempol.Pada waktu itu, nenek misterius sedang menikmati secangkir teh panas dengan gula batunya. Delapan potong pisang sudah dilahapnya habis. Kini pisang yang kese
MATAHARI pagi sudah sejak tadi pancarkan sinarnya ke bumi. Cahaya segar jatuh di atas reruntuhan sebuah candi yang ada di lereng sebuah bukit. Candi itu sudah porak-poranda. Konon, semasa kejayaan pemerintah seorang raja, candi itu dibangun sebagai tempat persemayaman putri raja. Mayatnya dikubur di ruang bawah tanah candi tersebut. Tapi tidak ada satu orang pun yang bisa temukan pintu masuk ke ruang bawah tanah itu.Candi tersebut sekarang dijadikan tempat berlatih jurus-jurus silat aliran Tapak Merah. Seorang lelaki tua berjenggot putih dengan kepala gundul dan memakai kain putih sebelah sisi itulah yang menjadi ketua dan guru dari Perguruan Tapak Merah itu. Orang tersebut bernama Resi Jejak Naga. Bersama murid-muridnya yang berjumlah sekitar tiga puluh orang, Resi Jejak Naga berlatih ilmu kanuraga di pelataran candi tersebut.Dua murid Resi Jejak Naga yang sudah tinggi ilmunya adalah Tawon Kusuma dan seorang perempuan muda berusia sekitar dua puluh tujuh tahun yang
Prakk...! Kepala orang muda itu menghantam dinding candi, langsung pecah tak tertolong lagi."Hiiaaat...!" Kini lebih dari sepuluh orang maju serentak menyerang nenek itu. Mereka menyerang secara bersamaan sehingga nenek itu bingung melayaninya. Akhirnya ia hanya sentakkan kaki kurusnya ke tanah dan tiba-tiba tubuhnya melesat naik ke atas dengan cepat. Gerakan menyergap serentak dari berbagai arah itu membuat mereka kecele dan akhirnya saling berbenturan kepala sendiri.Prokk...! Sang nenek berjungkir balik di udara dan jatuh di pelataran candi dalam keadaan sigap. Kakinya menapak dengan tepat.Jligg...! Tapi segera ia terbatuk-batuk sambil terbungkuk-bungkuk.Resi Jejak Naga keluar begitu mendengar suara gaduh. Matanya menyipit saat dilihatnya seorang nenek yang berusia lebih tua darinya itu sedang bersiap mencabut pedangnya lagi dengan susah payah. Pada waktu itu, beberapa murid ingin menyerang kembali. Ratna Pamegat yang memberi perintah serang.
"Jangan paksa aku!" nenek itu menghardik dengan suara tua yang gemetaran. Napasnya terengah-engah setelah itu."Jika begitu, lekaslah pergi dan carilah orang yang bernama Baraka itu ke tempat lain. Jangan di sini!""Kau mengusirku, Jejak Naga?""Ya. Karena kau mengganggu ketenteraman kami!"Nenek itu berdiri dengan mata memandang ganas. Resi Jejak Naga mundur satu tindak dan bersiap menghadapi serangan sewaktu-waktu, ia segera berkata kepada nenek itu, "Kalau kau datang dengan baik-baik, mungkin kami akan membantumu mencarikan orang yang bernama Baraka itu! Tapi karena kau datang dengan permusuhan, maka kami pun tak sudi membantumu!""Tak mau membantuku juga tak apa-apa!" Nenek itu bersungut-sungut."Tapi kau harus segera pergi dari sini! Kami tidak bersedia menerimamu!" sentak Resi Jejak Naga semakin jengkel.Nenek itu memandang dengan terus-menerus. Sorot pandangan matanya sangat tajam. Dan oleh Resi Jejak Naga, pandangan mata itu d
"Mengapa dia dijatuhi hukuman gantung, Pak tua?" tanya Ratna Pamegat lagi kepada orang tua yang sejak tadi berdiri di bawah pohon menunggu iring-iringan itu lewat di depannya."Pendekar Kera Sakti memperkosa istri Ki Lurah Pogo. Pengadilan memutuskan ia harus digantung, supaya rakyat di desa ini pun tidak ada yang berani bertindak begitu lagi terhadap siapa punl""Apakah dia sudah jelas bersalah, sehingga diputuskan untuk digantung begitu!""Ada beberapa orangnya Ki Lurah Pogo yang memergoki perbuatan Baraka, dan Nyi Sumirah sendiri telah menuntut atas perbuatan Baraka itu!"Ratna Pamegat diam. Iring-iringan itu lewat di depannya dalam jarak antara empat tombak. Ratna Pamegat segera bergabung dalam iring-iringan itu dan mendengarkan kasak-kusuk mereka yang membicarakan tentang Baraka."Kalau tidak digantung, nanti di sini banyak pemerkosa yang berbuat seenaknya saja!" kata salah seorang memberi tanggapan terhadap keputusan pengadilan tersebut.
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak