Selesai makan, mereka ke mall yang ada di samping hotel Hendriata ini dan kedua bangunan baik hotel maupun mall adalah milik perusahaan Hendro N Company.
Hendrik selama menjadi pemilik perusahaan itu belum pernah ke mall untuk melihat keadaan seluruh mall, hanya pernah sekali bersama Elisa untuk merayakan ulang tahunnya.
Jadi belum banyak yang menyadari bahwa Hendrik ini adalah pemilik mall.
Kadang kadang mereka berpapasan dengan pemegang saham , pelayan dan satpam, banyak di antara mereka bertemu hanya menegur Darren dan mengacuhkan Hendrik.
Darren merasa tidak enak dan lalu berjalan di samping Hendrik sambil berkata:” Hendrik, mari kita membeli pakaian bermerek untuk kamu pakai sehari hari.”
“Untuk apa? Saya jarang kel
Mendengar itu Hendrik tersenyum dan berjalan dengan santai ke kantor Silly. Setelah masuk ke kantor Silly, Hendrik langsung berkata dengan ketus kepada paman dan bibinya. “Untuk urusan apakah kalian datang kemari, paman dan bibi?” Tanya Hendrik sambil berjalan menghampiri kursi pemimpin yang ada di belakang meja. Melihat tingkah laku Hendrik, SIlly marah besar dan akan menghampiri Hendrik, tapi tangannya di pegang oleh Margareta dan dia berkata:” Jangan Lancang, dia adalah Tuan Hendrik Snowander, pewaris sah perusahaan Snow dan sekarang adalah ketua perkumpulan jaringan hitam bawah tanah, jika kamu mau urusan ayah kamu selesai , dengarkan apa maunya Tuan Hendrik ini.” “Bagaimana nona Silly? Sudah puas sekarang kamu?” Tanya Hendrik dengan ketus.
Kehidupan lain apakah yang menanti Hendrik? Hendrik mengajak Elisa, Elisabet, Darren dan kedua mertuanya mengelilingi mall, sejak dia memakai pakaian bermerek, tiada orang yang mencibirnya tapi juga tidak mengaguminya, ya karena dia hanya memakai kaos dan celana pendek. Hendrik tidak menghiraukan dan dia tetap santai melihat lihat dan kadang kadang masuk ke toko tertentu, seperti sekarang, Hendrik ingin membelikan sepatu untuk Elisa dan dirinya sendiri. “Elisa, mari kita masuk ke toko sepatu ini, saya mau membelikan kamu sepatu, kamu cari sepatu yang bagus untuk diri kamu, ibu juga belikan, Elisabet, jika kamu mau, kamu juga boleh pilih, nanti saya yang bayar semuanya.” Kata Hendrik. Mendengar itu, ayah mertuanya bertanya:” bolehkah dia juga ikut memilih.”
Akhirnya mereka makan di ruangan makan di kamar khusus ini dan setelah selesai mereka pamit pulang. Sepanjang pulang, Amanda ingin menanya sesuatu ke Hendrik, tapi karena Hendrik duduk di depan jadi Amanda tidak jadi berbicara. Elisabet tahu ibunya ingin menanyai Kakak iparnya, karena itu dia berkata:” Bu, nanti saja, tanya di rumah, berhadapan muka lebih enak.” “Baiklah, saya akan menanyai nya ketika sampai di rumah.” Kata Amanda mencoba sabar. Hendrik mendengar pembicaraannya hanya tersenyum dan dia juga berkata:” Small. Turunkan kami dulu di rumah, lalu kamu antarkan Elisabet ke rumahnya, mobil taruh saja di kantor.” “Baik, Tuan Hendrik.” kata Small dengan patuhnya. Amand
Keesokan harinya, Elisa keluar dari kamar dengan malu malu dan Hendrik terlihat bahagia sekali. Semua keadaan itu terlihat oleh Amanda. “Ada apa dengan kalian berdua? Mengapa terlihat berbeda? Apa yang terjadi semalam? Tanya Amanda bingung. “Hendrik, kamu kapan mau masak sarapan untuk kami?” Tanya Amanda lagi. “Sekarang Bu, sebentar lagi selesai, kamu mau makan apa , sayang?” Tanya Hendrik kepada Elisa. “Apa yang kamu katakan, Hendrik? Ulangi sekali lagi.” Kata Amanda dengan nada tinggi. “ Sudahlah, Bu. Semalam kami sudah menjadi suami istri sebenarnya?” Kata Elisa. “Apa? Bukankah kamu mau menceraikannya?” Kata Amanda marah.
“Darren, jangan lupa siapin proposal kamu? Saya tunggu di kantor tidak lebih dari tujuh hari dari sekarang.” Kata Hendrik memutuskan. “Iya, akan saya siapkan, menggunakan nama keluarga Lou.” kata Darren mantap. Small menurunkan mereka di lobby gedung kantor pusat Hendro N Company. Hendrik turun dari mobil sambil di bukakan pintunya oleh Small dan kebetulan berpapasan dengan Samuel Nicken yang akan bertemu dengan Mei Ling untuk menyerahkan proposal untuk tender satu triliun itu. Samuel karena ingin terburu buru dia menabrak Hendrik yang baru saja turun dari mobil dan lebih serunya lagi, melihat Hendrik yang ditabrak, bukannya minta maaf, malah dia mengomel Hendrik dengan ketusnya. “ Dasar pecundang, tidak tahu malu,
“Elisa, hari ini, kamu tidak usah kerja, ikut saya jalan jalan saja.” Kata Hendrik santai. “Mau kemana kita?” Tanya Elisa. “Ikut saja, nanti juga kamu tahu, Darren, kamu tidak ada kerjaan bukan? Kamu juga ikut, John, Hayo kita ke tempat Markus.” Kata Hendrik. “Hendrik, kamu tidak akan hukum saya lagi,Kan?” Tanya Darren risih. “Apa kamu kira saya gila? Orang tak salah saya hukum, manusia yang saya hukum adalah mereka yang pernah berbuat salah sama saya, kamu dulu pernah menghina saya jadi pencuci celana dalam wanita, karena itulah kamu mendapat hukumannya. “ Kata Hendrik santai sambil berjalan keluar dari ruangan serba guna menuju Lift. Dan Mobil telah menunggu di lobby , ternyata Samuel masih berdiri di depan pintu utama
Hendrik naik ke mobil diikuti dengan Elisa , John dan Darren, mereka rencana langsung pulang ke rumah, tapi ditengah jalan Elisa ingin makan di restoran terkenal di smalltown dan akhirnya disepakati makan malam di restoran hotel Ambassad yang ada di kota ini. Small menurunkan mereka di Lobby Hotel dan nanti dia menyusul. Tapi dikarenakan Hendrik memakai celana pendek, satpam hotel itu tidak mengizinkan dia masuk dan John marah, mau memukul satpam itu dan Hendrik menyuruh John memanggil manager hotel itu. “Apakah kamu kenal dengan Manager hotel ini dan kalau bisa pemilik hotel ini.” Kata Hendrik santai. “Saya tidak kenal Tuan Muda, tapi mungkin dia kenal Wilson bersaudara.” Kata John lirih. “Saya kenal dengan Tuan Smith,
Menjelang pagi, Hendrik terbangun sendiri dan dia ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan di saat istri dan mertuanya bangun, sarapan telah tersedia. “Mari makan, setelah makan siap siaplah hari ini kita akan melihat rumah dan membelinya.” Kata Hendrik sambil makan. Setelah makan Hendrik bersiap , kali ini dia memakai pakaian bermerek dengan lengkap, jas dan celana panjang kain. Elisa sedikit kaget , ketika melihat penampilan Hendrik, tanpa disadarinya Elisa menatapnya dengan terpesona, sekarang melihat Hendrik dengan pakaian yang keren itu, makin terlihatlah tampannya dan wibawanya. Melihat Elisa terbengong melihat penampilannya , Hendrik mendekat dan mencium kening istri tercintanya. “Hayo, mari kita berangkat, mana kunc