Levin lagi-lagi melihat kekhawatiran di wajah Adrian. “Tuan, saya ikut!”
“Tidak perlu, kau di sini saja!” larang Adrian.
“Tidak! Saya harus ikut! Saya sudah sejak tadi di sini!” Levin memaksa.
“Jika Anda tidak mengajak saya, saya akan memberi tahu Kakak perbuatan Anda semalam di lobi,” bisik Levin.
Adrian mendengus mendengar ancaman Levin. “Kau berani mengancamku?” Levin mengangkat kedua bahunya langsung menuju mobil Adrian.
“Jika kalian pergi, lalu kami berdua bagaimana?” tanya Fara tak ingin ditinggal.
“Kau goda Kak Zein saja,” saran Adrian. Zein langsung mengedipkan matanya saat Fara meliriknya.
“Kalau begitu aku pergi sekarang.”
“Kau sangat buru-buru, apa ini tentang Lita?” tanya Zein.
“Tidak, Lita baik-baik saja di apartemen. Ini tentang pegawaiku yang salah menginfut data,” bohong Adrian.
&
Adrian memeluk Lita tak kalah erat. Ia menyesali dirinya yang sempat memarahi Lita, bahkan menyeretnya sampai ke kamar, sedangkan Lita dalam keadaan takut seperti ini.“Tenang, Sayang. Kau tidak perlu takut. Aku akan selalu ada untukmu,” hibur Adrian dan Lita membalas dengan anggukan karena tak bisa bicara dalam tangisannya.“Mulai sekarang, katakan apa yang kau inginkan, apa yang kau butuhkan dan apa yang kau cari. Aku akan membantumu. Jangan pernah bergerak sendiri lagi. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Aku menyayangimu.” Lita makin terisak mendengar ucapan Adrian.Kini hati Lita makin bingung untuk menentukan sikap. Ia selalu menahan hati dan perasaannya agar jangan sampai mencintai Adrian, tapi segala kecerobohannya terus membuat Adrian menarik perasaan dan perhatiannya hingga menggoyahkan hati yang susah payah ia bentengi.“Bang, aku harus bagaimana? Aku menemukan sosok sepertimu dalam dirinya. Aku kembali menemukan
“Apa aku harus meminta bantuan Levin mencari Lita? Tapi itu akan memakan waktu. Lagi pula Levin sedang bersama Lee sekarang. Kalau aku meneleponnya, Lee pasti akan curiga. Memanggil para bodyguardku juga akan memakan waktu untuk sampai ke sini. Aku tidak punya pilihan, aku harus mencarinya sendiri!" ujarnya.Adrian melambatkan laju mobilnya, berharap bisa menemukan Lita di antara keramaian. Namun, setengah jam mencari, Adrian tak kunjung menemukan Lita. Hingga dari kejauhan, matanya melihat wanita bergaun biru langit yang ia kenal sedang menaiki taksi. Adrian langsung tancap gas agar bisa menghadang taksi yang membawa istrinya.“Pak Adrian?!” pekik Lita saat melihat seorang pria keluar dari mobil yang menghadang taksinya.Adrian segera turun dari mobil dan duduk di kursi penumpang bersama Lita. “Pak, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Lita kesal.“Aku ingin pulang bersamamu. Jalan, Pak!” perintah Adrian se
“Lita, kau tidak boleh tergoda dengan segala kemesumannya!" batin LitaLita berusaha mendorong Adrian dengan box-nya, tapi Adrian berhasil menahannya dan wajah mereka semakin dekat. Lita memejamkan mata khawatir jika Adrian benar-benar menciumnya hingga tiba-tiba pintu lift terbuka dan beberapa pasang mata menatap mereka berdua dengan posisi yang intim.“Permisi!” ucap Lita menahan malu menerobos orang yang ada di depan lift.Adrian tersenyum melihat tingkah Lita. “Bagaimana aku bisa menjauhinya jika marahnya saja menggemaskan,” ucap Adrian lalu mengikuti Lita keluar lift.Begitu tiba di meja kerjanya, Lita segera mengeluarkan semua isi box yang ia bawa. Sejak dari apartemennya ia sudah berniat datang lebih awal untuk membuang semua barang pemberian Adrian. Hampir semua alat tulis juga peralatan lainnya yang ada di meja adalah pemberian Adrian. Rak dan laci kecil berwarna hijau muda yang kemarin menjadi favoritnya kini dengan
“Oh ... kalau Pak Lee itu siapa?” Lita mengungkapkan pertanyaan yang membuatnya penasaran sejak tadi.“Pak Lee itu kalau saya tidak salah dengar adalah pamannya Pak Adrian, tapi itu juga belum pasti. Karena setahu saya, Pak Lee itu keturunan Cina sedangkan Pak Lian berdarah Jerman.”“Oh ....” Lita mengangguk paham.Pak Njat terus bercerita memberi tahu semua informasi tentang Rex yang dia tahu, dan Lita menambah nominal uang yang akan ia berikan karena Pak Njat memberikan banyak informasi.“Terima kasih, Pak Njat, atas informasinya. Nanti saat jam pulang, saya akan memberikan uang sesuai janji saya tadi."“Terima kasih, Neng, tapi jangan lupa, ya, Neng, jangan sampai banyak yang tahu cerita saya tadi!" Pak Njat mewanti-wanti.“Beres, Pak.” Lita mengacungkan ibu jarinya.Lita Beranjak meninggalkan pos security untuk kembali ke dalam kantor karena jam istirahat sudah hampir hab
“Rayuanku hanya untukmu, tidak untuk wanita lain.” Adrian kembali memeluk Lita."Aku tidak percaya!" Lita membalas pelukan Adrian."Maaf jika caraku salah. Aku tidak tahu cara membujukmu agar menerimaku. Beritahu aku cara yang benar agar bisa membuatmu nyaman tanpa harus memaksa,” ucap Adrian tulus.“Jangan jadi pria menyebalkan di depanku! Itu sudah cara yang paling benar," ketus LitaAdrian tersenyum mendengar jawaban Lita. Ia menjawab ketus sejak tadi, tapi semakin mengeratkan pelukannya.“Terima kasih."“Untuk?”“Kekhawatiran dan maafmu hari ini.”“Apa benar kau tidak sarapan pagi ini?” tanya Lita penasaran.Adrian menggeleng lalu berkata, “Aku terlalu memikirkan kemarahanmu hingga nafsu makanku hilang. Mungkin jika kau marah satu Minggu lamanya, aku bisa mati.”“Tidak perlu berlebihan, Pak Adrian Dinata!” Lita memukul da
“Apa Rex tahu perbuatan orang tuanya?” “Kalau dulu Tuan Rex tidak tahu. Mereka selalu berperilaku baik di depan Tuan Rex. Jika Rex bertanya tentang luka lebam yang ada di wajah ART-nya Nyonya pasti bilang jatuh saat bekerja.” “Apa Mak tahu detail cerita tentang Bu Yani dan Pak Indra?” “Tahu, Neng! Yani adalah teman dekat saya saat sama-sama kerja di rumah Tuan Indra, dulu." “Berarti Mak Sri tahu 'peristiwa' yang dialami Bu Yani hingga hamil?” tanya Lita lagi. “Tahu, Neng! Waktu itu Nyonya sedang jalan-jalan ke luar negeri bersama teman sosialitanya, dan Tuan Indra sadang ada di rumah. Mungkin karena paras Yani yang cantik dan status jandanya, membuat Tuan Indra tergoda. padahal Yani tidak pernah berperilaku yang membuat Tuan Indra tergoda. Saat kejadian Tuan Indra menyuruh semua ART termasuk saya untuk belanja keperluan bulanan, walaupun belum waktunya belanja. Setelah saya dan teman-teman pulang, Yani sedang menangis di kamarnya dengan
“Entah jadi apa aku sekarang jika tidak bertemu denganmu saat mencuri dulu.” Levin memandangi foto dirinya, Adrian, Fara, dan Zein yang ada di layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih Adrian sudah menyatukan aku dengan orang-orang baik." ***** Adrian segera mengganti pakaiannya dengan celana jeans dan hoodie. Ia langsung ke mobilnya lalu tancap gas menuju apartemen Lita. “Lita sayang, maaf, lagi-lagi kau terluka. Kak, maafkan aku tidak bisa menjaga adikmu,” ujar Adrian panik selama perjalanan. Adrian mengendarai mobil seperti sedang ada di jalanan sirkuit. Keadaan jalan yang lengang makin membuat mobilnya terus melaju tanpa rem. Begitu tiba di parkiran apartemen, Adrian sudah melihat mobil Lita terparkir. “Itu berarti dia sudah sampai!” ujarnya lalu berlari menuju lift. Ia tak memedulikan rasa nyeri di perutnya yang belum benar-benar hilang. Begitu tiba di unit apartemen Lita, Adrian langsung masuk dengan mudah karena Lita
Levin berpikir sambil berjalan ke sana ke mari di depan lift. Berharap mendapatkan ide dari hasil mondar-mandirnya.Levin terus menghubungi Adrian belasan kali. Namun, tak satu pun panggilannya mendapat jawaban hingga tiba-tiba seseorang orang keluar dari dalam lift.“Kau?! Kenapa kau ada di sini?” seru mereka berdua bersamaan. ******Setelah meninggalkan Lita di walk in klosetnya, Adrian menuju kamar mandi untuk meredamkan kekecewaannya. Ia berdiam diri di bawah guyuran shower. Berpikir sejenak tentang tindakan yang ia ambil saat ini.“Aku harus menunjukkan statusku yang sebenarnya hari ini juga, setelah itu aku tidak akan mengizinkan Lita pergi ke mana pun agar dia tetap aman. Aku tak peduli Lita menerimaku atau tidak. Aku hanya tidak ingin Lita bertindak yang membahayakan dirinya tanpa sepengetahuanku!"Setelah tiga puluh menit di kamar mandi, Adrian ke luar untuk mengajak Lita mandi bersamany
“Koko, jika aku boleh tahu, apa yang membuatmu ingin menyakiti, bahkan membunuh orang terdekat Adrian? Selama aku menjadi anak buahmu, aku tidak pernah melihat Adrian mengganggumu, tapi kenapa kau sangat ingin menyakiti Adrian? Bukankah Adrian itu anak dari Nyonya besar?” Bara mengungkapkan rasa penasaran yang bertahun-tahun ia pendam. Bahkan sahabatnya tewas karena misi ini.Mendengar pertanyaan Bara, Lukman menyunggingkan sudut bibirnya. Ia kembali teringat awal mula kebenciannya pada Adrian.“Karena dulu Lian merebut apa yang aku punya,” jawab Lukman.Bara semakin bingung dengan jawaban Lukman. Ia tahu Lian adalah ayah Adrian, tapi kenapa Adrian yang selalu ia incar.“Lian? Bukankah itu ayah dari Adrian? Tapi kenapa Koko dendam pada Adrian?” Bara mengungkapkan kebingungannya.“Karena Adrian yang menyebabkan istriku meninggal!”jawaban Lukman semakin membuat Bara bingung. “Bukankah istri Lukman ada
Mimi langsung menunjukkan wajah heran. “Apa maksudmu dengan kau? Bukankah kau yang menyuruh aku datang?”“Aku?!” tanya Adrian tidak percaya sekaligus bingung.“Iya, kau! Kau menyuruhku datang jam sembilan malam dengan menggunakan gaun berwarna merah!” Mimi segera mengambil ponsel di dalam tasnya untuk menunjukkan bukti bahwa ia tidak berbohong. “Ini! Aku belum menghapus pesan yang kau kirimkan sore tadi!”Adrian langsung mengambil ponsel Mimi untuk membuktikan kebenaran dari ucapan Mimi.Adrian: Aku merindukanmu! Datanglah ke Restoran My Food jam sembilan malam. Kenakan gaun berwarna merah maroon dan rias dirimu secantik mungkin. Aku ingin kita mengulang masa-masa Indah kita dulu. Adrian menghela nafas kesal saat membaca pesan yang ia yakin dari Lita karena ponselnya saat ini sedang dipegang oleh Lita.“Kau mempermainkanku! Baru siang tadi aku memohon agar kau mau meneri
“Maaf Rado, aku membutuhkan bantuanmu, tapi aku juga terpaksa mempertemukan tunanganmu dengan manta kekasihnya,” ucap Lita setelah mengirim pesan pada Rado.Setelah itu Lita langsung bergegas membersihkan diri, dan memakai pakaian serba hitam serta menggunakan hoodie milik Danu.“Bang, hoodie ini adalah hoodie yang sering abang pakai saat Abang akan Bertemu teman-teman Abang di luar jam kerja. Semoga Rex mengenali hoodie ini,” ucap Lita saat bercermin, lalu ke luar dari kamar dan menuju mobilnya.Lita: Bawa Rex ke klub malam, sekarang! Lita mengirimkan pesan pada Rado terlebih dahulu sebelum tancap gas.Sejak tadi Lita dan Rado sudah berbalas pesan. Ia menyuruh Rado membawa Rex ke sebuah klub agar bisa melakukan pembalasan dendam pertamanya.Lita pergi pukul delapan malam dari apartemen. Ia datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan dengan Rado. Lita ingin melihat Rex dari kejauhan sebelum ia menda
Saat Adrian ingin menghampiri Yani, tiba-tiba Dokter Pratama menahan bahunya. “Tunggu! Aku tahu seberapa besar pengaruh Adrian Dinata. Masalah yang kuhadapi saat ini tentu bukan hal yang berat jika kau mau membantuku sedikit saja,” pinta Pratama.“Baiklah, aku akan membantumu. HANYA SEDIKIT SAJA!” Adrian sengaja menekan ucapan terakhirnya agar Pratama mengingat.Adrian langsung mengeluarkan ponselnya di saku jeans-nya. “Levin, batasi semua pergerakan anak buah Indra yang berhubungan dengan RSJ tempat Bu Yani dirawat!” Adrian langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Levin.“Aku sudah membantumu, selebihnya kau atasi sendiri masalahmu!” ucap Adrian.Pratama membungkuk hormat sebagai tanda terima kasih, lalu pergi bersama beberapa perawat.“Apa aku terlihat tampan?” tanya Adrian pada Lita yang terus menatapnya tanpa berkedip.Lita mengangguk antusias sambil tersenyum. &l
“Dengan?!” tanya Adrian heran.Lita langsung berjinjit untuk mencium Adrian. Melumat bibirnya dengan penuh kelembutan, berharap apa yang dia lakukan saat ini bisa sedikit membuat Adrian rileks. Lita tak peduli jika ketiga bodyguard Adrian masih ada di dekat mereka. Yang ia ingin saat ini hanya menghilangkan kecemasan Adrian.Adrian kembali mengeratkan pelukannya yang sempat mengendur. Ia menikmati permainan bibir Lita yang menurutnya makin pintar. Bahkan, saat Adrian ingin menyudahi permainan mereka, Lita menahan tengkuknya dan terus melumat bibir Adrian dengan rakus.Selain ingin membuat Adrian rileks, Lita juga sudah tidak bisa menahan pesona Adrian yang menurutnya makin tampan di tiap jamnya.Saling terbuai permainan masing-masing, membuat keduanya lupa bahwa saat ini masih siang hari dan mereka sedang ada di tanah lapang, sehingga keintiman mereka dapat dilihat oleh sepasang mata yang belum terlalu jauh pergi, melalui kaca spion.&l
Seandainya aku bisa mengikuti kata hatiku tanpa beban karena dendam di hatiku, tentu aku akan menyambutmu dengan senyuman kebahagiaan, bukan dengan tangisan seperti ini," lirih batin Lita. "Aku sedih karena aku tergoda ulat bulu sepertimu!” ucap Lita asal, karena tidak mungkin mengatakan kegalauan hatinya.Adrian terkekeh mendengar jawaban Lita. Alih-alih marah, Adrian justru mengeratkan pelukannya dan bertanya, “Apa aku boleh mencium pipimu?”Lita mengangguk dalam dekapan Adrian memberi izin. Dan Adrian terus menyerang Lita dengan ciumannya di seluruh wajah Lita hingga Lita kegelian dan tertawa.“Jangan ganti senyum manismu dengan tangisan, itu akan membuat wajahmu semakin jelek,” ledek Adrian sambil mengusap jejak air mata di pipi Lita.Adrian langsung mengajak Lita ke meja makan untuk sarapan. Saat Adrian akan menyendok nasi ke piring Lita, Lita mencegahnya, “Pak, kata kakakku tidak baik j
“Apa? Membunuhku? Siapa yang ingin membunuhku?” pikir Lita saat mendengar pembicaraan Adrian dan Zein. “Itu sebabnya sekarang aku tinggal di apartemen Lita, Kak. Aku akan mengawasinya 24 jam. Aku juga sudah memperketat penjagaan di sekitar apartemen. Kakak tidak perlu khawatir!” “Memperketat penjagaan? Apa maksudnya? Ada apa sebenarnya?” pikir Lita makin bingung Karena terlalu serius berpikir, Lita tidak menyadari bahwa Adrian sedang berdiri tepat di hadapannya setelah selesai menelepon Zein. Lita baru tersadar saat Adrian menjentikkan jari di depan wajahnya. “Apa yang kau lamunkan?” “Tidak, aku tidak mendengar apa pun pembicaraanmu di telepon. Aku hanya ingin mengantar makananmu! Ka-kau belum makan sejak tadi siang. A-aku akan menaruhnya di sini!” Lita ketakutan melihat tatapan mata Adrian yang biasa saja, hingga membuatnya gugup. “Apa Lita mendengar pembicaraanku tadi? Sepertinya dia tahu ada yang ingin membunuhnya! Aku tidak boleh m
“Perselingkuhan?” “Ya, perselingkuhan!” “Apa sekarang kau sedang menganggap aku sebagai suamimu, hingga mengatakan aku berselingkuh?” “E ... ee ....” Lita terlihat kebingungan karena terjebak dengan perkataannya sendiri. “Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkan bagaimana cara seorang suami membujuk istrinya yang sedang marah!” Adrian membuka tiga kancing kaos berkerahnya. “A—apa yang kau lakukan? I—ini tempat umum! A—aku akan berteriak jika kau macam-macam!” panik Lita saat Adrian mulai mengikis jarak antara mereka. “Aku sedang berusaha membujuk istriku dengan tindakan, karena aku sudah tidak tahu bagaimana membujuk istriku dengan kata-kata!” Adrian langsung menggendong Lita ala bridal style di depan umum, hingga membuat puluhan pasang mata dari pengunjung restoran dan ruko yang ada di sekitar menatap mereka. “Pak, turunkan aku! Ini tempat umum. Bagaimana kalau dilihat orang?!” protes Lita. “Orang-orang sudah mel
"Mimi?!" pekik Lita dan Adrian bersamaan lagi. “Kalian kenal dengan tunanganku?” tanya Rado. “Tidak!” jawab Adrian. “Iya!" Lagi-lagi Lita dan Adrian menjawab secara bersamaan. Tetapi, kali ini dengan kata berbeda. Setelah menyadari jawaban mereka berbeda, Lita dan Adrian saling tatap. “Kau mengenalnya, Pak!” koreksi Lita berbisik “Tidak! aku tidak pernah bertemu dengannya!” Adrian menampik ucapan Lita dengan tegas “Apa?!” Lita menunjukkan wajah heran. “Hai ... maaf aku datang terlam—“ ucapan Mimi berhenti saat menyadari dua orang yang ada di depan tunangannya. “Sayang, perkenalkan ini Pak Adrian dan sekretarisnya, Nona Lita. Pak Adrian ini adalah investor yang aku bilang pagi tadi." “Ha—hai, Mimi.” Mimi mengulurkan tangannya gugup “Adrian.” “Lita.” Adrian tak melirik Mimi sedikit pun. Sedangkan Lita menunjukkan senyum canggungnya saat menjabat tangan Mimi. “Baru kali ini aku menja