Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 1166. BENCANA SANG PENDEKAR

Share

1166. BENCANA SANG PENDEKAR

last update Last Updated: 2025-03-14 01:01:21

LERENG perbukitan yang terjal menjadi ajang pertarungan. Dua tokoh sakti berusia enam puluh ke atas saling beradu kekuatan ilmu mereka. Entah sudah berapa lama pertarungan itu berlangsung, yang jelas sudah banyak pohon yang tumbang dan bongkahan batu pun berhamburan karena menjadi korban salah sasaran jurus-jurus mereka. Dua tokoh sakti itu sama-sama kenakan jubah berlengan panjang, yang satu berwarna merah, yang satu berwarna abu-abu. Tokoh tua yang mengenakan jubah abu-abu dalam keadaan menderita luka dalam. Sebuah pukulan telapak tangan telah menghantam dadanya dan tokoh berjubah abu-abu itu memuntahkan darah dari mulutnya. Tapi ia masih sanggup bertahan, terbukti ia masih lakukan serangan yang tak kalah hebat dari serangan lawannya.

Si jubah merah dibuat terdesak ketika si jubah abuabu lepaskan pukulan bersinar ke arah pohon. Sinar kuning itu melesat menghantam pohon sampingnya. Tapi gerakan sinar memantul kepohon belakang si jubah merah, dan sinar itu memantul lagi mengh

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   1167. Part 2

    Jleeg...!"Untung aku cepat pejamkan mata," katanya dalam hati. "Kalau tidak segera pejamkan mata, bisa buta mataku terkena sinar merah itu. Aku tahu letak kekuatan kipasnya itu. Aku tahu bagaimana cara mengatasinya. Kalau saja saat ini Cambuk Getar Bumi ada di tanganku, pasti tubuh si Muka Besi akan terbelah menjadi beberapa potong."Kipas Racun Peri gagal kenai lawan. Si Muka Besi kian penasaran, menggeram penuh kejengkelan. Kipasnya kini dalam keadaan terkatup, menjadi benda mirip tongkat yang panjangnya dua jengkel. Mata si Muka Besi menatap tajam pada lawannya. Suaranya pun terdengar penuh kejengkelan."Mengapa kau menghindari kalau kau anggap Kipas Racun Peri ini hanya kipas biasa, Setan Samudera! Kalau kau memang punya ilmu lebih tinggi dariku dan mampu menumbangkan aku, hadapilah kipas mautku ini!"Wuuutt...!Tiba-tiba kipas itu disentakkan ke depan, lurus dan kuat. Dari ujung kipas keluar selarik sinar sejengkal panjangnya. Sinar itu meles

    Last Updated : 2025-03-14
  • Pendekar Kera Sakti   1168. Part 3

    Berita kematian Raja Hantu Malam menyebar dari mulut Kelana Cinta, perwira negeri dasar laut yang merasa bangga karena musuh berbahaya yang membuat ratunya menderita itu sudah dikalahkan oleh Baraka. Kelana Cinta mengabarkan kematian Raja Hantu Malam tanpa menyebut-nyebut nama Dampu Sabang, karena diduga nama Dampu Sabang kurang membuat hebat hasil kerja Baraka. Padahal yang dibunuh Baraka adalah Raja Hantu Malam palsu, yaitu Dampu Sabang, yang sengaja mengaku-aku sebagai Raja Hantu Malam dan membuat keonaran, agar nama Raja Hantu Malam menjadi cemar kembali.Sedangkan Raja Hantu Malam yang asli telah diselamatkan Baraka dari keadaan kritisnya yang nyaris melenyapkan nyawa orang tersebut. Luka berbahaya itu ditimbulkan ketika Ki Randu Papak yang sebagai Raja Hantu Malam asli itu bertarung melawan Dampu Sabang memperebutkan Cambuk Getar Bumi.Sedangkan berita kematian yang menyebar adalah berita kematian Raja Hantu Malam yang asli. Baraka sempat terkejut ketika mayat Ra

    Last Updated : 2025-03-15
  • Pendekar Kera Sakti   1169. Part 4

    Baraka berkerut dahi, karena merasa baru pertama kali itu bertemu dengan perempuan cantik yang tampaknya cukup matang dalam bergaulan. Melihat kalung dan gelangnya, tentulah ia perempuan yang masih mempunyai keturunan darah biru."Dua hari aku mencarimu, Pembunuh budiman! Ternyata baru sekarang kita saling jumpa," kata perempuan itu. "Mungkin sudah waktunya kita saling tentukan nasib, siapa yang mati di balik kematian guruku ini!"Kian kuat dahi Baraka berkerut memandangi si cantik yang bermata indah tapi berkesan galak itu. Agaknya si cantik berbibir selalu basah itu punya dendam yang tak sabar ingin dilampiaskan. Tentu saja Pendekar Kera Sakti tidak gegabah melayani dendam perempuan secantik itu."Siapa kau, Nona cantik?" sapa Baraka meramahkan diri. Setelah perempuan itu memandangi Baraka beberapa saat tanpa berkedip, ia pun segera menjawab pertanyaan yang sempat hening tanpa jawaban tadi."Namaku Delima Gusti, murid Ki Randu Papak! Rupanya kau adalah

    Last Updated : 2025-03-15
  • Pendekar Kera Sakti   1170. Part 5

    Yang jelas Baraka dan Delima Gusti sama-sama memandang ke arah datangnya sinar merah itu. Ternyata sinar itu datang dari seorang gadis bertahi lalat kecil di sudut bibir atasnya. Gadis berpakaian kuning kunyit itu tak lain adalah Putri Kunang. Matanya memandang dingin kepada Delima Gusti. Sedangkan yang dipandang pun balas memandang sinis, lalu menyapa dengan nada bermusuhan."Apa maksudmu membela pembunuh budiman itu! Biar disangka punya cinta dan rela berkorban. Hmmm...!" Delima Gusti mencibir."Aku bukan membela dia, Perempuan Tolol! Aku hanya selamatkan dia, karena dia belum mau bicara tentang di mana Cambuk Getar Bumi itu disimpannya!""O, jadi kau juga mencari cambuk pusaka guruku. Kalau begitu kau pun harus kuberi pelajaran biar tahu adat bahwa orang yang bukan murid Raja Hantu Malam tak boleh memiliki cambuk pusaka!""Aku membutuhkan cambuk itu, bukan untuk kumiliki!""Alasanmu bisa saja dibuat-buat! Aku pun membutuhkan cambuk itu! Dan untu

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pendekar Kera Sakti   1171. Part 6

    Mereka tak tahu bahwa Baraka sudah mendekati gerbang padepokan Resi Wulung Gading. Tempat itu sudah dibangun kembali dan tertata rapi. Tapi tempat yang dulunya ramai oleh para murid Resi Wulung Gading itu, kini menjadi sepi, sunyi, bagai sebuah petilasan belaka. Para murid Resi Wulung Gading sudah tewas semua dibantai habis oleh Raja Hantu Malam palsu alias Dampu Sabang. Waktu itu Baraka datang ke tempat tersebut dalam keadaan masih menjadi ladang pembantaian. Di mana-mana terdapat mayat yang mulai membusuk. Dan waktu itu, hanya ada dua anak buah atau murid padepokan yang selamat dari pembantaian, yaitu dua orang yang ditugaskan menghubungi seorang kenalan Resi Wulung Gading di pantai selatan, bernama Dul dan Sukat.Sekarang, ketika Baraka sedang mengamat-amati tempat itu, Dul muncul dari balik pintu gerbang, ia menyapa ramah kepada Baraka, sehingga percakapan pun terjadi tanpa kesan duka dan permusuhan."Apakah kau ingin bertemu dengan Guru?" tanya Dul yang ilmunya ta

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pendekar Kera Sakti   1172. Part 7

    Baraka segera menceritakan permusuhannya dengan Siluman Selaksa Nyawa, dan pada akhirnya ia berkata, "Seandainya Resi berkenan, biarlah saya yang menumpas habis riwayat tokoh sesat itu dengan Pedang Kayu Petir."Tetapi Resi Wulung Gading berkata, "Pedang Kayu Petir sudah berpuluh-puluh tahun hilang dari tanganku. Aku sedang melacaknya dengan teropong sukma, karenanya aku banyak bertapa untuk mencari pedang itu lewat alam gaib. Kurasa kau bisa lakukan hal itu, sebab kau punya tanda di keningmu yang membuatmu bisa keluar masuk ke alam gaib.Baraka sunggingkan senyum tersipu dan sedikit tundukkan wajah, ia jadi tak enak hati dilihat tanda merah di keningnya yang memang merupakan tanda kehormatan dari Ratu Gusti Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya, yang mampu membuatnya keluar-masuk alam tak terlihat mata manusia."Kelak, jika Pedang Kayu Petir sudah kutemukan, akan kupinjamkan padamu dan singkirkanlah manusia terkutuk itu agar tak menjadi malapetaka bagi kehidu

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pendekar Kera Sakti   1173. Part 8

    Delima Gusti perdengarkan suaranya yang bernada dingin itu, "Pembunuh budiman, ke mana pun kau lari kau tak akan bisa hilang dari pandanganku! Sebaiknya serahkan saja cambuk milik guruku itu!""Siapa gurumu itu? Raja Hantu Malam? O, bukan! Kau bukan murid Raja Hantu Malam," kata Baraka dalam sunggingkan senyum menawan. "Kau adalah putri Adipati Suralaya yang kenal baik dengan Raja Hantu Malam. Hanya kenal baik."Perempuan cantik yang dadanya montok itu terperanjat mendengar kata-kata Baraka. Tetapi Putri Kunang pun kaget dan memandangi Delima Gusti dengan dahi berkerut tajam."Jadi..., kau adalah orang kadipaten Suralaya!"Delima Gusti tidak menjawab, ia hanya memandang sinis pada Baraka."Dan kau, Putri Kunang, entah apa maksudmu bersikeras mendapatkan cambuk itu, yang kutahu kau adalah anak mendiang Watu Saka, bekas bajak laut yang menjadi penguasa Pulau Dadap.""Dari mana kau tahu!" Putri Kunang terkejut.Delima Gusti ikut-ikutan k

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pendekar Kera Sakti   1174. Part 9

    Zraabb...! Kraakk...!Sebatang pohon besar retak dalam keadaan mengering seketika. Kulit batang hangus dan dedaunannyapun berhamburan menjadi abu."Tahan seranganmu, Ki Lumaksono!" seru Baraka yang tak mau memberikan perlawanan. Tapi tokoh tua yang satu ini agaknya sudah tak mau dengar lagi alasan apa pun dari mulut Pendekar Kera Sakti. Maka dengan cepat ia sentakkan kakinya ke bumi.Bluug...!Dan tanah pun bergolak bagai dilanda gempa hebat. Tubuh Baraka yang baru saja mendarat dari lompatannya terpaksa harus bersalto lagi di udara. Kakinya ditapakkan pada batang pohon yang sedang miring karena mau tumbang.Dees...!Batang pohon itu menerima sentakan kaki Baraka. Tubuh Pendekar Kera Sakti melenting kembali ke udara, tapi pohon itu segera tumbang bagaikan mendapat dorongan keras dari tenaga amat besar.Bruk!Baru saja Baraka mau jejakkan kaki ke bumi, tongkat Ki Lumaksono segera menyambar tubuh Baraka dengan gerakan amat cepat.

    Last Updated : 2025-03-18

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status